Selasa, 08 Oktober 2013

seni budaya kurikulum 2013

Seni Budaya - SMP | i
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP/MTs
SENI BUDAYA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2013
MATERI PELATIHAN GURU
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Seni Budaya - SMP | ii
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Diterbitkan oleh:
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2013
Copyright © 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin
tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Seni Budaya - SMP | iii
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, Kurikulum 2013 secara terbatas mulai
dilaksanakan tahun 2013 pada sekolah-sekolah yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan
secara selektif. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk
merespon berbagai tantangan tantangan internal dan eksternal.
Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata
kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan
penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan
apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada
tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu
melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Karena itu,
implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan
tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.
Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama,
standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar
kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata
pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima,
semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi
lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini
menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.
Mudah-mudahan implementasi Kurikulum 2013 ini bisa berjalan dengan baik. Akhirnya, kepada
semua pihak yang telah mendedikasikan dirinya dalam mempersiapkan Kurikulum 2013, saya
mengucapkan banyak terima kasih. Semoga bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Muhammad Nuh
Seni Budaya - SMP | iv
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Bahan Ajar Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013. Modul bahan ajar ini merupakan bahan ajar wajib dalam rangka
pelatihan calon instruktur, guru inti, dan guru untuk memahami Kurikulum 2013 dan kemudian
dalam proses pembelajaran di sekolah.
Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014 melalui
pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Pada
Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan IV
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan
Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII.
Menjelang implementasi Kurikulum 2013, penyiapan tenaga guru dan tenaga kependidikan
lainnya sebagai pelaksana kurikulum di lapangan perlu dilakukan. Sehubungan dengan itu, Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (BPSDMPK dan PMP), telah menyiapkan strategi Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas.
Pada tahun 2013 pelatihan akan dilakukan bagi pengawas SD/SMP/SMA/SMK, kepala sekolah
SD/SMP/SMA/SMK, dan guru Kelas I dan IV SD, guru Kelas VII SMP untuk 9 mata pelajaran, dan
guru Kelas X SMA/SMK untuk 3 mata pelajaran. Guna menjamin kualitas pelatihan tersebut, maka
BPSDMPK dan PMP telah menyiapkan 14 Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, sesuai
dengan kelas, mata pelajaran, dan jenjang pendidikan. Modul ini diharapkan dapat membantu
semua pihak menjalankan tugas dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.
Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas partisipasi aktif kepada pejabat dan staf di
jajaran BPSDMPK dan PMP, dosen perguruan tinggi, konsultan, widyaiswara, pengawas, kepala
sekolah, dan guru yang terlibat di dalam penyusunan modul-modul tersebut di atas.
Jakarta, Juni 2013
Kepala Badan PSDMPK-PMP
Syawal Gultom
NIP. 19620203 198703 1 002
Seni Budaya - SMP | v
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAGIAN I PENDAHULUAN 1
A. Tujuan Umum Pelatihan 2
B. Indikator Umum Ketercapaian Tujuan 2
C. Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai 3
D. Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan 3
E. Tahapan, Nara Sumber, dan Peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 3
F.
Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, untuk Guru, Kepala Sekolah,
dan Pengawas
5
G. Penilaian 5
H. Panduan Narasumber dan Fasilitator 6
I. Kode Etik Narasumber 7
J. Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Kurikulum 2013 8
K. Sistematika Modul 10
BAGIAN II SILABUS PELATIHAN 11
A. Silabus Materi Pelatihan 0: Perubahan Mindset 13
B. Silabus Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 2013 15
C. Silabus Materi Pelatihan 2: Elemen Perubahan Kurikulum 2013 19
D. Silabus Materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran 25
E. Silabus Materi Pelatihan 4: Praktik Pembelajaran Terbimbing 29
BAGIAN II MATERI PELATIHAN
A. Materi Pelatihan Perubahan Mindset 35
B. Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 2013 60
1.1 Rasional 64
1.2 Elemen Perubahan Kurikulum 96
1.3 SKL, KI, dan KD 102
1.4 Strategi Implementasi Kurikulum 2013 129
C. Materi Pelatihan 2 : Analisis Materi Ajar 166
2.1Konsep Pendekatan Scientific 170
2.2Model pembelajaran 200
2.3 Konsep Penilaian Autentik 250
2.4 Analisis Buku Guru dan Buku Siswa 273
D. Materi Pelatihan 3 : Model Rancangan Pembelajaran 283
3.1 Penyusunan RPP 287
3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar 315
E. Materi Pelatihan 4 : Praktik Pembelajaran Terbimbing 318
4.1 Simulasi Pembelajaran 323
4.2 Peer Teaching 332
Seni Budaya - SMP | vi
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
GAMBARAN STRUKTUR MATERI PELATIHAN GURU IMPLEMENTASI KURIKULUM
BAGIAN 1:
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
B. Indikator Umum KetercapaianTujuan
C. Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai
D. Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan
E. Tahapan, Narasumber, dan Peserta Pelatihan
F. Struktur Pelatihan
G. Penilaian
H. Panduan Narasumber dan Fasilitator
I. Kode Etik Narasumber
J. Panduan Penggunaan Materi Pelatihan
K. Sistematika Materi Pelatihan
BAGIAN 2:
SILABUS
A. Silabus Perubahan Mindset
B. Silabus Konsep Kurikulum 2013
C. Silabus Analisis Materi Ajar
D. Silabus Model Rancangan Pembelajaran
E. Silabus Praktik Pembelajaran Terbimbing
A. Materi Pelatihan 0: Perubahan Mindset
B. Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 2013
1.1 Rasional
1.2 Elemen Perubahan
1.3 SKL, KI, KD
1.4 Strategi Implementasi
C. Materi Pelatihan 2: Analisis Materi Ajar
2.1 Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu
2.2 Konsep Pendekatan Scientific
2.3 Model Pembelajaran
2.4 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
2.5 Analisis Buku Guru dan Buku SIswa
D. Materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran
1.1 Penyusunan RPP
1.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil
Belajar
E. Materi Pelatihan 4: Praktik Pembelajaran Terbimbing
4.1 Simulasi Pembelajaran
4.2 Peer Teaching
F. Pendampingan
BAGIAN 3:
MATERI PELATIHAN
Seni Budaya – SMP | 1
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN I
PENDAHULUAN
Seni Budaya – SMP | 2
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN I
PENDAHULUAN
Modul Pelatihan ini disiapkan untuk digunakan para Narasumber Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013 sesuai dengan kelas, mata pelajaran dan jenjang pendidikan. Narasumber yang
dimaksudkan adalah Narasumber Nasional, Instruktur Nasional, Guru Inti, Kepala Sekolah Inti, dan
Pengawas Sekolah Inti.
Modul ini memberi panduan bagi para pengguna mengenai (1) Tahapan Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013; (2) Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013; (3) Panduan Narasumber;
(4) Panduan Penilaian; (5) Bahan/Materi Pelatihan untuk masing-masing Mata Pelatihan.
Bahan/Materi Pelatihan yang dimaksud meliputi hand-out, lembar kerja/worksheet, bahan tayang
baik dalam bentuk slide power point maupun rekaman video.
Sesuai dengan Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (BPSDMPK dan PMP) telah menetapkan jenjang atau tahapan pelatihan, sasaran
pelatihan, dan struktur pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk tahun kalender 2013.
A. Tujuan Umum Pelatihan
Tujuan Umum Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
1. Guru mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan kompetensi lulusan, isi,
proses pembelajaran, dan penilaian Kurikulum 2013.
2. Kepala sekolah mampu mengerahkan sumber daya yang dimiliki dalam rangka menjamin
keterlaksanaan implementasi Kurikulum 2013.
3. Pengawas sekolah mampu memberikan bantuan teknis secara benar kepada sekolah
dalam mengatasi hambatan selama implementasi Kurikulum 2013.
B. Indikator Umum Ketercapaian Tujuan
Hasil monitoring dan evaluasi implementasi Kurikulum 2013 pada akhir Tahun Ajaran
2013/2014, menunjukkan di bawah ini.
1. Tujuh puluh persen (70%) guru kelas I, IV, VII, X mampu melaksanakan tugas sesuai
dengan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian Kurikulum
2013.
2. Tujuh puluh persen (70%) sekolah pelaksana Kurikulum 2013 tidak mengalami hambatan
biaya, sarana, sumber daya manusia, dan kebijakan sekolah.
3. Tujuh puluh persen (70%) sekolah pelaksana Kurikulum 2013 mendapatkan bantuan
secara benar dari pengawas sekolah selama implementasi Kurikulum 2013.
Seni Budaya – SMP | 3
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai
Berdasarkan Indikator Ketercapaian Tujuan, maka berikut ini kompetensi inti yang harus
dicapai peserta setelah mengikuti pelatihan.
1. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013.
2. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.
3. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Kurikulum 2013 (rasional, elemen
perubahan, SKL, KI dan KD, serta strategi implementasi).
4. Memiliki keterampilan menganalisis keterkaitan antara Standar Kompetensi Kelulusan
(SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Buku Guru, dan Buku Siswa.
5. Memiliki keterampilan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan
mengacu pada Kurikulum 2013.
6. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan pendekatan Scientific secara
benar.
7. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning.
8. Memiliki keterampilan melaksanakan penilaian autentik dengan benar.
9. Memiliki keterampilan berkomunikasi lisan dan tulis dengan runtut, benar, dan santun.
D. Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah mampu
mewujudkan hasil kerja secara kolektif berikut ini.
1. Analisis SKL, KI, KD untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya, selama 1
semester.
2. Analisis buku siswa dan buku guru untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban
tugasnya, selama 1 semester.
3. Contoh RPP untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya, selama 1
semester.
4. Contoh instrumen penilaian untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya,
selama 1 semester.
E. Tahapan, Narasumber, dan Peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Sasaran akhir dari pelatihan ini adalah guru, kepala sekolah dan pengawas. Mengingat
jumlah sasaran akhir pelatihan sangat besar dan sebaran sasaran akhir pelatihan sangat luas,
maka pelatihan ini menerapkan strategi pelatihan bertahap atau berjenjang. Tahapan atau
Seni Budaya – SMP | 4
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
jenjang pelatihan, narasumber yang akan bertugas, serta sasaran peserta dapat dijelaskan
pada diagram berikut ini.
Diagram 1. Tahapan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tahapan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat pada diagram 1 di atas.
Diagram tersebut menunjukan terdapat 3 tahap pelatihan yaitu:Pelatihan Tingkat Nasional,
Tingkat Provinsi, dan Tingkat Kabupaten/Kota. Secara keseluruhan terdapat 7 jenis
pelatihan, yakni: Pelatihan Instruktur Nasional, Pelatihan Guru Inti, Pelatihan Kepala Sekolah
Inti, Pelatihan Pengawas Inti, Pelatihan Guru Kelas/ Mapel, Pelatihan Kepala sekolah, dan
Pelatihan Pengawas.
Narasumber: Narasumber Nasional
Narasumber: Instruktur Nasional Narasumber: Instruktur Nasional Narasumber: Instruktur Nasional
Peserta: Instruktur Nasional
Peserta: Guru Inti
Narasumber: Guru Inti Narasumber: Kepala Sekolah Inti Narasumber: Pengawas Inti
Peserta: Guru Kelas/Mapel/BK Peserta: Kepala Sekolah Peserta: Pengawas
Peserta: Kepala Sekolah Inti Peserta: Pengawas Inti
PELATIHAN INSTRUKTUR
NASIONAL
PELATIHAN GURU INTI PELATIHAN KEPALA SEKOLAH INTI PELATIHAN PENGAWAS INTI
PELATIHAN GURU KELAS/MAPEL PELATIHAN KEPALA SEKOLAH PELATIHAN PENGAWAS
Seni Budaya – SMP | 5
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
F. Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, untuk Guru, Kepala Sekolah, dan
Pengawas Sekolah
Tabel 1: Struktur Pelatihan Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah
No MateriPelatihan
SD/MI SMP/MTs SMA/SM
Kelas I Kelas IV IPA IPS Lainnya K/MA
0. PERUBAHAN MINDSET 2 2 2 2 2 2
1. KONSEP KURIKULUM 2013 4 4 4 4 4 4
1.1 Rasional 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
1.2 Elemen Perubahan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
1.3 SKL, KI dan KD 2 2 2 2 2 2
1.4 Strategi Implementasi 1 1 1 1 1 1
2. ANALISIS MATERI AJAR 12 12 12 12 12 12
2.1 Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu 2 2
Konsep Pembelajaran IPA Terpadu 2
Konsep Pembelajaran IPS Terpadu 2
2.2 Konsep Pendekatan Scientific 2 2 2 2 2 2
2.3 Model Pembelajaran 2 2 2 2
2.4 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan
Hasil Belajar 2 2 2 2 2 2
2.5
Analisis Buku Guru dan Buku Siswa
(Kesesuaian, Kecukupan, dan Kedalaman
Materi)
6 6 4 4 6 6
3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN 8 8 8 8 8 8
3.1 Penyusunan RPP 5 5 5 5 5 5
3.2 Perancangan Penilaian Autentik 3 3 3 3 3 3
4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING 22 22 22 22 22 22
4.1 Simulasi Pembelajaran 8 8 8 8 8 8
4.2 Peer Teaching 14 14 14 14 14 14
PENDAMPINGAN 2 2 2 2 2 2
TES AWAL DAN TES AKHIR 2 2 2 2 2 2
TOTAL 52 52 52 52 52 52
Seni Budaya – SMP | 6
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
G. Penilaian
Seusai pelatihan, panitia pelatihan akan mengumumkan hasil penilaian peserta. Penilaian
meliputi tiga ranah yaitu:
1. sikap
2. pengetahuan, dan
3. keterampilan
Penilaian autentik diterapkan di dalam pelatihan ini. Metode penilaian yang diterapkan di
dalam penilaian ini meliputi:
1. tes awal
2. tes akhir
3. portofolio, dan
4. pengamatan.
Setiap calon instruktur nasional, guru inti, kepala sekolah inti, dan pengawas inti dinyatakan
lulus apabila mencapai nilai 75 dan memiliki kewenangan untuk melatih.
H. Panduan Narasumber dan Fasilitator
Narasumber memainkan peran yang sangat penting untuk menjadikan suatu pelatihan yang
menarik dan menyenangkan. Jumlah narasumber yang akan bertugas sebanyak 3 (tiga) orang
selama proses pelatihan. Narasumber membagi tugas secara bersama-sama dengan prinsip
keadilan. Ketika seorang narasumber bertugas memberikan materi pelatihan, maka
narasumber lainnya berperan sebagai fasilitator yang membantu dalam menyiapkan
perangkat pelatihan, memberikan penjelasan tambahan, dan melakukan penilaian kepada
peserta.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang narasumber adalah berikut ini.
1. Memahami isi modul sesuai bidang yang ditugaskan.
2. Melaksanakan pelatihan sesuai dengan modul dan mematuhi urutan dalam skenario
pelatihan yang telah disusun.
3. Memberikan contoh panutan bagi peserta, baik dalam hal disiplin, berperilaku, cara
memberikan pertanyaan, cara memberikan umpan balik, memberikan motivasi, maupun
penguasaan materi pelatihan.
4. Memanggil nama peserta untuk mengurangi ketegangan.
5. Mengurangi penjelasan definisi, menjawab pertanyaan, dan memberikan konfirmasi,
tetapi wajib melibatkan peserta secara aktif dalam mencari, menggali data, menganalisis
alternatif temuan, memecahkan masalah, mengambil keputusan atau simpulan.
6. Memotivasi peserta untuk mengambil kesimpulan sendiri, menanyakan argumentasinya
mengapa peserta mengambil simpulan itu, menguatkan dan menekankan simpulan itu.
Seni Budaya – SMP | 7
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
7. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta baik laki-laki maupun
perempuanyang memiliki keterbatasan berbicara, yang minoritas, yang pendiam, yang
tua, dan sebagainya.
8. Mengaktifkan peserta untuk menjawab pertanyaan peserta lain.
9. Menghindari hal-hal berikut ini.
a. Menjawab pertanyaan yang tidak dipahami maksudnya.
b. Menjawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabnya.
c. Menjawab pertanyaan yang tidak perlu dijawab.
d. Terpancing dalam perdebatan dengan peserta yang dapat mengakibatkan habisnya
waktu.
e. Berperan sebagai orang yang serba tahu.
10. Mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab peserta sesering mungkin (jangan
pertanyaan yang sulit dijawab atau terlalu mudah dijawab peserta).
Tugas Narasumber yang Berperan sebagai Fasilitator
1. Menyiapkan alat, sumber, dan media belajar yang diperlukan.
2. Membagi bahan pelatihan kepada peserta sesuai haknya.
3. Melaksanakan penilaian terdiri atas: tes awal, tes akhir, dan penilaian proses, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4. Mencatat kehadiran peserta sebagai bagian dari bahan penilaian.
5. Menyerahkan laporan tertulis setiap selesai melakukan pelatihan.
I. Kode Etik Narasumber
Setiap fasilitator pelatihan wajib menyetujui dan menerapkan kode etik berikut ini.
1. Menghormati kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terkait dengan implementasi Kurikulum 2013.
2. Mengacu pada prinsip-prinsip andragogi dalam bersikap dan berperilaku.
3. Menjaga kerahasiaan semua alat penilaian yang akan digunakan.
4. Memberlakukan peserta secara adil dan tidak diskriminatif.
5. Melakukan penilaian secara objektif.
J. Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Kurikulum 2013
Jenis bahan dan lembar kerja untuk masing-masing materi pelatihan dapat dilihat berikut ini.
Beberapa dokumen pelatihan digunakan sebagai acuan untuk beberapa materi pelatihan
sebagaimana tercermin dalam pengkodean bahan pelatihan.
Seni Budaya – SMP | 8
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tabel 2. Daftar dan Pengkodean Materi Pelatihan
NO. MATERI PELATIHAN KODE
0. PERUBAHAN MINDSET
Bahan Tayang Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21 PPT-0.1
1. KONSEP KURIKULUM 2013
Video Tayangan Paparan Kurikulum 2013 oleh
Mendikbud
V-1.1
Bahan Tayang Perubahan Mindset PPT-1.1
Rasional dan Elemen Perubahan PPT-1.2
SKL, KI, KD PPT-1.3
Strategi Implementasi PPT-1.4
Hand-Out Naskah Kurikulum 2013 HO-1.1/1.2/1.4
SKL, KI, dan KD HO-1.3/2.4/3.1/3.2
Contoh Analisis Keterkaitan antara SKL, KI,
dan KD
HO-1.3
Lembar
Kerja/Rubrik
Analisis Keterkaitan SKL, KI, KD LK-1.3
2. ANALISIS MATERI AJAR
Video Pembelajaran Seni Budaya V-2.1/4.1
Model-model Pembelajaran V-2.3
Bahan Tayang Konsep Pendekatan Scientific PPT-2.1-1
Model Pembelajaran Project Based Learning PPT-2.2-1
Model Pembelajaran Problem Based Learning PPT-2.2-2
Model Pembelajaran Discovery Learning PPT-2.2-3
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan
Hasil Belajar PPT-2.3
Analisis Buku Guru dan Siswa PPT-2.4
Hand-Out Konsep Pendekatan Scientific HO-2.1-1
Contoh Penerapan Pendekatan scientific
dalam Pembelajaran Seni Budaya HO-2.1-2
Model Pembelajaran Project Based Learning HO-2.2-1
Model Pembelajaran Problem Based Learning HO-2.2-2
Model Pembelajaran Discovery Learning HO-2.2-3
Konsep Penilaian Autentik HO-2.3
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada
Pembelajaran Seni Budaya HO-2.3/3.2
Lembar
Kerja/Rubrik
Analisis Buku Guru LK-2.4-1
Analisis Buku Siswa LK-2.4-2
Rubrik Penilaian Hasil Analisis Buku Guru dan
Siswa
R-2.4
3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
Bahan Tayang Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu
pada Standar Proses dan Pendekatan
PPT-3.1-1
Seni Budaya – SMP | 9
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO. MATERI PELATIHAN KODE
Scientific
Panduan Tugas Menelaah Rancangan
Penilaian pada RPP yang Telah Dibuat
PPT-3.2
Hand-Out SKL, KI, dan KD HO-1.3/2.4/3.1/3.2
Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu
pada Standar Proses dan Pendekatan
Scientific
HO-3.1-1
Contoh RPP Seni Budaya HO-3.1-2
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada
Pembelajaran
HO-2.3/3.2
Lembar
Kerja/Rubrik
Telaah RPP LK-3.1/3.2
Rubrik Penilaian Telaah RPP R-3.1/3.2
4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
Video Video Pembelajaran Seni Budaya V-2.1/4.1
Bahan Tayang Strategi Pengamatan Tayangan Video PPT-4.1
Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan
Pembelajaran Melalui Peer-Teaching
PPT-4.2-1
Instrumen Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran
PPT-4.2-2
Lembar
Kerja/Rubrik
Analisis Pembelajaran pada Tayangan Video LK-4.1
Rubrik Penilaian Analisis Pembelajaran pada
Tayangan Video
R-4.1
Instrumen Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran
LK-4.2
Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran R-4.2
Keterangan:
V : Video
PPT : Powerpoint Presentation
HO : Hand-Out
LK : Lembar Kerja
R : Rubrik
Catatan Pengkodean:
1. PPT-1.3 artinya bahan presentasi ini digunakan saat menyampaikan Materi Pelatihan 1
(Konsep Kurikulum), Submateri 3 (SKL,KI,KD)
2. HO-1.3/2.1/2.4/3.1/3.2 artinya hand-out ini digunakan sebagai acuan untuk beberapa
materi pelatihan yaitu sebagai berikut:
- Materi Pelatihan 1, submateri 3;
- Materi Pelatihan 2, submateri 1 dan 4;
- Materi Pelatihan 3, submateri 1 dan 2.
Seni Budaya – SMP | 10
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
K. Sistematika Modul
Modul pelatihan implementasi kurikulum ini dibagi dalam tiga bagian berikut ini.
Bagian I : Pendahuluan
Bagian II : Silabus Pelatihan
Bagian III : Materi Pelatihan
Seni Budaya – SMP | 11
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN II
SILABUS
Seni Budaya – SMP | 12
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS
PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
JENJANG: SMP/MTs
MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2013
Seni Budaya – SMP | 13
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERI PELATIHAN : 0. PERUBAHAN MINDSET
ALOKASI WAKTU : 2 JP (@ 45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
ASPEK TEKNIK (JP)
BENTUK
INSTRUME
N
JENIS DESKRIPSI
0.1 Tantangan
Indonesia
dalam Abad ke-
21
1. Memiliki sikap
yang terbuka
untuk
menerima
Kurikulum
2013
2. Memiliki
keinginan
yang kuat
untuk
mengimpleme
ntasikan
Kurikulum
2013.
1. Menunjukan
sikap terbuka
terhadap
perubahan.
2. Berpartisipasi
aktif dalam
kegiatan
pelatihan.
1. Tanya jawab
tentang
tantangan
Indonesia dalam
Abad ke-21.
2. Curah pendapat
membandingkan
antara berpikir
berbasis kendala
(constraintbased
thinking)
dengan berpikir
berbasis
kesempatan
(opportunitybased
thinking)
3. Mendiskusikan
cara baru dalam
belajar.
Sikap
Terbuka
untuk
menerima
dan
mengimpleme
ntasikan
Kurikulum
2013.
Pengamata
n
Lembar
Pengamata
n Sikap
Bahan
Tayang
Tantangan
Indonesia dalam
Abad ke-21
(PPT-0.1)
2
Seni Budaya – SMP | 14
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
ASPEK TEKNIK (JP)
BENTUK
INSTRUME
N
JENIS DESKRIPSI
4. Mendiskusikan 6
pendorong
utama teknologi
pendidikan yang
harus
diperhatikan
5. Tanya jawab
tentang
tantangan
pendidikan
tinggi
Seni Budaya – SMP | 15
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERI PELATIHAN : 1. KONSEP KURIKULUM
ALOKASI WAKTU : 4 JP (@ 45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
ASPEK TEKNIK BENTUK (JP)
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
1.1 Rasional Memahami
secara utuh
rasional
Kurikulum 2013.
1. Menerima
rasional
pengembangan
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
masa depan.
2. Menjelaskan
rasional
pengembangan
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
masa depan.
3. Menjelaskan
permasalahan
Kurikulum 2006
(KTSP).
1. Mengamati dan
menyimak
tayangan
paparan tentang
Kurikulum 2013
oleh Mendikbud.
2. Menyimak dan
melakukan tanya
jawab tentang
paparan rasional
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
kurikulum di
Indonesia.
3. Menyimpulkan
rasional
Kurikulum 2013
yang mencakup
permasalahan
Sikap
Menerima
latar belakang
alasan
perubahan
Kurikulum
2013.
Pengetahuan
Memahami
secara utuh
rasional
kurikulum
2013 .
Pengamatan
Tes Tertulis
Lembar
Pengamatan
Sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Video
2. Bahan
Tayang
3. Hand-out
Tayangan
Paparan
Kurikulum 2013
oleh Mendikbud
(V-1.1)
Rasional
Kurikulum 2013
(PPT-1.1)
Naskah
Kurikulum 2013
(D-1.1/1.2/1.4)
0,5
Seni Budaya – SMP | 16
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
ASPEK TEKNIK BENTUK (JP)
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
4. Mengidentifikasi
kesenjangan
kurikulum antara
kondisi saat ini
dengan kondisi
ideal.
5. Menjelaskan
alasan
pengembangan
kurikulum.
kurikulum 2006
(KTSP),
kesenjangan
kurikulum antara
kondisi saat ini
dengan kondisi
ideal, serta
alasan
pengembangan
kurikulum.
1.2 Elemen
Perubahan
Kurikulum 2013
Memahami
secara utuh
elemen
perubahan
Kurikulum 2013.
1. Menerima empat
elemen
perubahan
Kurikulum 2013
yang mencakup:
SKL, SI, Standar
Proses, dan
Standar
Penilaian.
2. Menjelaskan
empat elemen
perubahan
Kurikulum 2013
yang mencakup:
SKL, SI, Standar
Proses, dan
Standar
Penilaian.
1. Menyimak dan
melakukan tanya
jawab tentang
empat elemen
perubahan
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
kurikulum.
2. Menyimpulkan
empat elemen
perubahan
Kurikulum 2013.
Sikap
Menerima
empat elemen
perubahan
Kurikulum
2013
Pengetahuan
Memahami
elemen
perubahan
Kurikulum
2013 dan
hubungannya
dengan
kompetensi
yang
dibutuhkan
pada masa
depan.
Pengamatan
Tes Tertulis
Lembar
Pengamatan
Sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Bahan
Tayang
2. Hand-out
Elemen
Perubahan
Kurikulum 2013
(PPT-1.2)
Naskah
Kurikulum 2013
(D-1.1/1.2/1.4)
0,5
Seni Budaya – SMP | 17
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
ASPEK TEKNIK BENTUK (JP)
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
3. Menjelaskan
empat elemen
perubahan
kurikulum dalam
hubungannya
dengan
kompetensi yang
dibutuhkan pada
masa depan.
1.3 SKL, KI dan KD Memahami
keterkaitan
antara SKL, KI,
dan KD pada
Kurikulum 2013.
1. Bekerja sama
dalam
menganalisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD.
2. Menganalisis
keterkaitan
antara SKL, KI,
dan KD.
1. Menyimak
paparan SKL, KI,
dan KD.
2. Memberi contoh
analisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD.
3. Menganalisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD
melalui diskusi
kelompok pada
format yang
sudah disediakan
(Tiap kelompok
menganalisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD yang
akan dijadikan
dasar dalam
Sikap
Bekerja sama
dalam
kelompok
dengan baik
dan benar
Keterampilan
Terampil
menganalisis
keterkaitan
SKL, KI, dan KD
Pengetahuan
Kemampuan
memahami
konsep SKL, KI,
dan KD serta
keterkaitan
antara ketiga
kompetensi
Pengamatan
Penugasan
Tes Tertulis
Lembar
Pengamatan
Sikap
Rubrik
penilaian
hasil analisis
keterkaitan
SKL, KI dan
KD (R-1.3)
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Bahan
Tayang
2. Hand-Out
3. Lembar
Kerja
SKL, KI, dan KD
(PPT-1.3)
a. SKL, KI, dan
KD (HO-1.3/
2.4/ 3.1/3.2)
b. Contoh
Analisis
Keterkaitan
antara SKl, KI,
dan KD
(HO-1.3)
Analisis
Keterkaitan SKL,
KI, dan KD
(LK-1.3 )
2
Seni Budaya – SMP | 18
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
ASPEK TEKNIK BENTUK (JP)
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
membuat RPP)
4. Mempresentasi
kan hasil diskusi
kelompok.
5. Menilai hasil
kerja kelompok
lain.
tersebut.
1.4 Strategi
Implementasi
Kurikulum 2013
Memahami
secara utuh
strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
1. Berkomunikasi
dengan bahasa
yang runtut dan
komunikatif
untuk
mengidentifikasi
elemen-elemen
penting strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
2. Mengidentifikasi
elemen-elemen
penting strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
1. Diskusi kelas
untuk
mengidentifikasi
elemen-elemen
penting strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
2. Merangkum dan
menyimpulkan
hasil diskusi
kelas.
3. Mengkomunikasi
kan hasil diskusi
kelas.
Sikap
Berkomunikasi
dengan
bahasa yang
santun,
sistematis,
dan
komunikatif
dalam
meyampaikan
ide-ide.
Pengetahuan
Memahami
elemenelemen
penting
strategi
implementasi
Kurikulum
2013.
Pengamatan
Tes Tertulis
Lembar
Pengamatan
Sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Bahan
Tayang
2. Hand-out
Strategi
Implementasi
Kurikulum
(PPT-1.4)
Naskah
Kurikulum 2013
(D-1.1/1.2/1.4)
1
Seni Budaya – SMP | 19
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERIPELATIHAN : 2. ANALISIS MATERI AJAR
ALOKASI WAKTU : 12 JP (@ 45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
2.1 Konsep
Pendekatan
Scientific
Mendeskripsikan
konsep
pendekatan
scientific dalam
pembelajaran
Seni Budaya.
1. Menerima
konsep
pendekatan
scientific dan
menghargai
pendapat orang
lain.
2. Menjelaskan
konsep
pendekatan
scientific
3. Menjelaskan
penerapan
pendekatan
scientific dalam
pembelajaran
Seni Budaya.
1. Mengamati
tayangan video
pembelajaran
Seni Budaya.
2. Mengkaji
pendekatan
scientific
berdasarkan
tayangan video
melalui diskusi
kelompok.
3. Mendiskusikan
contoh-contoh
penerapan
pendekatan
scientific dalam
pembelajaran
Seni Budaya.
Sikap
Menerima
konsep
pendekatan
scientific dan
menghargai
pendapat
orang lain.
Pengetahuan
Konsep
pendekatan
scientific dan
penerapannya
dalam
pembelajaran
Seni Budaya.
Pengamatan
Tes tertulis
Lembar
pengamatan
sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Video
2. Bahan
Tayang
3. Hand out
Pembelajaran
Seni Budaya
(V-2.1/4.1)
a. Konsep
pendekatan
scientific
(PPT-2.1-1)
b. Contoh
penerapan
pendekatan
scientific
dalam
pembelajaran
Seni Budaya
(PPT-2.1-2)
a. Konsep
pendekatan
scientific
2
Seni Budaya – SMP | 20
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
4. Mempresentasi
kan hasil diskusi
kelompok.
(HO-2.1-1)
b. Contoh
penerapan
pendekatan
scientific
dalam
pembelajaran
Seni Budaya
(HO-2.1-2)
2.2 Model
Pembelajaran
Membedakan
Model
Pembelajaran
Project Based
Learning,
Problem Based
Learning, dan
Discovery
Learning.
1. Mengidentifikasi
karakteristik
model
pembelajaran
Project Based
Learning.
2. Mengidentifikasi
karakteristik
model
pembelajaran
Problem Based
Learning.
3. Mengidentifikasi
karakteristik
model
pembelajaran
Discovery
1. Mengamati
tayangan 3 jenis
model
pembelajaran
(Project Based
Learning,
Problem Based
Learning, dan
Discovery
Learning).
2. Mengidentifikasi
karakteristik 3
model
pembelajaran.
3. Mengidentifikasi
penerapan
Pendekatan
Sikap
Menyadari
manfaat
penerapan
tiga model
pembelajaran
Pengetahuan
Karakteristik
Project Based
Learning,
Problem
Based
Learning, dan
Discovery
Learning.
Keterampilan
Menganalisis,
Focus Group
Discussion
Tes Tulis
Unjuk kerja
Panduan
FGD
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
Rubrik
penilaian
1. Video
2. Bahan
Tayang
3. Hand out
Contoh
Pembelajaran
dengan 3 model
pembelajaran
(V-2.3)
a. Project Based
Learning
(PPT-2.3.1)
b. Problem
Based
Learning
(PPT-2.3-2)
c. Discovery
Learning
(PPT-2.3-3)
a. Project Based
Learning
2
Seni Budaya – SMP | 21
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
Learning. Scientific pada 3
model
pembelajaran
membedakan,
mengaitkan.
hasil kerja (HO-2.3.1)
b. Problem
Based
Learning
(HO-2.3-2)
c. Discovery
Learning
(HO-2.3-3)
2.3 Konsep
Penilaian
Autentik pada
Proses dan
Hasil Belajar
Mendeskripsikan
konsep penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar
1. Menerima
penerapan
konsep penilaian
autentik di
sekolah/
madarasah dan
menghargai
pendapat orang
lain.
2. Menjelaskan
konsep penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar.
1. Menyajikan
kegiatan
interaktif untuk
menyamakan
persepsi tentang
jenis dan bentuk
tes dalam
penilaian
autentik.
2. Mendiskusikan
konsep penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar.
3. Mempresentasi
kan hasil diskusi
kelompok.
Sikap
Menerima
penerapan
konsep
penilaian
autentik di
sekolah/
madrasah
dan
menghargai
pendapat
orang lain.
Pengetahuan
Konsep
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Seni Budaya.
Pengamatan
Tes tertulis
Lembar
pengamatan
sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Bahan
Tayang
2. Hand out
a. Konsep
penilaian
autentik pada
proses dan
hasil belajar
(PPT-2.3)
b. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Seni Budaya
(PPT-2.3/3.2)
a. Konsep
penilaian
autentik pada
proses dan
hasil belajar
(HO-2.3)
b. Contoh
penerapan
2
Seni Budaya – SMP | 22
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Seni Budaya
(HO-2.3/3.2)
2.4 Analisis Buku
Guru dan Buku
Siswa
(Kesesuaian,
Kecukupan, dan
Kedalaman
Materi)
1. Menganalisis
kesesuaian isi
buku guru dan
buku siswa
dengan
tuntutan SKL,
KI, dan KD.
1. Ketelitian dan
keseriusan
menganalisis
kesesuaian buku
guru dan siswa
dengan SKL, KI,
dan KD.
2. Mengidentifikasi
kesesuaian isi
buku guru dan
buku siswa
dengan tuntutan
SKL, KI, dan KD.
1. Peserta
pelatihan
menilai buku
guru dan buku
siswa.
2. Diskusi
kelompok
membahas hasil
penilaian buku
guru dan buku
siswa.
3. Mencermati
format analisis
buku guru dan
buku siswa.
4. Menganalisis
kesesuaian buku
guru dan buku
siswa dengan
tuntutan SKL, KI,
dan KD dalam
diskusi
Sikap
Teliti dan
serius dalam
bekerja baik
secara
mandiri
maupun
berkelompok.
Keterampilan
Terampil
menganalisis
buku guru
dan siswa.
Pengamatan
Penugasan
Lembar
pengamatan
sikap
Rubrik
Penilaian
Hasil
Analisis
Buku Guru
dan Buku
Siswa
(R-2.4)
1. Bahan
Tayang
2. Hand-out
3. Lembar
Kerja
Analisis buku
guru dan buku
siswa
(PPT-2.4)
SKL, KI, dan KD
(HO-1.3/2.4/
3.1/3.2)
a. Analisis Buku
Guru
(LK-2.4-1)
b. Analisis Buku
Siswa
(LK-2.4-2)
6
Seni Budaya – SMP | 23
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
2. Menganalisis
buku guru dan
buku siswa
dilihat dari
aspek
kecukupan dan
kedalaman
materi.
3. Menguasai
secara utuh
materi,
struktur, dan
pola pikir
keilmuan
materi
pelajaran.
3. Menganalisis
kecukupan dan
kedalaman
materi buku
guru dan buku
siswa.
4. Menganalisis
kesesuaian
proses,
pendekatan
scientific, serta
strategi evaluasi
yang
diintegrasikan
dalam buku.
5. Menjelaskan
secara utuh
materi, struktur,
dan pola pikir
keilmuan materi
pelajaran yang
terdapat dalam
buku siswa.
kelompok.
5. Mendeskripsikan
kecukupan dan
kedalaman
materi buku
guru dan buku
siswa secara
kelompok.
6. Menganalisis
kesesuaian isi
buku dengan
standar proses,
pendekatan
scientific, serta
strategi evaluasi
yang
diintegrasikan
dalam buku
melalui diskusi
kelompok.
7. Membaca isi
materi, struktur,
dan pola pikir
keilmuan materi
pelajaran yang
terdapat dalam
buku siswa
melalui belajar
Seni Budaya – SMP | 24
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
4. Menguasai
penerapan
materi
pelajaran pada
bidang/ ilmu
lain serta
kehidupan
sehari-hari.
5. Memahami
strategi
menggunakan
buku guru dan
buku siswa
untuk kegiatan
pembelajaran.
6. Menerapkan
materi pelajaran
yang terdapat
dalam buku guru
dan buku siswa
pada bidang/
ilmu lain serta
kehidupan
sehari-hari.
7. Menjelaskan
strategi
penggunaan
buku guru dan
buku siswa
untuk kegiatan
pembelajaran.
mandiri.
8. Membuat
contoh-contoh
penerapan
materi pelajaran
yang terdapat
dalam buku guru
dan buku siswa
pada bidang/
ilmu lain serta
kehidupan
sehari-hari
secara
berkelompok.
9. Mempresentasi
kan hasil analisis
buku guru dan
buku siswa
(perwakilan
kelompok).
10. Menyimpulkan
strategi
penggunaan
buku guru dan
buku siswa
untuk kegiatan
pembelajaran.
Seni Budaya – SMP | 25
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERI PELATIHAN : 3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU : 8 JP (@ 45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
SUBMATERI NO
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
3.1 Penyusunan
RPP
Menyusun RPP
yang
menerapkan
pendekatan
scientific sesuai
model belajar
yang relevan
dengan
mempertimbang
kan karakteristik
peserta didik baik
dari aspek fisik,
moral, sosial,
kultural,
emosional,
maupun
intelektual
1. Menunjukkan
sikap tanggung
jawab dan
kreatif dalam
menyusun RPP.
2. Mengidentifikasi
rambu-rambu
penyusunan
RPP.
3. Menyusun RPP
yang sesuai
dengan SKL, KI,
1. Peserta
pelatihan
menilai RPP yang
dibawa oleh
peserta lain.
2. Mendiskusikan
rambu-rambu
penyusunan RPP
yang mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
scientific.
3. Menyusun RPP
yang sesuai
dengan SKL, KI,
Sikap
Tanggung
jawab dan
kreatif dalam
menyusun
RPP
Keterampilan
Menyusun
RPP yang
mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
scientific
Pengetahuan
RPPyang
menerapkan
Pengamatan
Penugasan
Tes Tertulis
Lembar
Pengamatan
Sikap
Rubrik
Penilaian
Telaah RPP
(R-3.1/3.2)
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Bahan
Tayang
2. Hand out
a. Rambu-rambu
penyusunan
RPP mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
scientific
(PPT-3.1-1)
b. Panduan
tugas telaah
RPP
(PPT-3.1-2)
a. SKL, KI, dan KD
(HO-1.3/2.4/
3.1/3.2
b. Rambu-rambu
penyusunan
RPP mengacu
5
Seni Budaya – SMP | 26
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI NO
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
dan KD; Standar
Proses; dan
pendekatan
scientific.
4. Menelaah RPP
yang disusun
kelompok lain
dan KD; Standar
Proses; dan
pendekatan
scientific secara
berkelompok
(terutama KD
awal semester I)
4. Mendiskusikan
format
telaahRPP .
5. MenelaahRPP
yang disusun
kelompok lain
sesuai format
telaah RPP.
6. Merevisi RPP
berdasarkan
hasil telaah.
7. Mempresentasikan
hasil RPP
yang sudah
direvisi (sampel)
pendekatan
scientific
3. Lembar
Kerja
pada Standar
Proses dan
pendekatan
scientific
(HO-3.1-1)
c. Contoh RPP
Seni Budaya
(HO-3.1-2)
Telaah RPP
(LK-3.1/3.2)
3.2 Perancangan
Penilaian
Autentik pada
Proses dan
Merancang
penilaian
autentik pada
proses dan hasil
1. Menunjukkan
sikap tanggung
dan kreatifdalam
menyusun
1. Mendiskusikan
dan melakukan
tanya
jawabtentang
Sikap
Tanggung
jawab
dankreatif
Pengamatan Lembar
Pengamatan
Sikap
1. Bahan
Tayang
a. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
3
Seni Budaya – SMP | 27
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI NO
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
Hasil Belajar belajar rancangan
penilaian
autentik.
2. Mengidentifikasi
kaidah
perancangan
penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar.
3. Mengidentifikasi
jenis dan bentuk
penilaian pada
proses dan hasil
belajar sesuai
karakteristik
mata pelajaran
Seni Budaya.
4. Menelaah
rancangan
penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar yang ada
dalam RPP.
penilaian
autentik dalam
bentuk tes dan
nontes.
2. Mendiskusikan
tentang kaidah
merancang
penilaian
autentik
berbentuk tes
dan nontes,
termasuk
portofolio.
3. Mengkaji
penerapan
penilaian
autentik dalam
pembelajaran
Seni Budaya
melalui contoh.
4. Menelaah
rancangan
penilaian
autentik pada
RPP yang telah
disusun.
dalam
menyusun
rancangan
penilaian
autentik.
Keterampilan
Merancang
penilaian
autentik
Pengetahuan
Penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Seni Budaya.
Penugasan
Tes Tertulis
Rubrik
Penilaian
Telaah RPP
(R-3.1/3.2)
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
2. Hand out
pembelajaran
Seni Budaya
(PPT-2.3/3.2)
b. Panduan
tugas
menelaah
rancangan
penilaian
pada RPP
yang telah
dibuat
(PPT-3.2)
a. SKL, KI, dan KD
(HO-1.3/2.4/
3.1/3.2)
b. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Seni Budaya
(HO-2.3/3.2)
Seni Budaya – SMP | 28
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI NO
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
5. Merevisi
rancangan
penilaian pada
RPP yang telah
disusun
berdasarkan
hasil telaah.
6. Mempresentasi
kan rancangan
penilaian proses
dan hasil belajar
yang sudah
direvisi (sampel)
Seni Budaya – SMP | 29
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERIPELATIHAN : 4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
ALOKASI WAKTU : 22 JP (@ 45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
4.1 Simulasi
Pembelajaran
Mengkaji
pelaksanaan
pembelajaran
yang
menerapkan
pendekatan
scientific
(mengamati,
menanya,
mencoba,
mengolah,
menyaji,
menalar,
mencipta)
dengan tetap
memperhatikan
karakteristik
peserta didik
baik dari aspek
fisik, moral,
1. Ketelitian dan
keseriusan
dalam
menganalisis
simulasi
pembelajaran.
2. Menganalisis
simulasi
pembelajaran
melalui
tayangan video
pembelajaran.
1. Mengamati
tayangan video
pembelajaran
2. Melalui diskusi,
menganalisis
tayangan video
pelaksanaan
pembelajaran
dengan fokus
pada penerapan
pendekatan
scientificdan
penilaian
autentik.
3. Mengkonfirmasi
Sikap
Ketelitian dan
keseriusan
dalam
menganalisis
simulasi
pembelajaran
Keterampilan
Menganalisis
pembelajaran
pada
tayangan
video.
Pengetahuan
Prinsipprinsip
Pengamata
n
Penugasan
Tes Tertulis
Lembar
Pengamatan
Sikap
Rubrik
Penilaian
Analisis
pembelajaran
pada
tayangan
video
(R-4.1)
Tes Objektif
Pilihan Ganda
1. Video
2. Bahan
Tayang
3. Lembar
Kerja
Pembelajaran
Seni Budaya
(V-2.1/4.1)
Strategi
pengamatan
video
pembelajaran
(PPT-4.1)
Analisis
pembelajaran
pada tayangan
video
(LK-4.1)
8
Seni Budaya – SMP | 30
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
sosial, kultural,
emosional,
maupun,
intelektual.
3. Merevisi RPP
sehingga
menerapkan
pendekatan
scientific dan
penilaian
autentik untuk
kegiatan peer
teaching.
penerapan
pendekatan
scientific dan
penilaian
autentik
mengacu pada
tayangan video
pembelajaran.
4. Merevisi RPP
sesuai dengan
hasil analisis
tayangan video
pembelajaran.
5. Mempresentasi
kan contoh RPP
untuk kegiatan
peer teaching.
pendekatan
scientific dan
penerapan
penilaian
autentik
dalam
pembelajaran
Seni Budaya.
4.2 Peer Teaching Melaksanakan
pembelajaran
yang
menerapkan
pendekatan
scientific
(mengamati,
menanya,
mencoba,
mengolah,
menyaji,
1. Kreatif dan
komunikatif
dalam
melakukan peer
teaching.
2. Melaksanakan
peer teaching
yang
1. Menginformasik
an panduan
tugas praktik
pelaksanaan
pembelajaran
melalui peer
teaching.
2. Menjelaskan
garis besar
instrumen
Sikap
Kreatif dan
komunikatif
dalam
melakukan
peer teaching
Keterampilan
Melaksanakan
pembelajaran
Pengamata
n
Penugasan
Lembar
Pengamatan
Sikap
Rubrik
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
1. Bahan
Tayang
a. Panduan tugas
praktik
pelaksanaan
pembelajaran
melalui peer
teaching
(PPT-4.2-1)
b. Instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
14
Seni Budaya – SMP | 31
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN BAHAN PELATIHAN
WAKTU
(JP)
ASPEK TEKNIK BENTUK
INSTRUMEN JENIS DESKRIPSI
menalar,
mencipta)
dengan tetap
memperhatikan
karakteristik
peserta didik
baik dari aspek
fisik, moral,
sosial, kultural,
emosional,
maupun,
intelektual.
menerapkan
pendekatan
scientific dan
penilaian
autentik
menggunakan
RPP yang telah
disusun.
3. Menilai
pelaksanaan
peer teaching
peserta lain.
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
3. Mempersiapkan
pelaksanaan
peer teaching
berdasarkan RPP
yang telah
disusun.
4. Mempraktikkan
pembelajaran
melalui peer
teaching secara
individual.
5. Menilai kegiatan
peer teaching
menggunakan
instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
6. Melakukan
refleksi terhadap
pelaksanaan
peer teaching.
yang
menerapkan
pendekatan
scientific.
Pengetahuan
Prinsipprinsip
pendekatan
scientific dan
penerapan
penilaian
autentik
dalam
pembelajaran
Seni Budaya.
Tes Tertulis
(R-4.2)
Tes Objektif
Ganda 2. Lembar
Kerja
(PPT-4.2-2)
Instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
(LK-4.2)
Seni Budaya – SMP | 32
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN II
MATERI PELATIHAN
0. PERUBAHAN MINDSET
1. KONSEP KURIKULUM 2013
2. ANALISIS MATERI AJAR
3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
Seni Budaya – SMP | 33
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN: PERUBAHAN MINDSET
Seni Budaya – SMP | 34
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN: PERUBAHAN MINDSET
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013.
2. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.
B. LINGKUP MATERI
1. Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21 (Mengapa Kita Harus Berubah).
2. Berpikir Berbasis Kendala (Constraint-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Kesempatan
(Opportunity Based)
3. Cara Baru dalam Belajar
4. Enam Pendorong Utama Teknologi Pendidikan yang Harus Diperhatikan
5. Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skill)
C. INDIKATOR
1. Menunjukkan sikap menerima secara terbuka terhadap perubahan Kurikulum dalam
rangka menghadapi tantangan Indonesia dalam Abad ke-21.
2. Menunjukkan sikap menghargai perubahan kurikulum.
3. Merespon secara positif terhadap cara baru dalam belajar.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan materi pelatihan perubahan mindset.
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang: Tantangan Indonesia dalam Abad 21 (Mengapa Kita Harus Berubah)
2. ATK
Seni Budaya – SMP | 35
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN : PERUBAHAN MINDSET
ALOKASI WAKTU : 2 JP (@ 45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti
LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau
media pembelajaran lainnnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta 15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi
waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan
Perubahan Mindset
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar saling
mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses
pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI Perubahan Mindset 60 Menit
Tanya jawab tentang tantangan Indonesia dalam Abad ke-21
(mengapa kita harus berubah).
15 Menit
Curah pendapat untuk membandingkan berpikir berbasis kendala
(Constraint-Based Thinking) dan Berpikir berbasis kesempatan
(Opportunity Based).
15 menit
Mendiskusikan cara baru dalam belajar. 10 Menit
Mendiskusikan enam pendorong utama teknologi pendidikan yang
harus diperhatikan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang lima
tantangan pendidikan tinggi.
20 Menit
Seni Budaya – SMP | 36
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KEGIATAN
PENUTUP
Membuat rangkuman materi pelatihan Perubahan Mindset 15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkankan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
Seni Budaya – SMP | 37
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN: PERUBAHAN MINDSET
Langkah Kegiatan Inti
Pengkondisian
Peserta
dilanjutkan
Tanya Jawab
Curah
Pendapat Diskusi
Diskusi
Dilanjutkan
Tanya Jawab
30 Menit 15 Menit 10 Menit 35 Menit
Pengkondisian Peserta dilanjutkan Tanya Jawab
Perkenalan, fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, dan
skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Perubahan Mindset. Fasilitator memotivasi
peserta, mengajak berdinamika agar saling mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat
proses pembelajaran berlangsung. Tanya jawab tentang Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21
(mengapa kita harus berubah).
Curah Pendapat
Curah pendapat untuk membandingkan berpikir berbasis kendala (Constraint-Based Thinking) dan
Berpikir berbasis kesempatan (Opportunity Based).
Diskusi
Diskusi cara baru dalam belajar
Seni Budaya – SMP | 38
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Diskusi, Tanya Jawab, dan Penutup
Mendiskusikan enam pendorong utama teknologi pendidikan yang harus diperhatikan dilanjutkan
dengan tanya jawab tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi, diakhiri membuat rangkuman,
refleksi, dan umpan balik.
Seni Budaya – SMP | 39
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 40
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 41
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 42
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 43
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 44
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 45
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 46
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 47
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 48
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 49
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 50
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 51
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 52
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 53
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 54
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 55
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 56
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 57
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 58
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 59
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 60
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 1: KONSEP KURIKULUM 2013
1.1 Rasional
1.2 Elemen Perubahan
1.3 SKL, KI, dan KD
1.4 Strategi Implementasi
Seni Budaya – SMP | 61
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 1: KONSEP KURIKULUM
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. memahami secara utuh rasional Kurikulum 2013;
2. memahami secara utuh elemen perubahan Kurikulum 2013;
1. memahami keterkaitan antara SKL, KI, dan KD pada Kurikulum 2013; dan
2. memahami secara utuh strategi implementasi Kurikulum 2013.
B. LINGKUP MATERI
1. Rasional Kurikulum 2013
2. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
3. Standar Nasional Pendidikan
a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
b. Standar Isi yang berisi Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
c. Standar Proses
d. Standar Penilaian
4.Strategi Implementasi Kurikulum 2013
C. INDIKATOR
1. Menerima rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan
perkembangan masa depan.
2. Menjelaskan rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan
perkembangan masa depan.
3. Menjelaskan permasalahan Kurikulum 2006 (KTSP).
4. Mengidentifikasi kesenjangan kurikulum antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal.
5. Menjelaskan alasan pengembangan kurikulum.
6. Menerima empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, Standar
Proses, dan Standar Penilaian.
7. Menjelaskan empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, Standar
Proses, dan Standar Penilaian.
8. Menjelaskan empat elemen perubahan kurikulum dalam hubungannya dengan
kompetensi yang dibutuhkan pada masa depan.
9. Menganalisis keterkaitan SKL, KI, dan KD dalam bentuk kerja sama dengan yang lain.
10. Menganalisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD.
Seni Budaya – SMP | 62
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
11. Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013 dengan
bahasa yang runtut dan komunikatif.
12. Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013.
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Video tentang Rasional Kurikulum 2013 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
2. Bahan Tayang
a. Rasional Kurikulum 2013
b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi
Dasar (KD)
d. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
3. Lembar Kerja Analisis SKL, KI, dan KD
4. Hand-Out
a. Naskah akademik Kurikulum 2013.
b. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar
(KD)
5. ATK
Seni Budaya – SMP | 63
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN : 1. KONSEP KURIKULUM
ALOKASI WAKTU : 4 JP (@ 45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta 15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Konsep Kurikulum.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar saling
mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses
pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI 1.1 Rasional 25 Menit
Penayangan Video Mendikbud dengan menggunakan V-1.1. 10 Menit
Pemaparan oleh fasilitator tentang Rasional Kurikulum dengan
menggunakan PPT-1.1
15 Menit
1.2 Elemen Perubahan Kurikulum 20 Menit
Pemaparan oleh fasilitator tentang Rasional dan Elemen
Perubahan Kurikulum yang mencakup SKL, SI, Standar Proses, dan
Standar Penilaian dan hubungannya dengan kompetensi yang
dibutuhkan pada masa depan dengan menggunakan PPT-1.2
10 Menit
Tanya jawab tentang Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum,
kemudian fasilitator menyimpulkannya.
10 Menit
ICE BREAKER 5 Menit
1.3 SKL, KI, dan KD 60 Menit
Pemaparan oleh fasilitator tentang SKL, KI, dan KD dengan
menggunakan PPT-1.3
10 Menit
Memberi contoh analisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD dengan
menggunakan HO-1.3.
5 Menit
Kerja kelompok untuk menganalisis keterkaitan SKL, KI, dan KD
yang akan dijadikan dasar untuk membuat RPP dengan
menggunakan LK-1.3.
30 Menit
Presentasi hasil kerja kelompok, sementara kelompok lainnya
memberi komentar/ tanggapan dan menilai hasil kerja kelompok.
15 Menit
Seni Budaya – SMP | 64
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
1.4 Strategi Implementasi Kurikulum 2013 45 Menit
Pemaparan oleh fasilitator tentang Strategi Implementasi
Kurikulum 2013 dengan menggunakan PPT-1.4
10 Menit
Diskusi kelas tentang elemen-elemen penting Strategi
Implementasi Kurikulum 2013, kemudian merangkum dan
menyimpulkan hasil diskusi.
25 Menit
Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok. 10 Menit
KEGIATAN
PENUTUP
Membuat rangkuman materi pelatihanKonsep Kurikulum. 15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
Seni Budaya – SMP | 65
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN : 1.1 RASIONAL KURIKULUM 2013
Langkah Kegiatan Inti
Penayangan
Video
Mendiknas
Pemaparan
Rasional
Kurikulum
2013 dengan
menggunakan
PPT-1.1
Tanya Jawab
10 Menit 10 Menit 5 Menit
Penayangan Video
Video tentang Rasionalisasi Kurikulum 2013 yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan
kebudayaan selama 10 menit.
Aktifitas selama penayangan video: peserta diminta mencatat butir-butir penting yang
disampaikan Mendikbud dalam video tersebut.
Tanya Jawab
Pertanyaantentang Rasional Kurikulum 2013 yang mencakup:
a. permasalahan kurikulum 2006 (KTSP),
b. kesenjangan kurikulum antara kondisi saat ini dan kondisi ideal,
c. alasan pengembangan kurikulum dilanjutkan dengan menyimpulkan.
Seni Budaya – SMP | 66
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 67
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 68
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 69
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 70
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 71
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 72
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 73
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
I. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
A. LATAR BELAKANG PERLUNYA PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan,
yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara
Indonesia sepanjang zaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang
memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas
potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan
berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik
menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah
lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu
B. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik
tantangan internal maupun tantangan eksternal.
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat
dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Terkait dengan tantangan internal pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk
mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yang
telah ditetapkan. (Gambar 1).
HO-1.1/1.2/1.4
Seni Budaya – SMP | 74
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Gambar 1
Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki
kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.
Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban
pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana
mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi
beban (Gambar 2).
Gambar 2
-Rehab Gedung Sekolah
-Penyediaan Lab dan
Perpustakaan
-Penyediaan Buku
Kurikulum 2013
-BOS
-Bantuan Siswa Miskin
-BOPTN/Bidik Misi (di PT)
Manajemen Berbasis Sekolah
-Peningkatan Kualifikasi &
Sertifikasi
-Pembayaran Tunjangan
Sertifikasi
-Uji Kompetensi dan
Pengukuran Kinerja
Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar
Sedang Dikerjakan
Telah dan terus
Dikerjakan
Seni Budaya – SMP | 75
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan
masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan
pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.
Gambar 3
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila
terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran
sebagai berikut:
a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.
b. Dari satu arah menuju interaktif.
c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.
f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.
h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.
j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
m. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
o. Dari pemikiran faktual menuju kritis.
Tekanan Untuk Pengembangan Kurikulum
Tantangan Masa Depan
• Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA
• Masalah lingkungan hidup
• Kemajuan teknologi informasi
• Konvergensi ilmu dan teknologi
• Ekonomi berbasis pengetahuan
• Kebangkitan industri kreatif dan budaya
• Pergeseran kekuatan ekonomi dunia
• Pengaruh dan imbas teknosains
• Mutu, investasi dan transformasi pada sektor
pendidikan
• Materi TIMSS dan PISA
Kompetensi Masa Depan
• Kemampuan berkomunikasi
• Kemampuan berpikir jernih dan kritis
• Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan
• Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab
• Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda
• Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal
• Memiliki minat luas dalam kehidupan
• Memiliki kesiapan untuk bekerja
• Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya
• Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan
Fenomena Negatif yang Mengemuka
§Perkelahian pelajar
§Narkoba
§Korupsi
§Plagiarisme
§Kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek..)
§Gejolak masyarakat (social unrest)
Persepsi Masyarakat
• Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif
• Beban siswa terlalu berat
• Kurang bermuatan karakter
Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi
• Neurologi
• Psikologi
• Observation based [discovery] learning dan
Collaborative learning
Seni Budaya – SMP | 76
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan
baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di dalam KBK 2004 dan
KTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi perumusan yang diturunkan dari
kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada KBK 2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat di
Gambar 4 dan penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi
lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan.
Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan
kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan
kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas
penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis
penyusunan yang sangat memberatkan guru. Perbandingan kerangka kerja penyusunan
kurikulum dapat dilihat pada Gambar 5.
Seni Budaya – SMP | 77
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Gambar 5
Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
dilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum total waktu
pembelajaran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP,
dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan menurut Standar Isi. Di
samping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada
kemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya.
Hasil monitoring dan evaluasi ini juga menunjukkan bahwa banyak kompetensi yang
perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada siswa sulit dicapai oleh siswa.
Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator dengan akibat sulit dijabarkan ke
pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan karena terlalu kompleks, dan sulit
diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber belajar.
Untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan dan untuk
memudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pengajaran, perlu diambil langkah
penguatan tata kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku pegangan
pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Karena guru
merupakan faktor yang sangat penting di dalam pelaksanaan kurikulum, maka sangat penting
untuk menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan
dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Untuk menjamin keterlaksanaan
implementasi kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran, juga perlu diperkuat peran
pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah.
5. Pendalaman dan Perluasan Materi
Berdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yang
dirumuskan di dalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu
menguasai pelajaran sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat di dalam
1
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
STANDAR ISI (SKL MAPEL, SK MAPEL, KD MAPEL)
KERANGKA DASAR KURIKULUM
(Filosofis, Yuridis, Konseptual)
STRUKTUR KURIKULUM
STANDAR KOMPETENSI
LULUSAN
SILABUS
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
STANDAR
PROSES
STANDAR
PENILAIAN
BUKU TEKS
SISWA
PEMBELAJARAN &
PENILAIAN
PEDOMAN
Kerangka Kerja Penyusunan KTSP 2006
Oleh Satuan Pendidikan
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) SATUAN PENDIDIKAN
KERANGKA DASAR KURIKULUM
(Filosofis, Yuridis, Konseptual)
STRUKTUR KURIKULUM
KI KELAS & KD MAPEL
(STANDAR ISI)
STANDAR
PROSES
STANDAR
PENILAIAN
SILABUS
Kerangka Kerja Penyusunan Kurikulum 2013
PEMBELAJARAN &
PENILAIAN (KTSP)
PANDUAN
GURU
BUKU TEKS
SISWA
KESIAPAN PESERTA DIDIK KEBUTUHAN
Oleh Satuan
Pendidikan
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
STANDAR ISI (SKL MAPEL, SK MAPEL, KD MAPEL)
KERANGKA DASAR KURIKULUM
(Filosofis, Yuridis, Konseptual)
STRUKTUR KURIKULUM
STANDAR KOMPETENSI
LULUSAN
SILABUS
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
STANDAR
PROSES
STANDAR
PENILAIAN
BUKU TEKS
SISWA
PEMBELAJARAN &
PENILAIAN
PEDOMAN
Kerangka Kerja Penyusunan KBK 2004
Oleh Satuan Pendidikan
Seni Budaya – SMP | 78
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Dengan keyakinan
bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studi
ini, hanya satu, yaitu yang kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman (Gambar 6).
Gambar 6
Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang matematika dan IPA untuk peserta didik
kelas 2 SMP juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang matematika, lebih
dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementara
misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang
diujikan atau yang distandarkan di tingkat internasional (Gambar 7).
Gambar 7
Seni Budaya – SMP | 79
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Untuk bidang IPA, pencapaian peserta didik kelas 2 SMP juga tidak jauh berbeda dengan
pencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Hasil studi pada tahun 2007 dan
2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai
level menengah, sementara hampir 40% peserta didik Taiwan mampu mencapai level tinggi
dan lanjut (advanced). Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan
yang dapat diambil dari studi ini adalah bahwa apa yang diajarkan kepada peserta didik di
Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau distandarkan di tingkat internasional.
(Gambar 8).
Gambar 8
Hasil studi internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD
juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat SMP seperti
yang dipaparkan terdahulu. Dalam hal membaca, lebih dari 95% peserta didik Indonesia di SD
kelas IV juga hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan
mampu mencapai level tinggi dan advance. Hal ini juga menunjukkan bahwa apa yang
diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan dan distandarkan pada tingkat
internasional (Gambar 9).
Seni Budaya – SMP | 80
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Gambar 9
Hasil analisis lebih jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
- low mengukur kemampuan sampai level knowing
- intermediate mengukur kemampuan sampai level applying
- high mengukur kemampuan sampai level reasoning
- advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information.
Tabel 2
Analisis lebih jauh untuk membandingkan kurikulum IPA SMP kelas VIII yang ada di Indonesia
dengan materi yang terdapat di TIMSS menunjukkan bahwa terdapat beberapa topik yang
sebenarnya belum diajarkan di kelas VIII SMP (Tabel 2). Hal yang sama juga terdapat di
kurikulum matematika kelas VIII SMP di mana juga terdapat beberapa topik yang belum
diajarkan di kelas XIII. Lebih parahnya lagi, malah terdapat beberapa topik yang sama sekali
Seni Budaya – SMP | 81
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
tidak terdapat di dalam kurikulum saat ini, sehingga menyulitkan bagi peserta didik kelas VIII
SMP menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam TIMSS (Tabel 3).
Tabel 3
Hal yang sama juga terjadi di kurikulum matematika kelas IV SD pada studi internasional di
mana juga terdapat topik yang belum diajarkan pada kelas IV dan topik yang sama sekali tidak
terdapat di dalam kurikulum saat ini, seperti bisa dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang
lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak
esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan
Seni Budaya – SMP | 82
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam
perbandingan internasional. Di samping itu juga perlu dievaluasi ulang tingkat kedalaman
materi sesuai dengan tuntutan perbandingan internasional dan menyusun kompetensi dasar
yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.
II. TUJUAN KURIKULUM
Tujuan Pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara
singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didk menjadi
kompeten dalam bidangnya. Di mana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional yang telah disampaikan di atas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undangundang
tersebut.
Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun 2025
yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud disini
adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah
sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah
keterampilan.
Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan
Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat
membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga
dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
Seni Budaya – SMP | 83
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
III. KERANGKA DASAR KURIKULUM 2013
Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan dokumen kurikulum,
implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Kerangka Dasar juga digunakan sebagai
pedoman untuk mengembangkan kurikulum tingkat nasional, daerah, dan KTSP.
A. LANDASAN KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya
pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik. Landasan yuridis
merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang
mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang
mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik
memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses.
Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku
di lapangan.
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum
2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN).
Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi Presiden Republik
Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif dan Pendidikan
Kewirausahaan.
2. Landasan Filosofis
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan
datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu, serta
kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi
kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan
filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau
memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modal
yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu
yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan
warganegara di amsa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut kurikulum selalu
menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan
individu peserta didik sebagai warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas
untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih
baik lagi.
Seni Budaya – SMP | 84
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3. Landasan Empiris
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%,
6,3%, 2008: 6,4% (www.presidenri.go.id/index.php/indikator). Pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara –
negara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W. Martowardojo, dalam Rapat Paripurna DPR,
31/05/2012). Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan.
Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur, dan mandiri, sangat
diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasi
seperti ini seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi alam, namun karena hasil gemblengan
pada tiap jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya.
Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan
beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman
disintegrasi bangsa masih tetap ada. Maka, kurikulum harus mampu membentuk manusia
Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk
memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi
sebagai satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan
kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda,
misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa
kekerasan tersebut berhulu dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh
masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulum
yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang
belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum
perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang
dapat menjawab kebutuhan ini.
Berbagai elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan
dengan beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini bahkan secara
kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah. Beban belajar
ini salah satunya berhulu dari banyaknya matapelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar.
Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga)
kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung, dan pembentukan karakter.
Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi, termasuk
masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional menunjukkan mendesaknya upaya
menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi melalui kegiatan pembelajaran di dalam satuan
pendidikan. Maka, kurikulum harus mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran
pada peserta didik.
Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata mempengaruhi secara
negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih adanya
Seni Budaya – SMP | 85
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
potensi rawan pangan pada berbagai beahan dunia, dan pemanasan global merupakan
tantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang.
Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian generasi
muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan
pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus
ditingkatkan. Hasil riset PISA (Program for International Student Assessment), studi yang
memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPAmenunjukkan peringkat Indonesia
baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada
rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori,
analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan
(4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi
kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek
kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam
membangun negaranya pada abad 21.
4. Landasan Teoritik
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standardbased
education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.
Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai
kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan
kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau di
atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL
SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
Kompetensi adalah kemampuan sesorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana
yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap,
ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang
dirumuskan dalam SKL. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta
didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
B. KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah
outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada
pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil
kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai
pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Seni Budaya – SMP | 86
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas
dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah
kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD
yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema
untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada
ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual
(kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu
semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam
Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan
satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD
untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran
dan kelas tersebut.
C. PROSES PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran
ekstra-kurikuler.
1. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:
a. Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan
mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
b. Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan
SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.
Seni Budaya – SMP | 87
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai
Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).
d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu
pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan secara langsung
(direct teaching), ketrampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat
developmental yang dapat dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct
teaching), sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui
proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).
e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmentaldilaksanakan
berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya, dan saling
memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yang
terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan
kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses
pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan
mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis
(menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasikan
(lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).
h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi
yang masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta
didik. Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan
hasil analisis jawaban peserta didik.
i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya
segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi
pada tingkat memuaskan.
2. Pembelajaran ekstrakurikuler
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang
sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan
ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan
ekstrakurikuler wajib.
Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung
kegiatan intrakurikuler.
Seni Budaya – SMP | 88
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
D. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran
hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah
mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar
pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah
mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis
kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan
berpikir, ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap
peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada
pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan
seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10.Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
11.Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.
Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap
peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan
proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau
sekelompok peserta didik.
Seni Budaya – SMP | 89
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IV. STRUKTUR KURIKULUM
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata
pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam
semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk
setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten
dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang
adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester.
A. STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu
semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk
kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit.
Struktur Kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut:
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR
PER MINGGU
I II III IV V VI
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 6 6 4 4 4
3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 5
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36
Keterangan:
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat Bahasa Daerah.
Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten
Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan untuk kelas IV, V dan VI,
Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema
yang ada untuk kelas IV, V dan VI.
= Pembelajaran Tematik Integratif
Seni Budaya – SMP | 90
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
B. STRUKTUR KURIKULUM SMP/MTS
Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32,
dan 32 menjadi 38, 38 dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama belajar
untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.
Struktur Kurikulum SMP/MTS adalah sebagai berikut:
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER
MINGGU
VII VIII IX
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
1. Seni Budaya 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3
3. Prakarya 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 38 38 38
Keterangan:
Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah.
IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social
studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi
aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.
Disamping itu, tujuan pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya,
semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang
atau space wilayah NKRI. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam
sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.
Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater.
Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan dapat memilih aspek
yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan itu.
Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Masingmasing
aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan menyelenggarakan
pembelajaran prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensi
daerah pada satuan pendidikan itu.
Seni Budaya – SMP | 91
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. STRUKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN MENENGAH (SMA/MA/SMK/MAK)
Struktur kurikulum SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas:
- Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik
- Kelompok mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya.
Adanya kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan dimaksudkan untuk
menerapkan prinsip kesamaan antara SMA/MA dan SMK/MAK. Mata pelajaran wajib sebanyak 9
(sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Kelompok mata pelajaran
peminatan SMA/MA terdiri atas 18 jam per minggu untuk kelas X, dan 20 jam per minggu untuk
kelas XI dan XII. Kelompok mata pelajaran peminatan SMK/MAK masing-masing 24 jam per kelas.
Kelompok mata pelajaran peminatan SMA/MA bersifat akademik, sedangkan untuk SMK/MAK
bersifat vokasional. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam
belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya.
1. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah adalah sebagaimana yang tertera di dalam tabel
berikut ini:
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib:
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR
PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu 24 24 24
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA) 18 20 20
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu 42 44 44
Seni Budaya – SMP | 92
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Beban belajar di SMA/MA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu.
Satu jam belajar adalah 45 menit.
2. Struktur Kurikulum SMA/MA
MATA PELAJARAN Kelas
X XI XII
Kelompok A dan B (Wajib) 24 24 24
C. Kelompok Peminatan
Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam
I 1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial
II 1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
Peminatan Ilmu-Ilmu Bahasa dan Budaya
III 1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
3 Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 3 4 4
4 Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau
Pendalaman Minat 6 4 4
Jumlah jam pelajaran yang tersedia per minggu 66 76 76
Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh per
minggu 42 44 44
Kelompok Peminatan terdiri atas Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, Peminatan Ilmuilmu
Sosial, dan Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya. Sejak kelas X peserta didik sudah
harus memilih kelompok peminatan yang akan dimasuki. Pemilihan peminatan berdasarkan
nilai rapor di SMP/MTsdan/atau nilai UN SMP/MTs dan/atau rekomendasi guru BK di SMP/MTs
dan/atau hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA dan/atau tes
bakat minat oleh psikolog dan/atau rekomendasi guru BK di SMA/MA. Pada akhir minggu
ketiga semester pertama peserta didik masih mungkin mengubah pilihan peminatannya
berdasarkan rekomendasi para guru dan ketersediaan tempat duduk. Untuk sekolah yang
mampu menyediakan layanan khusus maka setelah akhir semester pertama peserta didik
masih mungkin mengubah pilihan peminatannya. Untuk MA, selain ketiga peminatan tersebut
ditambah dengan Kelompok Peminatan Keagamaan.
Semua mata pelajaran yang terdapat dalam suatu Kelompok Peminatan yang dipilih peserta
didik harus diikuti. Setiap Kelompok Peminatan terdiri atas 4 (empat) mata pelajaran dan
Seni Budaya – SMP | 93
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
masing-masing mata pelajaran berdurasi 3 jampelajaran untuk kelas X, dan 4 jam pelajaran
untuk kelas XI dan XII.
Setiap peserta didik memiliki beban belajar per semester selama 42 jam pelajaran untuk kelas
X dan 44 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII. Beban belajar ini terdiri atas Kelompok Mata
Pelajaran Wajib A dan B dengan durasi 24 jam pelajaran dan Kelompok Mata Pelajaran
Peminatan dengan durasi 12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jam pelajaran untuk kelas XI
dan XII.
Untuk Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat kelas X, jumlah jam
pelajaran pilihan per minggu berdurasi 6 jam pelajaran yang dapat diambil dengan pilihan
sebagai berikut:
1) Dua mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam satu
Kelompok Peminatan lainnya, dan/atau
2) Satu mata pelajaran dari masing-masing Kelompok Peminatan yang lainnya.
Sedangkan pada kelas XI dan XII, peserta didik mengambil Pilihan Lintas Minat dan/atau
Pendalaman Minat dengan jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 4 jam pelajaran
yang dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut:
a. Satu mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam
Kelompok Peminatan lainnya, dan/atau
b. Mata pelajaran Pendalaman Kelompok Peminatan yang dipilihnya.
Seni Budaya – SMP | 94
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM
A. IMPLEMENTASI
1. Pengembangan Kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan
Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip:
a. bahwa sekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah kurikulum
satuan pendidikan, bukan daftar mata pelajaran
b. Guru di satu satuan pendidikan adalah satu satuan pendidik (community of educators),
mengembangkan kurikulum secara bersama-sama.
c. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan dipimpin langsung oleh kepala
sekolah
d. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan dievaluasi oleh kepala sekolah.
2. Manajemen Implementasi
a. Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
b. Pemerintah bertangungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk
melaksanakan kurikulum.
c. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum
secara nasional.
d. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
e. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan
profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di
kabupaten/kota terkait.
3. Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
- Juli 2013: Kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI (30%), dan seluruh VII (SMP/MTs),
dan X (SMA/MA, SMK/MAK). Ini adalah tahun pertama implementasi dan dilakukan di
seluruh wilayah NKRI. Untuk SD akan dipilih 30% SD dari setiap kabupaten/kota di setiap
propinsi.
- Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI: tahun 2014 adalah tahun kedua
implementasi. Seperti tahun pertama maka SD akan dipilih sebanyak 30% sehingga
secara keseluruhan implementasi kurikulum pada tahun kedua sudah mencakup 60% SD
di seluruh wilayah NKRI. Pada tahun kedua ini, hanya kelas terakhir SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK yang belum melaksanakan kurikulum.
- Juli 2015: seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK telah
melaksanakan sepenuhnya Kurikulum 2013.
b. Pelatihan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, dari tahun 2013 – 2016. Pelatihan guru,
kepala sekolah dan pengawas adalah untuk guru, kepala sekolah yang akan melaksanakan
Kurikulum 2013 dan dilakukan sebelum Kurikulum 2013 diimplementasikan. Prinsip ini
menjadi prinsip utama implementasi dimana guru, kepala sekolah dan pengawas di wilayah
Seni Budaya – SMP | 95
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
sekolah terkait yang akan mengimplemntasikan kurikulum adalah mereka yang sudah
terlatih. Dengan demikian, ketika Kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada tahun
pembelajaran 2015-2016, seluruh guru, kepala sekolah dan pengawas di seluruh Indonesia
sudah mendapatkan pelatihan untuk melaksanakan kurikulum.
c. Pengembangan buku babon, dari tahun 2013 – 2016. Sejalan dengan strategi implementasi,
penulisan dan percetakan serta distribusi buku babon akan seluruhnya selesai pada awal
tahun terakhir implementasi kurikulum atau sebelumnya. Pada prinsipnya ketika
implementasi Kurikulum 2013 memasuki tahun 2015-2016 seluruh buku babon sudah
teredia di setiap sekolah.
Buku babon terdiri atas buku untuk peserta didik dan buku untuk guru. Isi buku babon guru
adalah sama dengan buku babon peserta didik dengan tambahan strategi pembelajaran
dan penilaian hasil belajar. Sedangkan pedoman pembelajaran dan penilaian hasil belajara
secara rinci tercantum dalam buku pedoman pembelajaran dan penilaian.
d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan
budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA/MA dan SMK/MAK, dimulai dari
bulan Januari – Desember 2013. Implementasi Kurikulum 2013 mensyaratkan penataan
administrasi, manajemen, kepemimpinan dan budaya kerja guru yang baru. Oleh karena itu
dalam persiapan implementasi Kurikulum 2013, pelatihan juga berkenaan dengan tata kerja
baru para guru dan kepemimpinan kepala sekolah.Dengan penerapan pelatihan ini maka
implementasi Kurikulum tidak hanya berkenaan dengan upaya realisasi ide dan rancangan
kurikulum tetapi juga pembenahan pada pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan.
e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan
masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016. Strategi implementasi
Kurikulum 2013 menghindari pelatihan yang dinamakan one-shot training sebagai strategi
implementasi mengingat kelemahan strategi tersebut. Pleatihan yang dilakukan untuk para
guru, kepala sekolah, dan pengawas akan diikuti dengan monitoring dan evaluasi sepanjang
pelaksanaan paling tidak dari tahun pertama sampai tahun ketiga implementasi. Pada akhir
tahun ketiga implementasi diharapkan permasalahan yang dihadapi para pelaksana sudah
tidak lagi merupakan masalah mendasar dan kurikulum sudah dapat dilaksanakan
sebagaimana seharusnya. Permasalahan lapangan yang muncul adalah yang dapat
diselesaikan oleh kolaborasi guru, kepala sekolah dan pengawas di bawah supervisi dinas
pendidikan kabupaten/kota.
B. EVALUASI KURIKULUM
Evaluasi Kurikulum dilaksanakan selama masa pengembangan ide (deliberation process),
pengembangan desain dan dokumen kurikulum, dan selama masa implementasi kurikulum.
Evaluasi dalam deliberation process menghasilkan penyempurnaan dalam Kompetensi Inti yang
dijadikan organising element dalam mengikat Kompetensi dasar mata pelajaran.
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
1. Sampai tahun pelajaran 2015-2016: untuk memperbaiki berbagai kesulitan pelaksanaan
kurikulum.
2. Sampai tahun pelajaran 2016 secara menyeluruh untuk menentukan efektivitas, kelayakan,
kekuatan, dan kelemahan implementasi kurikulum.
Seni Budaya – SMP | 96
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum (implementasi kurikulum) diselenggarakan dengan
tujuan untuk mengidentifikai masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan
guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan
dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.
Hasil evaluasi dilakukan sebagai bahan untuk memperbaiki kelemahan kurikulum agar lebih
efektif lagi di masa yang akan datang.
Seni Budaya – SMP | 97
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 1.2 ELEMEN PERUBAHAN
Langkah Kegiatan Inti
Pemaparan
oleh
Instruktur
dengan
menggunakan
PPT-1.1 dan
Tanya Jawab
10 Menit 10 Menit
Pemaparan
Instruktur menyampaikan materi Elemen perubahan yang mencakup: 4 standar, tematik terpadu
untuk SD kls 1 dan 4, TIK merupakan sarana pembelajaran yang dipergunakan sebagai media
pembelajaran mata pelajaran lain, perubahan pendekatan pembelajaran yaitu Scientific
Approach.
Tanya Jawab
Diskusi dan tanya jawab terkait dengan Rasional Kurikulum 2013 yang mencakup:
a. Alasan pengembangan kurikulum.
b. Identifikasi perubahan yang penting dalam kurikulum 2013 dibandingkan kurikulum
sebelumnya (struktur kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar).
c. Manfaat adanya perubahan kurikulum.
Kemudian fasilitator menyimpulkannya.
Seni Budaya – SMP | 98
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 99
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 100
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 101
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 102
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 103
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUB MATERI PELATIHAN 1.3: SKL, KI, DAN KD
Langkah Kegiatan Inti
Pemaparan
oleh
Instruktur
Memberi
Contoh
Analisis
Keterkaitan
SKL, KI, KD
Kerja
Kelompok
Presentasi
Hasil
Kelompok
10 Menit 5 Menit 30 Menit 15 Menit
Pemaparan
Instuktur memberikan materi SKL, KI, dan KD dengan menggunakan PPT-1.3/2.1/2.3/3.1/3.2
Kerja Kelompok
Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok diberi tugas menganalisis keterkaitan SKL,
KI, KD masing-masing mapel selama 1 tahun yang akan dijadikan dasar untuk membuat RPP
dengan menggunakan LK 1.3. Masing-masing kelompok mengerjakan KD yang berbeda agar
peserta mendapat bahan hasil analisis semua KI dan KD selama 1 tahun kelas VII.
Presentasi Hasil Kerja Kelompok
Masing-masing kelompok memaparkan hasil kerja kelompok. Peserta yang akan memaparkan
akan ditunjuk oleh Intruktur.Sementara kelompok lainnnya memberi komentar/ tanggapan dan
menilai hasil kerja kelompok lainnya.
Memberi Contoh
Instruktur memberikan contoh analisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD dengan menggunakan
HO-1.3
Seni Budaya – SMP | 104
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 105
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 106
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 107
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 108
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK
A. Pendahuluan
Pendidikan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 angka 1 adalah: usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Paradigma pendidikan tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam fungsi dan tujuan pendidikan
nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
3 menetapkan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa; bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi parameter utama untuk merumuskan
standar nasional pendidikan sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 35 sebagai berikut:
(1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan
yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
(2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
(3) Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan,
dan pengendalian mutu pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
HO-1.3/2.4/3.1/3.2
Seni Budaya – SMP | 109
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Fungsi standar nasional pendidikan adalah untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) standar nasional pendidikan
sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
B. Tujuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah
Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang:
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian
luhur;
b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
C. Cakupan Kompetensi Lulusan
Penetapan pendekatan kompetensi lulusan didahului dengan mengidentifikasi apa yang hendak
dibentuk, dibangun, dan diberdayakan dalam diri peserta didik sebagai jaminan yang akan
mereka capai setelah menyelesaikan pendidikannya pada satuan pendidikan tertentu.
Pendekatan kompetensi lulusan menekankan pada kemampuan holistik yang harus dimiliki setiap
peserta didik. Hal itu akan membawa implikasi terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh
setiap individu peserta didik, bagaimana cara mengajarkan, dan kapan diajarkannya.
Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan berdasarkan elemen-elemen yang harus dicapai
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Seni Budaya – SMP | 110
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tabel 1: Kompetensi Lulusan Berdasarkan Elemen-Elemen Yang Harus Dicapai
DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK
SIKAP
Proses
Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan
Individu
beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun), rasa ingin tahu, estetika, percaya
diri, motivasi internal
Sosial toleransi, gotong royong, kerjasama, dan musyawarah
Alam
pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan cinta
perdamaian
KETERAMPILAN
Proses
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah +
Menyaji + Menalar + Mencipta
Abstrak
membaca, menulis, menghitung, menggambar,
mengarang
Konkret
menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,
membuat, mencipta
PENGETAHUAN
Proses
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa
+ Mengevaluasi
Obyek ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
Subyek manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia
Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan secara holistik dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini.
Seni Budaya – SMP | 111
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tabel 2: Kompetensi Lulusan Secara Holistik
DOMAIN SD SMP SMA-SMK
SIKAP
Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan
pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya
KETERAMPILAN
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji +
Menalar + Mencipta
pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret
PENGETAHUAN
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa +
Mengevaluasi
pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban
Seni Budaya – SMP | 112
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Dari tabel di atas, cakupan kompetensi lulusan secara holistik dirumuskan sebagai berikut:
1. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Sikap:
Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia
dan peradabannya.
Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan.
2. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Keterampilan:
Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret.
Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.
3. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Pengetahuan:
Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisa, dan mengevaluasi.
Perumusan kompetensi lulusan antarsatuan pendidikan mempertimbangkan gradasi setiap
tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai berikut:
a. perkembangan psikologis anak,
b. lingkup dan kedalaman materi,
c. kesinambungan, dan
d. fungsi satuan pendidikan.
D. Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan
Kompetensi lulusan satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMK/MAK/Paket C diuraikan masing-masing berikut ini.
1. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A
Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A adalah manusia yang memiliki sikap, keterampilan, dan
pengetahuan sebagai berikut:
Seni Budaya – SMP | 113
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tabel 3: Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/PAKET A
DIMENSI KOMPETENSI LULUSAN
SIKAP
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di
sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KETERAMPILAN
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan
kepadanya.
PENGETAHUAN
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
2. Standar Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B
Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah manusia yang memiliki sikap, keterampilan, dan
pengetahuan sebagai berikut:
Tabel 4: Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/ PAKET B
DIMENSI KOMPETENSI LULUSAN
SIKAP
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak
mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
KETERAMPILAN
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
atau sumber lain yang sama dengan yang diperoleh dari sekolah.
PENGETAHUAN
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian yang tampak mata.
3. Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/Paket C
Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/Paket C adalah manusia yang memiliki sikap, keterampilan, dan
pengetahuan sebagai berikut:
Seni Budaya – SMP | 114
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tabel 5: Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/ Paket C
DIMENSI KOMPETENSI LULUSAN
SIKAP
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KETERAMPILAN
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri.
PENGETAHUAN
Memiliki pengetahuan prosedural dan metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian.
Seni Budaya – SMP | 115
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KELAS: VII
SENI RUPA
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan karya seni rupa
sebagai bentuk rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur,
disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, dan santun terhadap karya seni rupa
dan pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal, kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3. Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami konsep dan prosedur
menggambar flora, fauna dan benda alam
3.2 Memahami konsep dan prosedur
menggambar gubahan flora dan fauna serta
geometrik menjadi ragam hias
3.3 Memahami konsep dan prosedur
penerapan ragam hias pada bahan tekstil
3.4 Memahami konsep dan prosedur
penerapan ragam hias pada bahan kayu
4. Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca,
menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
4.1 Menggambar flora, fauna dan benda alam
4.2 Menggambar gubahan flora dan fauna serta
geometrik menjadi ragam hias
4.3 Menerapkan ragam hias pada bahan tekstil
4.4 Menerapkan ragam hias pada bahan kayu
KELAS VII
SENI MUSIK
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan musik sebagai
bentuk rasa syukur terhadap anugerah
Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur,
disiplin,melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, dan santun terhadap karya musik,
dan penciptanya serta arangernya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal , kepedulian terhadap lingkungan
Seni Budaya – SMP | 116
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
dalam berkarya seni
3. Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami teknik vokal dalam bernyanyi
lagu secara unisono
3.2 Memahami teknik vokal dalam bernyanyi
lagu secara vokal group
3.3 Memahami teknik bermain musik
sederhana secara perorangan dan kelompok
3.4 Memahami teknik bermain musik
ansambel sederhana
4. Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi,
dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut
pandang/teori
4.1 Menyanyikan lagu secara unisono
4.2 Menyanyikan lagu secara vokal group
4.3 Memainkan instrumen musik sederhana
secara perorangan dan kelompok
4.4 Memainkan musik ansambel sederhana
KELAS VII
SENI TARI
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan karya seni tari
sebagai bentuk rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai,
jujur,disiplin,melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, dan santun terhadap karya seni tari
dan koreografernya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal, kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3. Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami gerak tari berdasarkan unsur
ruang waktu dan tenaga
3.2 Memahami gerak tari berdasarkan ruang
waktu dan tenaga sesuai iringan
3.3 Memahami gerak tari sesuai dengan level
dan pola lantai
3.4 Memahami gerak tari sesuai level, dan pola
lantai sesuai iringan
4. Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi,
4.1 Melakukan gerak tari berdasarkan unsur
ruang waktu dan tenaga
4.2 Memperagakan gerak tari berdasarkan
ruang waktu dan tenaga sesuai iringan
Seni Budaya – SMP | 117
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut
pandang/teori
4.3 Melakukan gerak tari dengan
menggunakan level dan pola lantai
4.4 Memperagakan gerak tari berdasarkan
level, dan pola lantai sesuai iringan
KELAS VII
SENI TEATER
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan seni teater
sebagai bentuk rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur,
disiplin,melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, dan santun terhadap naskah drama,
pertunjukan teater, pemain dan pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal , kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3. Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami teknik olah tubuh, olah suara,
dan olah rasa .
3.2 Memahami teknik penyusunan, konsep dan
naskah drama.
3.3 Memahami rancangan teknik pementasan
3.4 Memahami teknik menampilkan
pertunjukkan teater
4. Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca,
menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
4.1 Menerapkan teknik olah tubuh, olah suara,
dan olah rasa yang mengacu pada sumber
alam sekitar sebagai inspirasi.
4.2 Membuat konsep /naskah drama yang
berkaitan dengan tema alam.
4.3 Merancang pementasan dan menerapkan
prinsip kerjasama dalam berteater
4.4 Menampilkan pertunjukkan teater
Seni Budaya – SMP | 118
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KELAS: VIII
SENI RUPA
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan karya seni rupa
daerah sebagai bentuk rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur,
disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, santun terhadap karya seni rupa
dan pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal , kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami konsep dan prosedur
menggambar model pada berbagai bahan
dan beragam teknik
3.2 Memahami konsep dan prosedur
menggambar illustrasi dengan teknik
manual atau digital
3.3 Memahami konsep dan prosedur
penerapan ragam hias flora, fauna dan
geometrik pada kriya dari bahan keras
dengan berbagai teknik
3.4 Memahami konsep dan prosedur
penerapan ragam hias flora, fauna dan
geometrik pada kriya tekstil dengan teknik
tapestri
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
4.1 Menggambar model pada berbagai bahan
dan beragam teknik
4.2 Menggambar illustrasi dengan teknik
manual atau digital
4.3 Menerapkan ragam hias flora, fauna dan
geometrik pada kriya dari bahan keras
dengan berbagai teknik
4.4 Menerapkan ragam hias flora, fauna dan
geometrik pada kriya tekstil dengan teknik
tapestri
Seni Budaya – SMP | 119
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KELAS VIII
SENI MUSIK
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan musik daerah
sebagai bentuk rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur,
disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, santun terhadap karya musik , dan
penciptanya serta arangernya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal , kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami teknik dan gaya lagu daerah
secara unisono atau perseorangan
3.2 Memahami teknik dan gaya lagu daerah
bentuk vokal group
3.3 Memahami teknik dan gaya bermain musik
tradisional sederhana secara perorangan
atau kelompok
3.4 Memahami teknik dan gaya bermain musik
ansambel tradisional
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
4.1 Menyanyikan lagu daerah secara unisono
atau perseorangan
4.2 Menyanyikan lagu daerah bentuk vokal
group
4.3 Memainkan instrumen musik tradisional
sederhana secara perorangan atau
kelompok
4.4 Memainkan ansambel musik tradisional
Seni Budaya – SMP | 120
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KELAS VIII
SENI TARI
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang
dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan karya seni tari
daerah sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur,
disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, santun terhadap karya seni tari
dan koreograferya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal , kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian
tampak mata
3.1 Memahami keunikan gerak tari
tradisional berdasarkan pola lantai dengan
menggunakan unsur pendukung tari
3.2 Memahami keunikan peragaan gerak tari
tradisional berdasarkan pola lantai
dengan menggunakan unsur pendukung
tari sesuai iringan
3.3 Memahami cara menerapkan pola lantai
dan unsur pendukung gerak tari gaya
tradisional pada karya tari kreasi
3.4 Memahami cara menerapkan pola
lantai,unsur pendukung dan iringan gerak
tari gaya tradisional pada karya tari kreasi
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut
pandang/teori
4.1 Merangkai gerak tari tradisional
berdasarkan pola lantai dengan
menggunakan unsur pendukung tari
4.2 Memperagakan gerak tari tradisional
berdasarkan pola lantai dengan
menggunakan unsur pendukung tari
sesuai iringan
4.3 Merangkai gerak tari kreasi gaya
tradisional berdasarkan pola lantai dengan
menggunakan unsur pendukung tari
4.4 Memperagakan gerak tari kreasi gaya
tradisional berdasarkan pola lantai
dengan menggunakan unsur pendukung
tari sesuai iringan
Seni Budaya – SMP | 121
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KELAS VIII
SENI TEATER
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang
dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan karya seni teater
daerah sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur,
disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, santun terhadap naskah drama,
pertunjukan teater, pemain dan
pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal , kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian
tampak mata
3.1 Memahami penerapan teknik olah tubuh,
olah suara, dan olah rasa yang mengacu
pada sumber budaya tradisional
3.2 Memahami teknik membuat naskah
drama dari sumber budaya tradisional
3.3 Memahami teknik dan rancangan
pertunjukkan teater tradisional
3.4 Memahami teknik pertunjukan teater
dengan gaya teater tradisional
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut
pandang/teori
4.1 Menerapkan teknik olah tubuh, olah suara,
dan olah rasa yang mengacu pada sumber
budaya tradisional
4.2 Membuat naskah drama secara
sederhana dari sumber budaya tradisional
4.3 Merancang pertunjukkan teater
tradisional
4.4 Mempertunjukan teater dengan gaya teater
tradisional
Seni Budaya – SMP | 122
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KELAS: IX
SENI RUPA
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan karya seni rupa
modern sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai,jujur,
disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, santun terhadap karya seni rupa dan
pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal , kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami konsep dan prosedur karya seni
lukis dengan beragam media dan teknik
3.2 Memahami konsep dan prosedur karya seni
patung dengan beragam media dan teknik
3.3 Memahami konsep dan prosedur karya seni
grafis dengan beragam media dan teknik
3.4 Memahami konsep dan prosedur pada
kegiatan merancang dan menyelenggarakan
pameran
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca,
menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
4.1 Membuat karya seni lukis dengan beragam
media dan teknik
4.2 Membuat karya seni patung dengan beragam
media dan teknik
4.3 Membuat karya seni grafis dengan beragam
media dan teknik
4.4 Merancang dan menyelenggarakan pameran
Seni Budaya – SMP | 123
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KELAS IX
SENI MUSIK
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan musik modern
sebagai bentuk rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur,
disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, santun terhadap seni musik , dan
penciptanya serta arangernya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri, motivasi
internal , kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami cara menggubah musik modern
secara unisono atau perseorangan
3.2 Memahami cara menggubah musik modern
untuk vokal group
3.3 Memahami teknik bernyanyi musik modern
3.4 Memahami teknik bermain dan menampilkan
musik ansambel
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca,
menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
4.1 Menggubah musik modern secara unisono
4.2 Menggubah musik modern untuk vokal
group
4.3 Menyanyikan musik modern sederhana
secara perorangan maupun kelompok
4.4 Menyajikan musik ansambel
Seni Budaya – SMP | 124
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KELAS IX
SENI TARI
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan karya seni
tari modern sebagai bentuk rasa
syukur terhadap anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur,
disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung
jawab, peduli, santun terhadap karya
seni tari dan koreografernya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri ,
motivasi internal , kepedulian terhadap
lingkungan dalam berkarya seni
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual, konseptual,
dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami komposisi tari gaya modern
3.2 Memahami komposisi dan iringan tari
gaya modern
3.3 Memahami komposisi tari gaya
kontemporer
3.4 Memahami komposisi dan iringan tari
gaya kontemporer
4. Mengolah, menyaji, dan menalar
dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori
4.1 Menyusun karya tari modern
berdasarkan komposisi tari
4.2 Memperagakan karya tari modern
berdasarkan komposisi tari sesuai
iringan
4.3 Menyusun karya tari kontemporer
berdasarkan komposisi tari
4.4 Memperagakan karya tari kontemporer
berdasarkan komposisi tari sesuai
iringan
KELAS IX
SENI TEATER
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang
dianutnya
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai
keragaman dan keunikan karya seni teater
modern sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan
2. Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
2.1 Menunjukkan sikap menghargai,jujur,
disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab,
peduli, santun terhadap naskah drama,
pertunjukan teater, pemain dan
pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi
internal , kepedulian terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
Seni Budaya – SMP | 125
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.1 Memahami tehnik olah tubuh, olah suara,
dan olah rasa teater Modern Indonesia
3.2 Memahami rancangan dan pementasan
teater Modern.
3.3 Memahami rancangan konsep produksi
manajemen pertunjukan teater
3.4 Memahami pertunjukan teater modern
4. Mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
4.1 Menerapkan tehnik olah tubuh, olah suara,
dan olah rasa teater Modern Indonesia
4.2 Merancang dan mempersiapkan
pementasan teater Modern.
4.3 Merancang konsep produksi manajemen
pertunjukan teater
4.4 Menampilkan pertunjukan teater modern
Seni Budaya – SMP | 126
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-1.3/2.1/2.4/3.1/3.2
Seni Budaya – SMP | 127
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI RUPA)
SATUAN PELAJARAN : SMP
Kelas : VII (Seni Rupa)
Kompetensi Inti
KI 1 : Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu, percaya diri, dan
motivasi internal, toleransi, pola hidup sehat, ramah lingkungan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3: Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penomena
dan kejadian yang tampak mata.
KI 4: Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi dan membuat) dan abstrak (menulis, membaca, menghitung, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam sudut
pandang/teori.
HO-1.3/2.1/2.4/3.1/3.2
Seni Budaya – SMP | 128
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi
Pokok
Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan
keunikan karya seni
rupa sebagai bentuk
rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai, jujur,
disiplin, melalui
aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap karya seni
rupa dan pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
 Mengg
am
bar
flora,
fauna
dan
benda
alam
Mengamati
 Melihat gambar flora, fauna dan
benda alam
 Membaca buku tentang konsep dan
prosedurmenggambar flora, fauna dan
benda alam
Menanya
 Menanyakan cara menggambar flora,
fauna dan benda alam
 Menanyakan makna gambar pada
flora, fauna dan benda alam di
masyarakat
Mengeksplorasi
 Menghubungkan antara konsep dan
prosedur menggambar flora, fauna,
benda alam dengan budaya setempat
 Mencari konsep dan
Tugas.
membuat
ringkasan
tulisan
tentang
gambar flora,
fauna dan
benda alam
Observasi
format
pengamatan
skala sikap
Produk
gambar flora,
4 JP  Buku
Paket
Seni
Budaya
Kelas VII
 Bukubuku
lain
yang
relevan
 Informasi
melalui
internet
 Pameran
karya seni
Rupa
Seni Budaya – SMP | 129
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi
Pokok
Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
dalam berkarya seni
3.1. Memahami konsep
dan prosedur
menggambar flora,
fauna dan benda alam
4.1. Menggambar flora,
fauna dan benda alam
prosedurmenggambar flora, fauna dan
benda alam dalam kehidupan sosial
budaya di masyarakat
Mengasosiasi
 Menunjukkan makna yang terkandung
pada gambar flora, fauna dan benda
alam dalam kehidupan sosial budaya
di masyarakat
 Membandingkan konsep dan prosedur
menggambar flora, fauna dan benda
alam yang berkembang dalam
kehidupan sosial budaya di
masyarakat
Mengomunikasikan
 membuat gambar flora, fauna dan
benda alam
 menyampaikan hasil pengumpulan
dan simpulan informasi yang
diperoleh
 mempresentasikan secara lisan atau
tulisan mengenai karya yang dikerjakan
fauna dan
benda alam
Seni Budaya – SMP | 130
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi
Pokok
Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan
keunikan karya seni
rupa sebagai bentuk
rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai, jujur,
disiplin, melalui
aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap karya seni
rupa dan pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.2.Memahami konsep
dan prosedur
menggambar gubahan
flora dan fauna serta
geometrik menjadi
ragam hias
 ragam
hias
flora
dan
fauna
serta
geome
trik
Mengamati
 Melihat gambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
 Membaca buku tentang konsep dan
prosedur menggambar ragam hias
flora dan fauna serta geometrik
Menanya
 Menanyakan cara menggambar ragam
hias flora dan fauna serta geometrik
 Menanyakan makna gambar ragam
hias flora dan fauna serta geometrik
Mengeksplorasi
 Mendiskusikan konsep dan prosedur
menggambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
 Mencari makna ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
Mengasosiasi
 Menghubungkan antara konsep dan
prosedur gambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik dengan budaya
setempat
Tugas.
membuat
kritik seni
secara
sederhana
minimum 100
kata tentang
gambar ragam
hias flora dan
fauna serta
geometrik
Observasi
format
pengamatan
skala sikap
Produk
gambar ragam
hias flora dan
fauna serta
geometrik
4 JP  Buku
Paket
Seni
Budaya
Kelas VII
 Bukubuku
lain
yang
relevan
 Informasi
melalui
internet
 Pameran
karya seni
Rupa
Seni Budaya – SMP | 131
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi
Pokok
Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
4.2.Menggambar gubahan
flora dan fauna serta
geometrik menjadi
ragam hias
 Membandingkan konsep dan
prosedur gambar ragam hias flora
dan fauna serta geometrik yang
berkembang dalam kehidupan sosial
budaya di masyarakat
Mengomunikasikan
 mengambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
 menyampaikan hasil pengumpulan dan
simpulan informasi yang diperoleh
 mempresentasikan jawabkan secara lisan
atau tulisan mengenai karya
yang dikerjakan
1.1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan
keunikan karya seni
rupa sebagai bentuk
rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai, jujur,
disiplin, melalui
aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
 ragam
hias
pada
bahan
tekstil
Mengamati
 Melihat gambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
 Membaca buku tentang konsep dan
prosedur menggambar ragam hias
flora dan fauna serta geometrik
Menanya
 Menanyakan cara menggambar ragam
hias flora dan fauna serta geometrik
 Menanyakan makna gambar ragam
hias flora dan fauna serta geometrik
Tugas.
membuat
ringkasan
tulisan tentang
kriya tekstil
dengan motif
ragam hias
Observasi
format
pengamatan
5 JP  Buku
Paket
Seni
Budaya
Kelas VII
 Bukubuku
lain
yang
relevan
 Informasi
melalui
internet
 Pameran
karya seni
Rupa
Seni Budaya – SMP | 132
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi
Pokok
Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
peduli, dan santun
terhadap karya seni
rupa dan pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.3.Memahami konsep
dan prosedur
penerapan ragam hias
pada bahan tekstil
4.3.Menerapkan ragam
hias pada bahan
tekstil
Mengeksplorasi
 Mendiskusikan konsep dan prosedur
menggambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
 Mencari makna ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
Mengasosiasi
 Menghubungkan antara konsep dan
prosedur gambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik dengan budaya
setempat
 Membandingkan konsep dan
prosedur gambar ragam hias flora
dan fauna serta geometrik yang
berkembang dalam kehidupan sosial
budaya di masyarakat
Mengomunikasikan
 membuat kriya tekstil dengan motif
ragam hias
 menyampaikan hasil pengumpulan dan
simpulan informasi yang diperoleh
 mempresentasikan secara lisan atau
tulisan mengenai karya yang dikerjakan
skala sikap
Produk
kriya tekstil
dengan motif
ragam hias
Seni Budaya – SMP | 133
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi
Pokok
Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan
keunikan karya seni
rupa sebagai bentuk
rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai, jujur,
disiplin, melalui
aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap karya seni
rupa dan pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.4.Memahami konsep
dan prosedur
penerapan ragam hias
pada bahan kayu
4.4. Menerapkan ragam
hias pada bahan kayu
 ragam
hias
pada
bahan
kayu
Mengamati
 Melihat gambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
 Membaca buku tentang konsep dan
prosedur menggambar ragam hias
flora dan fauna serta geometrik
Menanya
 Menanyakan cara menggambar ragam
hias flora dan fauna serta geometrik
 Menanyakan makna gambar ragam
hias flora dan fauna serta geometrik
Mengeksplorasi
 Mendiskusikan konsep dan prosedur
menggambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
 Mencari makna ragam hias flora dan
fauna serta geometrik
Mengasosiasi
 Menghubungkan antara konsep dan
prosedur gambar ragam hias flora dan
fauna serta geometrik dengan budaya
setempat
Tugas.
membuat
kritik seni
secara
sederhana
minimum 100
kata tentang
kriya kayu
dengan motif
ragam hias
Observasi
format
pengamatan
skala sikap
Produk
kriya kayu
dengan motif
ragam hias
5 JP  Buku
Paket
Seni
Budaya
Kelas VII
 Bukubuku
lain
yang
relevan
 Informasi
melalui
internet
 Pameran
karya seni
Rupa
Seni Budaya – SMP | 134
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi
Pokok
Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
 Membandingkan konsep dan
prosedur gambar ragam hias flora
dan fauna serta geometrik yang
berkembang dalam kehidupan sosial
budaya di masyarakat
Mengomunikasikan
 membuat kriya kayu dengan motif
ragam hias
 menyampaikan hasil pengumpulan dan
simpulan informasi yang diperoleh
 mempresentasikan secara lisan atau
tulisan mengenai karya yang dikerjakan
Seni Budaya – SMP | 135
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK)
SATUAN PELAJARAN : SMP
KELAS : VII (Seni Musik)
KOMPETENSI INTI :
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya..
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat,) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang)sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Seni Budaya – SMP | 136
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok* Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1.Menerima, menanggapi dan
menghargai keragaman
dan keunikan musik
sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan
2.1.Menunjukkan sikap
menghargai,jujur,
disiplin,melalui aktivitas
berkesenian
2.2. Menunjukkan sikap
bertanggung jawab
peduli, dan santun
terhadap karya musik
dan penciptanya serta
arrangernya
2.3. Menunjukkan sikap
percaya diri, motivasi
internal, kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.1.Memahami teknik vokal
dalam bernyanyi lagu
secara unisono
4.1. Menyanyikan lagu secara
unisono
 Teknik
Vokal dan
bernyanyi
unisono
Mengamati
 Mendengarkan lagu yang
dinyanyikan secara unisono
secara langsung melalui media
elektronik
 Melihat partitur lagu satu
suara
Menanya
 Menanyakan kemampuan
suara manusia dengan jenis
partitur suatu lagu.
 Menyanyakan hubungan mutu
suara manusia dengan aspek
kesehatan
 Menanyakan hubungan sikap
dan teknik bernyanyi dengan
kejelasan ucapan dalam
bernyanyi
Mengeksplorasi
 Menyanyikan kalimat lagu
dengan bersenandung satu
frase satu tarikan nafas
 Menyanyikan sebuah lagu
secara berturut-turut dengan
perubahan nada dasar
Produk
Membuat tulisan
tentang kritik seni
bernyanyi secara
unisono sebanyak
100 kata
Unjuk Kerja
Bernyanyi secara
unisono
4 JP Buku
Lagu
Wajib
lagu
Nasional,
Daerah
dan
Populer
Buku
Paket
Seni
Budaya
Kelas VII
Acara
musik di
radio
dan TV
DVD,
VCD
Seni Budaya – SMP | 137
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok* Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
 Mengidentifikasi perubahan
suara pada remaja (Organ
suara manusia)
 Menyusun klipping tentang
pertunjukkan musik vokal
secara unison
Mengasosiasi
 Membedakan bentuk kotak
suara manusia dengan tinggi
rendahnya nada yang
ditampilkan (warna suara)
 Menunjukkan kualitas suara
dengan kebiasaan merokok dan
pengaruhnya terhadap pita
suara
Mengomunikasikan
 Menyanyikan lagu dengan satu
suara bersama-sama di kelas
 Mempresentasikan secara lisan
atau tulisan kritik seni
1.1 Menerima, menanggapi dan
menghargai keragaman
dan keunikan musik
sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan
 Vokal
Group
Mengamati
 Menyaksikan pertunjukkan
vocal group secara langsung
melalui media elektronik
 Mendengar lagu bentuk kanon
Unjuk Kerja
 Menyanyikan
lagu kanon
 Menyanyikan
lagu dua suara
5JP Buku
Lagu
Wajib
lagu
Nasional,
Daerah
Seni Budaya – SMP | 138
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok* Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
2.1.Menunjukkan sikap
menghargai,jujur,
disiplin,melalui aktivitas
berkesenian
2.2. Menunjukkan sikap
bertanggung jawab
peduli, dan santun
terhadap karya musik
dan penciptanya serta
arrangernya
2.3. Menunjukkan sikap
percaya diri, motivasi
internal, kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.2Memahami teknik vokal
dalam bernyanyi lagu
secara vokal group
4.2. Menyanyikan lagu secara
vokal group
 Melihat partitur lagu untuk
vokal grup
Menanya
 Menanyakan penggolongan
suara manusia dengan
pembagian melodi suara satu,
dua dan tiga
 Menanyakan mengapa
perpaduan nada (akord) walau
berbada nada terdengar indah
 Menanyakan tentang alasan
kekompakan sebagai hal penting
dalam vokal grup
Mengeksplorasi
 Menentukan pembagian suara
dalam vokal group dengan
baik dan benar
 Menyanyikan lagu dengan
perubahan dinamika
Mengasosiasi
 Menyanyikan
lagu tiga suara
dan
Populer
Buku
Paket
Seni
Budaya
Kelas VII
Acara
musik di
radio
dan TV
DVD,
VCD
Seni Budaya – SMP | 139
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok* Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
 Membandingkan penampilan
vokal group dalam
membawakan lagu minor
dengan suasana sedih, syahdu
dan penuh haru
 Membandingkan penampilan
vokal group dalam
membawakan lagu ayor dengan
suasana riang, senang dan
gembira
Mengomunikasikan
 Menampilkan pertunjukkan
vokal group dalam kelas
 Membuat tulisan tentang kritik
seni pertunjukan vokal grup
1.1.Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan
keunikan musik
sebagai bentuk rasa
syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1.Menunjukkan sikap
menghargai,jujur,
disiplin,melalui aktivitas
berkesenian
2.2. Menunjukkan sikap
bertanggung jawab
 Musik
Ansambel
Mengamati :
 Menyaksikan pertunjukkan
kelompok musik secara
langsung melalui media
elektronik
 Mendengarkan permainan
musik ansambel
Menanya
 Menanyakan teknik bermain
musik rimis
 Menanyakan teknik bermain
musik melodis
Unjuk Kerja
 Bermain Musik
ritmis
 Bermain musik
melodis
4 JP Buku
Lagu
Wajib
lagu
Nasional,
Daerah
dan
Populer
Buku
Paket
Seni
Seni Budaya – SMP | 140
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok* Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
peduli, dan santun
terhadap karya musik
dan penciptanya serta
arrangernya
2.3. Menunjukkan sikap
percaya diri, motivasi
internal, kepedulian
terhadap lingkungan dalam
berkarya seni
3.3Memahami teknik
bermain musik
sederhana secara
perorangan dan
kelompok
4.3Memainkan instrumen
musik sederhana secara
perorangan dan
kelompok
Mengeksplorasi
 Membagi iringan lagu dalam
kelompok musik dengan baik
dan benar
 Menggubah secara sederhana
lagu-lagu yang akan dibawakan
oleh kelompok musik
Mengasosiasi
 Membandingkan kedisiplinan
dan kekompakan penampilan
kelompok musik dengan tentara
 Membandingkan suara yang
bising latiahan musik tanpa
pembimbing dengan suasana
riuh di pasar
Mengomunikasikan
 Menampilkan pertunjukkan
kelompok musik di dalam kelas
 Mengiringi lagu saat
pertunjukkan kelompok music
 Mempresentasikan secara lisan
atau tulisan kritik seni
Budaya
Kelas VII
Acara
musik di
radio
dan TV
DVD,
VCD
Seni Budaya – SMP | 141
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi
Pokok
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1 Menerima, menanggapi dan
menghargai keragaman dan
keunikan musik sebagai
bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan
2.1.Menunjukkan sikap
menghargai,jujur,
disiplin,melalui aktivitas
berkesenian
2.2. Menunjukkan sikap
bertanggung jawab
peduli, dan santun
terhadap karya musik
dan penciptanya serta
arrangernya
2.3. Menunjukkan sikap
percaya diri, motivasi
internal, kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.4Memahami teknik
bermain musik
ansambel sederhana
4.4 Memainkan musik
ansambel sederhana
 Musik
Ansamble
Mengamati
Menyaksikan pertunjukkan kelompok
musik ansamble langsung melalui
media pembelajaran
Menanya
Mendiskusikan tentang penampilan
kelompok musik ansamble yang
dipertunjukkan
Eksplorasi
 Mendemonstrasikan teknik
permainan musik ansamble secara
berkelompok dengan baik dan benar
 Membagi iringan musik lagu - lagu
ansamble dalam masing-masing
kelompok
Mengasosiasi
Membandingkan konsep pertunjukkan
acara ansamble musik dengan sebuah
pertunjukkan musik
Mengomunikasikan
 Mempertunjukkan musik ansamble
secara berkelompok di dalam kelas
 Mempresentasikan secara lisan atau
tulisan kritik seni
Produk
 Iringan
musik
sederhana
 Membuat
ulasan musik
Unjuk Kerja
 Bermain
Musik
ansambel
campuran
5 JP Buku Lagu
Wajib
lagu
Nasional,
Daerah
dan
Populer
Buku
Paket Seni
Budaya
Kelas VII
Acara
musik di
radio dan
TV
DVD, VCD
Seni Budaya – SMP | 142
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI TARI)
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas : VII (Seni Tari)
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu, percaya diri, dan
motivasi internal, toleransi, pola hidup sehat, ramah lingkungan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3: Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penomena
dan kejadian yang tampak mata.
KI 4: Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi dan membuat) dan abstrak (menulis, membaca, menghitung, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Seni Budaya – SMP | 143
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan
keunikan karya seni tari
sebagai bentuk rasa
syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai,
jujur,disiplin,melalui
aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap karya seni tari
dan koreografernya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.1. Memahami gerak tari
berdasarkan unsur
ruang waktu dan tenaga
4.1 Melakukan gerak tari
berdasarkan unsur
 Gerak tari
berdasark
an unsur
ruang,
waktu dan
tenaga
Mengamati
 Membaca dari berbagai sumber
belajar tentang gerak tari
berdasarkan unsure ruang, waktu
dan tenaga
 Mengamati tayangan gerak tari
berdasarkan ruang, waktu dan
tenaga melalui media
 Melihat guru memperagakan gerak
tari berdasarkan ruang, waktu dan
tenaga
Menanya
 Menanya tentang gerak tari
berdasarkan unsur ruang, waktu
dan tenaga
Mengeksplorasi
 Mencari contoh gerak tari
berdasarkan ruang, waktu dan
tenaga
 Merangkai berbagai gerak tari sesuai
dengan ruang, waktu dan tenaga
dengan hitungan atau ketukan
 Mendiskusikan gerak tari
berdasarkan unsure ruang, waktu
dan tenaga
Produk
 Membuat
ringkasan
tulisan
tentang tari
berdasarka
n ruang,
waktu dan
tenaga
Unjuk Kerja
 meragakan
tari
berdasarkan
unsur
ruang, waktu
dan tenaga
4 JP Buku teks
pelajaran
Seni
Budaya
kelas VII
Humprey,
Doris,
1983. Seni
Menata
Tari, terj.
Sal
Murgiyanto
, Dewan
Kesenian
Jakarta,
Jakarta.
VCD
pertunjuka
n tari
Seni Budaya – SMP | 144
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
ruang waktu dan tenaga
Mengasosiasi
 Membandingkan gerak tari di
lingkungan tempat tinggal siswa
dengan daerah lain berdasarkan
ruang, waktu dan tenaga
 Membandingkan bentuk penyajian
gerak tari daerah tempat tinggal
siswa dengan daerah lain
berdasarkan ruang, waktu dan
tenaga
Mengomunikasikan
 Menampilkan karya tari berdasarkan
unsur ruang, waktu dan tenaga
Ensikloped
i tari
Indonesia
Media
cetak dan
elektronik
1.1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan
keunikan karya seni tari
sebagai bentuk rasa
syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai,
jujur,disiplin,melalui
 Gerak tari
berdasarka
n ruang,
waktu dan
tenaga
sesuai
iringan
Mengamati
 Membaca dari berbagai sumber
belajar tentang gerak tari
berdasarkan ruang, waktu dan
tenaga
 Mendengarkan berbagai musik
iringan tari
 Mengamati gerak tari berdasarkan
unsur ruang, waktu dan tenaga
sesuai iringan
Produk
 Membuat
kritik tari
secara
sederhana
maksimum
100 kata
berdasarka
n unsur
ruang,
4 JP Buku teks
pelajaran
Seni
Budaya
kelas VII
Humprey,
Doris,
1983. Seni
Seni Budaya – SMP | 145
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap karya seni tari
dan koreografernya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.2 Memahami gerak tari
berdasarkan ruang
waktu dan tenaga sesuai
iringan
4.2 Memperagakan gerak
tari berdasarkan ruang
waktu dan tenaga sesuai
iringan
Menanya
 menanyakan gerak tari berdasarkan
unsure ruang, waktu dan tenaga
sesuai iringan
 menanyakan berbagai macam musik
iringan tari
Mengeksplorasi
 Mencari contoh gerak tari
berdasarkan ruang, waktu dan
tenaga sesuai iringan
 Merangkai berbagai gerak tari sesuai
dengan ruang, waktu dan tenaga
sesuai iringan
 Mendiskusikan gerak tari
berdasarkan unsure ruang, waktu
dan tenaga sesuai iringan
 Mendiskusikan berbagai macam
musik iringan tari
Mengasosiasi
 Membandingkan gerak tari di
lingkungan tempat tinggal siswa
dengan daerah lain berdasarkan
waktu dan
tenaga
Unjuk Kerja
 Meragakan
tari
berdasarkan
ruang waktu
dan tenaga
sesuai
iringan
Menata
Tari, terj.
Sal
Murgiyanto
, Dewan
Kesenian
Jakarta,
Jakarta.
VCD
pertunjuka
n tari
VCD/kaset
music
iringan tari
Ensikloped
i tari
Indonesia
Media
cetak dan
Seni Budaya – SMP | 146
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
ruang, waktu dan tenaga
 Membandingkan bentuk penyajian
gerak tari daerah tempat tinggal siswa
dengan daerah lain
 Membandingkan musik iringan tari di
lingkungan tinggal siswa dengan
daerah lain
Mengomunikasikan
 Menampilkan karya tari berdasarkan
unsur ruang, waktu dan tenaga
sesuai iringan
 Membuat sinopsis tari sesuai dengan
tari yang di peragakan secara
sederhana
elektronik
1.1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan
keunikan karya seni tari
sebagai bentuk rasa
syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai,
jujur,disiplin,melalui
 Melakuka
n gerak
tari
berdasar
kan level
dan pola
lantai
Mengamati
 Membaca dari berbagai sumber
belajar tentang gerak tari
berdasarkan level dan pola lantai
 Mengamati gerak tari berdasarkan
level dan pola lantai dengan
menggunakan media
Menanya
Produk
 Membuat
ringkasan
tulisan
tentang tari
berdasarka
n level dan
pola lantai
5 JP Buku teks
pelajaran
Seni
Budaya
kelas VII
Humprey,
Doris,
1983. Seni
Seni Budaya – SMP | 147
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap karya seni tari
dan koreografernya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.3 Memahami gerak tari
sesuai dengan level dan
pola lantai
4.3 Melakukan gerak tari
dengan menggunakan
level dan pola lantai
 Menanya tentang gerak tari
berdasarkan level dan pola lantai
Mengeksplorasi
 Mencari contoh gerak tari
berdasarkan level dan pola lantai
 Merangkai berbagai gerak tari sesuai
dengan level dan pola lantai
 Mendiskusikan gerak tari
berdasarkan level dan pola lantai
Mengasosiasi
 Membandingkan gerak tari di
lingkungan tempat tinggal siswa
dengan daerah lain berdasarkan level
dan pola lantai
 Membandingkan bentuk penyajian
gerak tari daerah tempat tinggal siswa
dengan daerah lain berdasarkan level
dan pola lantai
Mengomunikasikan
 Menampilkan karya tari
berdasarkan level dan pola lantai
 Membuat sinopsis tari sesuai dengan
tari yang di peragakan secara
sederhana
Unjuk Kerja
 Melakukan
gerak tari
dengan
menggunak
an level dan
pola lantai
Menata
Tari, terj.
Sal
Murgiyanto
, Dewan
Kesenian
Jakarta,
Jakarta.
VCD
pertunjuka
n tari
VCD/kaset
music
iringan tari
Ensikloped
i tari
Indonesia
Media
cetak dan
elektronik
Seni Budaya – SMP | 148
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1 Menerima,
menanggapi dan
menghargai keragaman
dan keunikan karya seni
tari sebagai bentuk rasa
syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai,
jujur,disiplin,melalui
aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap karya seni tari
dan koreografernya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.4 Memahami gerak tari
sesuai level, dan pola
 Memperag
akan
gerak tari
berdasark
an level
dan pola
lantai
sesuai
iringan
Mengamati
 Mendengarkan berbagai musik
iringan tari
 Mengamati gerak tari berdasarkan
level dan pola lantai sesuai iringan
Menanya
 menanyakan gerak tari berdasarkan
level dan pola lantai sesuai iringan
 menanyakan berbagai macam musik
iringan tari
Mengeksplorasi
 Mencari contoh gerak tari
berdasarkan level dan pola lantai
sesuai iringan
 Menghubungkan berbagai gerak tari
berdasarkan level dan pola lantai
sesuai iringan
 Mendiskusikan gerak tari
berdasarkan level dan pola lantai
sesuai iringan
 Mendiskusikan berbagai macam
musik iringan tari
Produk
 Membuat
kritik tari
secara
sederhana
maksimum
100 kata
berdasarka
n level dan
pola lantai
sesuai
dengan
iringan
Unjuk Kerja
 Memperaga
kan tari
sesuai level,
dan pola
lantai
sesuai
iringan
5 JP Buku teks
pelajaran
Seni
Budaya
kelas VII
Humprey,
Doris,
1983. Seni
Menata
Tari, terj.
Sal
Murgiyanto
, Dewan
Kesenian
Jakarta,
Jakarta.
VCD
pertunjuka
n tari
Seni Budaya – SMP | 149
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
lantai sesuai iringan
4.4 Memperagakan gerak
tari berdasarkan level,
dan pola lantai sesuai
iringan
Mengasosiasi
 Membandingkan gerak tari di
lingkungan tempat tinggal siswa
dengan daerah lain berdasarkan level
dan pola lantai
 Membandingkan bentuk penyajian
gerak tari daerah tempat tinggal siswa
dengan daerah lain berdasarkan level
dan pola lantai
 Membandingkan musik iringan tari di
lingkungan tinggal siswa dengan
daerah lain
Mengomunikasikan
 Menampilkan karya tari berdasarkan
unsur level dan pola lantai sesuai
iringan
VCD/kaset
music
iringan tari
Ensikloped
i tari
Indonesia
Media
cetak dan
elektronik
Seni Budaya – SMP | 150
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI TEATER)
Mata Pelajaran : SMP
Kelas : VII (Seni Teater)
Kompetensi Inti :
KI 1: Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu, percaya diri, dan
motivasi internal, toleransi, pola hidup sehat, ramah lingkungan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3: Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penomena
dan kejadian yang tampak mata.
KI 4: Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi dan membuat) dan abstrak (menulis, membaca, menghitung, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Seni Budaya – SMP | 151
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
1.1. Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan keunikan
seni teater sebagai bentuk
rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai, jujur,
disiplin,melalui aktivitas
berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap naskah
drama, pertunjukan
teater, pemain dan
pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.1. Memahami teknik olah
tubuh, olah suara, dan
olah rasa .
 Teknik olah
tubuh, olah
suara, dan
olah rasa
Mengamati
 Membaca dari berbagai sumber
belajar tentang teknik olah
tubuh, olah suara, dan olah rasa
.
 Mengamati tayangan dasardasar
teknik akting dalam drama
melalui media
 Melihat guru memperagakan
teknik olah tubuh, olah suara,
dan olah rasa .
Menanya
 Menanya tentang teknik olah
tubuh, olah suara, dan olah rasa
berdasarkan tema alam
Mengeksplorasi
 Mencari contoh teknik olah
tubuh, olah suara, dan olah rasa
.
 Merangkai berbagai teknik olah
tubuh, olah suara, dan olah rasa
.
 Mendiskusikan teknik olah
Produk
 Membuat
ringkasan
tulisan tentang
dasar-dasar
teknik akting
bermain teater
Unjuk Kerja
 Meragakan
teknik olah
tubuh dalam
bentuk
pantomim
4 JP Buku Teks
Pelajaran seni
budaya kelas VII
Anirun, Suyatna.
2002. Menjadi
Sutradara.
Bandung: STSI
PRESS.
Brook, Peter.
2002. Percikan
Pemikiran tentang
Teater, Film, dan
Opera.
Yogyakarta: Arti.
Endraswara,
Suwardi.2011.
Metode
Pembelajaran
Drama.
Yogyakarta: FBS
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
Mitter, Shomit,
Seni Budaya – SMP | 152
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
4.1. Menerapkan teknik
olah tubuh, olah suara,
dan olah rasa yang
mengacu pada sumber
alam sekitar sebagai
inspirasi.
tubuh, olah suara, dan olah rasa
.
Mengasosiasi
 Membandingkan teater di
lingkungan tempat tinggal siswa
dengan daerah lain berdasarkan
teknik olah tubuh, olah suara,
dan olah rasa .
 Membandingkan bentuk
penyajian teater daerah tempat
tinggal siswa dengan daerah lain
berdasarkan teknik olah tubuh,
olah suara, dan olah rasa .
Mengomunikasikan
 Menampilkan teknik olah tubuh,
olah suara, dan olah rasa .
Stanislavski,
Brecht,
Grotowski,
Brook. 2002.
Sistem Pelatihan
Lakon.
Yogyakarta: Arti.
Saptaria, Rikrik
El. 2006.
Panduan Praktis
Akting untuk Film
& Teater.
Bandung:
Rekayasa Sains.
Sitorus, Eka D.
2002. The Art of
Acting–Seni Peran
untuk Teater,
Film, & TV.
Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama.
Stanislavski,
Constantin.
2008.
Membangun
Tokoh.
Yogyakarta: KPG
Seni Budaya – SMP | 153
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
dan Teater
Garasi.
VCD pertunjukan
teater
Ensiklopedia
teater Indonesia
1. 1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan keunikan
seni teater sebagai bentuk
rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai, jujur,
disiplin,melalui aktivitas
berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap naskah
drama, pertunjukan
teater, pemain dan
 Konsep
/naskah
drama.
Mengamati
 Membaca dari berbagai sumber
belajar tentang penyusunan dan
konsep naskah drama
 Mendengarkan berbagai musik
ilustrasi teater
 Mengamati gerak alam semesta
sebagai sumber penyusunan
naskah drama
Menanya
 menanyakanpenyusunan dan
konsep naskah dramadengan
tema alam
 menanyakan berbagai macam
musik ilustrasi teater
Produk
 Membuat
kritik teater
secara
sederhana
maksimum
100 kata
tentang teater
berdasarkan
tema alam
Unjuk Kerja
 mempergelarka
n naskah drama
pendek tema
4 JP Buku Teks
Pelajaran seni
budaya kelas VII
Anirun, Suyatna.
2002. Menjadi
Sutradara.
Bandung: STSI
PRESS.
Brook, Peter.
2002. Percikan
Pemikiran tentang
Teater, Film, dan
Opera.
Yogyakarta: Arti.
Endraswara,
Seni Budaya – SMP | 154
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.2. Memahami teknik
penyusunan, konsep
dan naskah drama.
4.2. Membuat konsep
/naskah drama yang
berkaitan dengan tema
alam.
Mengeksplorasi
 Mencari contoh penyusunan dan
konsep naskah drama
 Merangkaiide-ide cerita dalam
menyusun naskah drama
 Mendiskusikan penyusunan dan
konsep naskah drama dengan
tema alam
 Mendiskusikan berbagai macam
musik ilustrasi pementasan
teater
Mengasosiasi
 Membandingkan teater bertema
alam di lingkungan tempat
tinggal siswa dengan daerah lain
berdasarkan penyusunan dan
konsep naskah drama
 Membandingkan bentuk
penyajian teater bertema alam
daerah tempat tinggal siswa
dengan daerah lain
 Membandingkan musik ilustrasi
teater bertema dalam di
lingkungan tinggal siswa dengan
daerah lain
Mengomunikasikan
alam Suwardi.2011.
Metode
Pembelajaran
Drama.
Yogyakarta: FBS
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
Mitter, Shomit,
Stanislavski,
Brecht,
Grotowski,
Brook. 2002.
Sistem Pelatihan
Lakon.
Yogyakarta: Arti.
Saptaria, Rikrik
El. 2006.
Panduan Praktis
Akting untuk Film
& Teater.
Bandung:
Rekayasa Sains.
Sitorus, Eka D.
2002. The Art of
Acting–Seni Peran
untuk Teater,
Film, & TV.
Seni Budaya – SMP | 155
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
 Menampilkan naskah drama
berdasarkan tema alam
 Membuat naskah drama pendek
yang di peragakan secara
sederhana
Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama.
Stanislavski,
Constantin.
2008.
Membangun
Tokoh.
Yogyakarta: KPG
dan Teater
Garasi.
VCD pertunjukan
teater
Ensiklopedia
teater Indonesia
1.1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan keunikan
seni teater sebagai bentuk
rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
 Rancangan
pementasa
n
Mengamati
 Membaca dari berbagai sumber
belajar tentang tata teknik
pentas
 Mengamati tata teknik pentas
dengan menggunakan media
Produk
 Membuat
ringkasan
tulisan tentang
tata teknik
pentas
5 JP Buku Teks
Pelajaran seni
budaya kelas VII
Anirun, Suyatna.
2002. Menjadi
Seni Budaya – SMP | 156
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
menghargai, jujur,
disiplin,melalui aktivitas
berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap naskah
drama, pertunjukan
teater, pemain dan
pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri , motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.3. Memahami rancangan
teknik pementasan
4.3. Merancang pementasan
dan menerapkan
prinsip kerjasama
dalam berteater
Menanya
 Menanya tentang tata teknik
pentassesuai dengan tema
Mengeksplorasi
 Mencari contoh tata teknik
pentas
 Merangkai berbagai tata teknik
pentas sesuai dengan tema
 Mendiskusikan tata teknik
pentassesuai dengan tema
Mengasosiasi
 Membandingkantata teknik
pentasteater alam di lingkungan
tempat tinggal siswa dengan
daerah lain berdasarkan tema
 Membandingkan bentuk
penyajian teater daerah tempat
tinggal siswa dengan daerah lain
berdasarkan tema
Mengomunikasikan
 Menampilkan karya tata teknik
Unjuk Kerja
 Melakukanpra
ktik tata teknik
pentas
Sutradara.
Bandung: STSI
PRESS.
Brook, Peter.
2002. Percikan
Pemikiran tentang
Teater, Film, dan
Opera.
Yogyakarta: Arti.
Endraswara,
Suwardi.2011.
Metode
Pembelajaran
Drama.
Yogyakarta: FBS
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
Mitter, Shomit,
Stanislavski,
Brecht,
Grotowski,
Brook. 2002.
Sistem Pelatihan
Lakon.
Yogyakarta: Arti.
Saptaria, Rikrik
Seni Budaya – SMP | 157
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
pentas sesuai dengan tema
 Membuat sinopsis teater sesuai
dengan tema yang di peragakan
secara sederhana
El. 2006.
Panduan Praktis
Akting untuk Film
& Teater.
Bandung:
Rekayasa Sains.
Sitorus, Eka D.
2002. The Art of
Acting–Seni Peran
untuk Teater,
Film, & TV.
Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama.
Stanislavski,
Constantin.
2008.
Membangun
Tokoh.
Yogyakarta: KPG
dan Teater
Garasi.
VCD pertunjukan
teater
Ensiklopedia
teater Indonesia
Seni Budaya – SMP | 158
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
1. 1 Menerima, menanggapi
dan menghargai
keragaman dan keunikan
seni teater sebagai bentuk
rasa syukur terhadap
anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap
menghargai, jujur,
disiplin,melalui aktivitas
berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap
bertanggung jawab,
peduli, dan santun
terhadap naskah
drama, pertunjukan
teater, pemain dan
pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap
percaya diri, motivasi
internal , kepedulian
terhadap lingkungan
dalam berkarya seni
3.4 Memahami teknik
menampilkan
 Pertunjuka
n teater
Mengamati
 Mengamati pementasan teater
bertema alam sesuai dengan tata
teknik pentas yang digunakan
 Membaca naskah drama bertema
alam sesuai dengan karakter
tokoh yang diperankan
Menanya
 menanyakanpementasan teater
bertema alam dengan tata
busana yang digunakan
 menanyakan berbagai macam
musik ilustrasi pementasan
teater bertema alam
Mengeksplorasi
 Mencari contoh pementasan
teater bertema alam dengan tata
teknik pentas yang sesuai
 Menghubungkan pementasan
teater bertema alam dengan tata
teknik pentas yang dibutuhkan
 Mendiskusikan pementasan
teater bertema alam
Produk
 Membuat
kritik seni
teater secara
sederhana
maksimum
100 kata
tentang
pementasan
teater
Unjuk Kerja
 Melakukanpen
ampilan teater
bertema alam
sesuai dengan
tata teknik
pentas
5 JP Buku Teks
Pelajaran seni
budaya kelas VII
Anirun, Suyatna.
2002. Menjadi
Sutradara.
Bandung: STSI
PRESS.
Brook, Peter.
2002. Percikan
Pemikiran tentang
Teater, Film, dan
Opera.
Yogyakarta: Arti.
Endraswara,
Suwardi.2011.
Metode
Pembelajaran
Drama.
Yogyakarta: FBS
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
Mitter, Shomit,
Seni Budaya – SMP | 159
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
pertunjukkan teater
4.4 Menampilkan
pertunjukkan teater
 Mendiskusikan berbagai macam
musik ilustrasi pementasan
teater bertema alam
Mengasosiasi
 Membandingkan pementasan
teater bertema alam di
lingkungan tempat tinggal siswa
dengan daerah lain
 Membandingkan bentuk
penyajian teater bertema alam
daerah tempat tinggal siswa
dengan daerah lain
 Membandingkan musik ilustrasi
pementasan teater bertema di
lingkungan tinggal siswa dengan
daerah lain
Mengomunikasikan
 Menampilkan karya teater
bertema alam sesuai dengan tata
teknik pentas
Stanislavski,
Brecht,
Grotowski,
Brook. 2002.
Sistem Pelatihan
Lakon.
Yogyakarta: Arti.
Saptaria, Rikrik
El. 2006.
Panduan Praktis
Akting untuk Film
& Teater.
Bandung:
Rekayasa Sains.
Sitorus, Eka D.
2002. The Art of
Acting–Seni Peran
untuk Teater,
Film, & TV.
Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama.
Stanislavski,
Constantin.
2008.
Membangun
Tokoh.
Yogyakarta: KPG
Seni Budaya – SMP | 160
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
dan Teater
Garasi.
VCD pertunjukan
teater
Ensiklopedia
teater Indonesia
Seni Budaya – SMP | 161
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
CONTOH ANALISIS SKL, KI, KD
Mata Pelajaran : SENI BUDAYA
Kelas : VII
Materi Ajar : Kreativitas Tari
Domain Standar Kompetensi
Lulusan Kompetensi Inti Kompetensi
Dasar Lingkup Materi
Aktivitas/Kegiatan Belajar
Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
Teknik dan Bentuk
Instrumen Penilaian
Sikap Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
orang beriman,
berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung jawab
dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam
Dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
4. Mencoba, mengolah,
dan menyaji dalam ranah
konkret menggunakan,
mengurai, merangkai,
modifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan
4.10
Memperagakan
teknik gerak tari
kreasi tradisi
berdasarkan level,
tempo dan
dinamika gerak
sesuai iringan
Pembinaan sikap ingin tahu
dan tanggung jawab melalui
kegiatan apresiasi karya
tari yang diputar. Dimulai
dengan penyelidikan
terhadap peristiwa seharihari
yang berhubungan
dengan lingkungan rumah,
sekolah, dan masyarakat
dan dikaitkan dengan
pengetahuan tari yang telah
dipelajari sebelumnya.
Mengikuti pembelajaran
dengan melakukan kegiatan
mencermati, menanya,
menganalisis, menalar
menyajikan, menyimpulkan ,
menilai karya tari yang
diputar serta menghubungkan
dengan peristiwa kehidupan
sehari-hari di lingkungan
rumah, sekolah, dan
masyarakat yang dikaitkan
dengan pengetahuan tari
yang telah dipelajari siswa
sebelumnya
Teknik Penilaian:
Non tes (pengamatan)
Bentuk Instrumen:
Lembar Pengamatan
perkembangan sikap
Pengetahuan
Memiliki
pengetahuan
Faktual, konseptual
dan prosedural dalam
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
1. Pengertian istilah
istilah dalam
tari(level,tempo dan
dinamika gerak)
2. gerak tari kreasi tradisi
3. level gerak tari (level
rendah, sedang dan
tinggi)
4. Tempo gerak ( cepat,
sedang dan lambat)
5. Dinamika gerak (kuat,
 Melakukan kegiatan
mencermati, menanya,
menganalisis, menalar sajian
karya tari untuk
menyimpulkan konsep
yang mendukung keindahan
karya tari
dengan dipandu guru
 Menyajikan hasil kerja yang
mencerminkan proses dan
hasil dari kegiatan
Teknik Penilaian:
Tes tertulis (kuis)
 tentang:
mengidentifikasi
unsur-unsur yang
mendukung
keindahan karya tari.
(level,tempo dan
dinamika gerak)
 lembar kerja I
tentang pengertian
HO 1.3
Seni Budaya – SMP | 162
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
peradaban terkait
fenomena dan
kejadian yang tampak
mata
sedang, dan lemah) mengidentifikasi pengertian
konsep level, tempo dan
dinamika gerak yang
mendukung keindahan karya
tari dengan memanfaatkan
sumber belajar lain berupa
buku maupun TI
level, tempo dan
dinamika gerak.
Keterampilan
Memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak
dan konkret Sesuai
dengan yang dipelajari
di sekolah atau
sumber lain yang
sama dengan yang
diperoleh dari sekolah
 Penyusunan gerak tari
dengan pengembangan
variasi level, tempo dan
dinamika geak.
 Penyajian hasil kreativitas
dalam menyusun
pengembangan variasi
level, tempo dan dinamika
geak.
 menyusun gerak tari
dengan pengembangan
variasi level, tempo dan
dinamika gerak
 menyajikan hasil kreativitas
dalam menyusun
pengembangan variasi
level, tempo dan dinamika
geak.
Teknik penilaian :
 Tes unjuk kerja
tentang
pengembangan
variasi level, tempo
dan dinamika gerak
 Lembar kerja peserta
didik tentang dance
skrip gerak tari
berdasarkan variasi
level, tempo dan
dinamika gerak
Seni Budaya – SMP | 163
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD
SENI BUDAYA SMP
PETUNJUK KEGIATAN ANALISIS SKL, KI DAN KD
Kompetensi : Memahami keterkaitan antara SKL, KI dan KD pada Kurikulum 2013
Tujuan Kegiatan : Menganalisis keterkaitan SKL, KI dan KD
Kelompok Kerja :
1. Bacalah substansi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Tahun 2013.
2. Bacalah dan komparasikan dengan SKL Tahun 2006 (Permendiknas Th 2006).
3. Bacalah KI mata pelajaran seni budaya SMP kelas VII.
4. BacalahKD mata pelajaran seni budaya SMP kelas VII.
5. Analisislah lingkup materidari setiap KD dengan mengacu silabus mata pelajaran.
6. Tulislah aktivitas/ kegiatan belajar siswa untuk mencapai kompetensi tersebut dengan
mengacu silabus mata pelajaran!
7. Tentukan teknik dan instrumen penilaiannya dengan mengacu silabus mata pelajaran .
8. Setelah selesai masukkan dalam Lembar Kerja Analisis Keterkaitan SKL, KI, dan KD seni budaya
kelas VII yang sudah disiapkan!
LK – 1.3
Seni Budaya – SMP | 164
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
KELAS : VII
MATERI AJAR :
Domain Standar Kompetensi
Lulusan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup materi
Aktivitas/Kegiatan
Belajar Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
Teknik dan
Bentuk
Instrumen
Penilaian
Sikap Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam
dalam jangkauan pergaulan
dan keberadaannya
Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang
dianutnya
Menghargai dan menghayati
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
Pengetahuan Memiliki pengetahuan
Faktual, konseptual dan
prosedural dalam
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan
kejadian yang tampak mata
Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
LK – 1.3
Seni Budaya – SMP | 165
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Domain Standar Kompetensi
Lulusan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup materi
Aktivitas/Kegiatan
Belajar Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
Teknik dan
Bentuk
Instrumen
Penilaian
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir
dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret Sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
atau sumber lain yang sama
dengan yang diperoleh dari
sekolah
Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah
konkret menggunakan,
mengurai, merangkai,
modifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
-
Seni Budaya – SMP | 166
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN 1.4:STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Langkah Kegiatan Inti
Pemaparan
oleh
Instruktur
Diskusi Kelas
Merangkum
Hasil Diskusi
Kelas
Refleksi dan
umpan balik
untuk
seluruh
materi
pelatihan
10 Menit 20 Menit 10 Menit 15 Menit
Pemaparan
Paparan oleh fasilitatortentang Strategi Implementasi Kurikulum 2013 dengan menggunakan PPT-
1.4
Diskusi Kelas
Mendiskusikan elemen penting dalam implementasi kurikulum 2013, meliputi berikut ini.
1. Peran guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan guru BK.
2. Dukungan manajemen sekolah atau kultur sekolah dalam mensukseskan pembelajaran
dengan menggunakan kurikulum 2013.
3. Dukungan dinas pendidikan kabupaten dan organisasi profesi dalam implementasi kurikulum
2013.
Membuat Rangkuman
Instruktur merangkum semua materi pelatihan Konsep Kurikulum yang telah disampaikan selama
4 JP sebagai kegiatan penutup.
Seni Budaya – SMP | 167
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 168
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 169
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 170
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN III
MATERI PELATIHAN 2: ANALISIS MATERI AJAR
2.1 Konsep Pendekatan Scientific
2.2 Model Pembelajaran
2.3 Konsep Penilaian Autentik
2.4 Analisis Buku Guru dan Siswa
Seni Budaya – SMP | 171
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 2: ANALISIS MATERI AJAR
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. mendeskripsikan konsep pendekatan scientific dalam pembelajaran
2. mendeskripsikan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar
3. membedakan model pembelajaran project based learning, problem based learning, dan
discovery learning
4. menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD
5. menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman
materi
6. menguasai secara utuh materi, struktur, dan pola pikir keilmuan materi pelajaran
7. menguasai penerapan materi pelajaran pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan seharihari,
dan
8. memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan
pembelajaran.
B. LINGKUP MATERI
1. Konsep Pendekatan Scientific
2. Model Pembelajaran
3. Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran
4. Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,Kecukupan, dan Kedalaman Materi)
C. INDIKATOR
1. Menerima konsep pendekatan scientific dan menghargai pendapat orang lain.
2. Menjelaskan konsep pendekatan scientific.
3. Menjelaskan penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran.
4. Mendeskripsikan model pembelajaran project based learning.
5. Mendeskripsikan model pembelajaran problem based based learning.
6. Mendeskripsikan model pembelajaran discovery learning.
7. Menerima penerapan konsep penilaian autentik di sekolah/ madrasah dan menghargai
pendapat orang lain.
8. Menjelaskan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
9. Menganalisis kesesuaian buku guru dan siswa dengan SKL, KI, dan KD secara teliti dan
serius.
10. Mengidentifikasi kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan
KD.
11. Menganalisis kecukupan dan kedalaman materi buku guru dan buku siswa.
Seni Budaya – SMP | 172
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
12. Menganalisis kesesuaian proses, pendekatan belajar , serta strategi evaluasi yang
diintegrasikan dalam buku.
13. Menjelaskan secara utuh materi, struktur, dan pola pikir keilmuan materi pelajaran yang
terdapat dalam buku siswa.
14. Menerapkan materi pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa pada
bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
15. Menjelaskan strategi penggunaan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan
pembelajaran.
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Video Pembelajaran
2. Bahan Tayang
a. Konsep Pendekatan Scientific
b. Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
c. Analisis Buku Guru dan Buku Siswa
3. Lembar Kerja
4. Dokumen Bahan Bacaan
a. Konsep Pendekatan Scientific
b. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran seni budaya
c. Konsep Penilaian Autentik
d. Penerapan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran seni budaya
5. ATK
Seni Budaya – SMP | 173
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN : 2. ANALISIS MATERI AJAR
ALOKASI WAKTU : 12 JP (@45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti
LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau
media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta 15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi
waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Analisis
Materi Ajar.
Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan bekerja
sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI 2.1 Konsep Pendekatan Scientific 90 Menit
Penayangan Video pembelajaran seni budaya dengan menggunakan
V-2.1/ 4.1.
20 Menit
Diskusi kelompok untuk mengkaji pendekatan scientific yang mengacu
pada tayangan video, dilanjutkan dengan paparan materi oleh
fasilitator tentang Konsep Pendekatan Scientific dengan menggunakan
PPT-2.1-1 dan Contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam
Pembelajaran seni budaya dengan menggunakan PPT-2.1-2 yang
disisipkan dalam kegiatan diskusi.
40 Menit
Diskusi kelompok tentang konsep pendekatan scientific dengan
menggunakan HO-2.1-1 dan contoh-contoh penerapan pendekatan
scientific dalam pembelajaran seni budaya dengan mengacu pada HO-
2.1-2.
30 Menit
2.2 Model Pembelajaran 90 Menit
Mengamati tayangan tiga jenis model pembelajaran (Project Based
Learning, Problem Based Learning, danDiscovery Learning).
20 menit
Menerapkan Focus Group Discussion untuk
mengidentifikasikarakteristiktiga model pembelajaran.
30 menit
Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan
Scientific pada tiga model pembelajaran.
40 menit
2.3 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran 90 Menit
Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis dan
bentuk penilaian autentik.
15 Menit
Seni Budaya – SMP | 174
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil
belajar.
30 Menit
Presentasi hasil diskusi kelompok. 25 Menit
Paparan materi tentang Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan
Hasil Belajar dengan menggunakan bahan tayang PPT-2.2 dan Contoh
Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran seni budaya
menggunakan bahan tayang PPT-2.2/3.2.
15 Menit
ICE BREAKER 5 Menit
2.4 Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,
Kecukupan, dan Kedalaman Materi).
240
Menit
Menilai buku dilakukan oleh peserta dengan bimbingan fasilitator
dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dan kedalaman materi.
20 Menit
Diskusi kelompok hasil penilaian buku dilanjutkan dengan pemaparan
materitentangAnalisis Buku Guru dan Buku Siswa dengan
menggunakan PPT-2.3 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi
tersebut.
30 Menit
Menyimpulkan hasil diskusi dan menyampaikan format lembar kerja
yang telah disiapkan.
15 Menit
Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian buku guru dan buku
siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD dengan menggunakan LK-2.3-1
dan LK -2.3-2.
60 Menit
ICE BREAKER 5 Menit
Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses, pendekatan
pembelajaran seni budaya, serta strategi evaluasi yang diintegrasikan
dalam buku.
30 Menit
Kerja kelompok untuk membuat contoh-contoh penerapan materi
pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa pada bidang/
ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
30 Menit
Presentasi hasil kerja kelompok. 30 Menit
Menyimpulkan materi analisis buku oleh fasilitator. 20 Menit
KEGIATAN
PENUTUP
Membuat rangkuman materi pelatihan Analisis materi Ajar. 15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
Seni Budaya – SMP | 175
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN 2.1: KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
Langkah Kegiatan Inti
Diskusi
Kelompok
Pendekatan
Scientific
Diskusi
Kelompok
Contohcontoh
Pendekatan
Scientific dan
Penerapannya
45 Menit 45 Menit
Diskusi Kelompok
1. Mengkaji pendekatan scientific yang mengacu pada tayangan video.
2. Mengidentifikasi konsep pendekatan scientific yang disampaikan pada tayangan video.
3. Membuat urutan aktivitas pada pendekatan scientific.
Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok
1. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya, kelompok lain dapat dijadikan
pembahas dan penanya.
2. Instruktur memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok.
3. Pada akhir diskusi instruktur menyimpulkan hasil diskusi kelompok.
Paparan Materi
Fasilitator menyampaikan Konsep Pendekatan Scientific dengan menggunakan PPT-2.2.1 dan
Contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.2-2
yang disisipkan dalam kegiatan diskusi.
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok Contoh-contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran, tugas
diskusi kelompok sebagai berikut.
1. Membuat contoh pembelajaran salah satu KD dengan menggunakan pendekatan scientific.
2. KD yang ditetapkan adalah KD semester 1.
Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok
Seni Budaya – SMP | 176
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya, kelompok lain dapat dijadikan
pembahas dan penanya.
2. Instruktur memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok.
3. Pada akhir diskusi instruktur menyimpulkan hasil diskusi kelompok.
Seni Budaya – SMP | 177
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 178
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 179
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN
A. Esensi Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Pendekatan ilmiah diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan
lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning)ketimbang penalaran deduktif
(deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik
simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran
induktif memandang fenomena atau situasi spesifik
untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif
menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi
idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya
menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik
dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan
umum.
C. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena
atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus
berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat
serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah
informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
D.
B. Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan
pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional,
retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah 15 menit dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi
dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual
sebesar 50-70 persen.
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaida-kaidah
pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
HO.2.1-1
Seni Budaya – SMP | 180
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
 Substansi atau materipembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
 Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
 Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran.
 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi
pembelajaran.
 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi
atau materi pembelajaran.
 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.
 Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah yang meliput iintuisi,
akal sehat,prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.1
 Intuisi.
Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat
irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga
dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat
secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian,
intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.
 Akal sehat.
Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran,
karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya sematamata
menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkanmereka dalam proses dan
pencapaian tujuan pembelajaran.
 Prasangka.
Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal
sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru,
peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat
didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus
menjadi terlalu luas.
Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka
atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika
diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak
percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.
1 Pendekatan ilmiah dan non ilmiah dapat berlaku pada mata pelajaran seni budaya
Seni Budaya – SMP | 181
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
 Penemuan coba-coba.
Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang
bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan
caracoba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak
bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya bahkan
mampu mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan
dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan
menemukan kepastian jawaban.
Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah
komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun
melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan
mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol
dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa
menyala.
 Berpikir kritis.
Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal
hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki
oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya
dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya
benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel, karena
pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.
C. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah
sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang
‘apa’.Hasil akhirnya
adalahpeningkatan dan
keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik(soft skills)
dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak (hard
skills)dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
Seni Budaya – SMP | 182
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi
menggali informasi melaui
pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan,
dan mencipta. Untuk mata pelajaran,
materi, atau situasi tertentu, sangat
mungkin pendekatan ilmiah ini tidak
selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu
saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat
ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau
sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan
ilmiah pembelajaran disajikan berikut
ini.
1. Mengamati
Aktifitas mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).
Aktifitas ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta
didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam
rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan
tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Aktifitas mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti
berikut ini.
 Menentukan objek apa yang akan diobservasi
 Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
 Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun
sekunder
 Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
 Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan
data agar berjalan mudah dan lancar
 Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis
lainnya.
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara
langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam
observasi tersebut.
Seni Budaya – SMP | 183
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
 Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan
pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan
observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
 Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa,
padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekali
tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Merepa juga
tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendalipelaku
atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.
Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai
percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.
 Observasipartisipatif (participant observation). Pada observasipartisipatif, peserta
didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati.
Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi
khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan
diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa,
misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan
“bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu
tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan
diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan
diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur,
seperti dijelaskan berikut ini.
 Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses
pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh
peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.
 Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka
proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang
harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat
catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek,
objektif, atau situasi yang diobservasi.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi
diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: (1) tape recorder, untuk
merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film
atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai
dengan keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa
daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan
berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang
berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang ,
berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotal
Seni Budaya – SMP | 184
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa
yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Alat mekanikal berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwaperistiwa
tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran
disajikan berikut ini.
 Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran.
 Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi
yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau situasi yang
diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi
dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara
dan prosedur pengamatan.
 Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”,
melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan,
misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif!
a. Fungsi bertanya
 Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
 Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk
mencari solusinya.
 Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran
yang diberikan.
 Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,
dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik
dan benar.
 Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
 Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
Seni Budaya – SMP | 185
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
 Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.
 Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu
sama lain.
b. Kriteria pertanyaan yang baik
 Singkat dan jelas.
Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2)
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan
obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan
dengan pertanyaan pertama.
 Menginspirasi jawaban.
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada
bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan
beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan
dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan
umat beragama?Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh
yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.
 Memiliki fokus.
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk
pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan
satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan,
kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan
keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang
keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas seperti di atas
dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?
Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara
perorangan.
 Bersifat probing atau divergen.
Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin
belajar?(2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus
sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak.
Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan
penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
 Bersifat validatif atau penguatan.
Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda
untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan
untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya.
Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya
guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang
lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.
Seni Budaya – SMP | 186
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh:
o Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
o Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”
o Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
o Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas
tidak produktif”
o Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
o Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu
terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
 Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.
Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup
untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu,
setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum
meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.
Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan
baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu
utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah
Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang
memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.
 Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat
kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban
dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke
pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan
ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
 Merangsang proses interaksi.
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana
menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan
pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan
jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa
orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola
bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
c. Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban
yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan
tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih
tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang
lebih tinggi disajikan berikut ini.
Seni Budaya – SMP | 187
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan
Kognitif
yang
lebih
rendah
 Pengetahuan
(knowledge)
 Apa...
 Siapa...
 Kapan...
 Di mana...
 Sebutkan...
 Jodohkan atau
pasangkan...
 Persamaan kata...
 Golongkan...
 Berilah nama...
 Dll.
 Pemahaman
(comprehension)
 Terangkahlah...
 Bedakanlah...
 Terjemahkanlah...
 Simpulkan...
 Bandingkan...
 Ubahlah...
 Berikanlah interpretasi...
 Penerapan
(application
 Gunakanlah...
 Tunjukkanlah...
 Buatlah...
 Demonstrasikanlah...
 Carilah hubungan...
 Tulislah contoh...
 Siapkanlah...
 Klasifikasikanlah...
Kognitif
yang
lebih
tinggi
 Analisis (analysis)  Analisislah...
 Kemukakan bukti-bukti…
 Mengapa…
 Identifikasikan…
 Tunjukkanlah sebabnya…
 Berilah alasan-alasan…
 Sintesis
(synthesis)
 Ramalkanlah…
 Bentuk…
 Ciptakanlah…
 Susunlah…
 Rancanglah...
 Tulislah…
 Bagaimana kita dapat
memecahkan…
 Apa yang terjadi
seaindainya…
 Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
 Kembangkan…
Seni Budaya – SMP | 188
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
 Evaluasi
(evaluation)
 Berilah pendapat…
 Alternatif mana yang lebih
baik…
 Setujukah anda…
 Kritiklah…
 Berilah alasan…
 Nilailah…
 Bandingkan…
 Bedakanlah…
3. Menalar
a. Esensi Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus
lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas faktakata
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu
tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan
merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau
penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum
2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori
otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses
itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada
koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran
atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika
terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan
melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen
Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi.
Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga
dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih
khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap,
bukan secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran.
 Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus (S) dan
respon (R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari
hubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu dirasa menyenangkan, maka
perilaku peserta didik akan mengalami penguatan.
Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R dirasa tidak menyenangkan, maka perilaku
peserta didik akan melemah. Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang
Seni Budaya – SMP | 189
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku peserta didik
dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan) dalam
memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan meningkatkan perilaku
peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau menghilangkan
perilakunya.
 Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari duajenis, yang
setelah tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia menyadari bahwa
latihan saja tidak dapat memperkuat atau membentuk perilaku. Pertama, Law of Use
yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulangulang.
Kedua, Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika
tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang. Menurut Thorndike, perilaku dapat
dibentuk dengan menggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan
berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari
konsekuensi perilakunya.
 Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah
sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari
tergantung pada kesiapan belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini
bermakna bahwa jika peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka
mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan
belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa tidak puas bahkan mengalami
frustrasi.
Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam
Operant Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan
adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giat
belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghubungkan S
dengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah berikut ini.
 Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan motivasi
peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik. Guru harus
benar-benar siap mengajar dan peserta didik benar-benar siap menerima pelajaran
dari gurunya. Sejalan dengan itu, segala sumber daya pembelajaran pun perlu
disiapkan secara baik dan saksama.
 Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan antara S
dengan R makin intensif dan ekstensif.
 Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dengan R akan
meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik
sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik
dirasakan langsung oleh mereka dalam dalam dunia kehidupannya.
Kaidah atau prinsip “pengaruh” dalam pembelajaran berkaitan dengan kemamouan guru
menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan ganjaran. Teori S – S
ini memang terkesan robotik. Karenanya, teori ini terkesan mengenyampingkan peranan
minat, kreativitas, dan apirasi peserta didik.
Seni Budaya – SMP | 190
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
 Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan dengan
pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori asosiasi biasanya
menambahkan teori belajar sosial (social learning) yang dikembangkan oleh Bandura.
Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses peniruan (imitation). Kemampuan
peserta didik dalam meniru respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya.
Ada empat konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura.
 Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan cara meniru
perilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan pengalaman
vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain itu.
 Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model (attentional),
mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebelajar (retention),
menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar (reproduction), dan motivasi
(motivation) ketika peserta didik berkeinginan mengulang-ulang perilaku model yang
mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif dari lingkungan.
 Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat apakah orang
lain diberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu.
 Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), dimana peserta didik mengamati,
mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya sendiri.
Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada
peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini
peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru
dan temannya di kelas.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas
pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara
berikut ini.
 Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
 Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama
guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik
dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
 Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang
sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
 Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
 Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
 Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan atau pelaziman.
 Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
 Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan
tindakan pembelajaran perbaikan.
b. Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalardengan menarik simpulan dari
fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara
induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual
atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum.Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Seni Budaya – SMP | 191
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh:
 Singa binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan.
 Harimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan.
 Ikan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan melahirkan.
 Simpulan: Semua binatang yang berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataanpernyataan
atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola
penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagianbagiannya
yang khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Pada
penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung
ditarik dari satu premis,sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Contoh :
 Kamera adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
 Telepon genggam adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperas.
 Simpulan: semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
4. Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan fenomena yang
bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik adakalamua
menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara
membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya
nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif
dan analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.
Analogi induktifdisusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala. Atas
dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif
merupakan suatu ‘metode menalar’yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang
dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau
gejala khusus yang diperbandingkan.
Contoh:
Peserta didik Pulan merupakan pebelajar yang tekun. Dia lulus seleksi Olimpiade Sains Tingkat
Nasional tahun ini. Dengan demikian, tahun ini juga,Peserta didik Pulan akan mengikuti kompetisi
pada Olimpiade Sains Tingkat Internasional. Untuk itu dia harus belajar lebih tekun lagi.
Analogi deklaratif merupakan suatu‘metode menalar’untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal.Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala
Seni Budaya – SMP | 192
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dketahui
secara nyata dan dipercayai.
Contoh:
Kegiatan kepeserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara kepala sekolah,
guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra sekolah, dan peserta didik. Seperti
halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
5. Hubungan Antarfenomena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan antarfenomena atau gejala
sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta
didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu
dengan datu atau beberapa fakta yang lain.Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau
beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satuatau beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut dengan penalaran
induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri dri tiga jenis.
 Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang
menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang berupa
akibat.
Contoh:
Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit
yang bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan.
 Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang
menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang
merupakan penyebabnya.
Contoh :
Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaan
Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian antarpeserta didik, yang disebabkan
oleh pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga
mengalami dekandensi moral secara massal.
 Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-akibat 1 –akibat
2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertama
menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi
penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu
menyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga
muncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang akut
menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang
baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus
berlangsung secara siklikal.
Seni Budaya – SMP | 193
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
6. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran
IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap
ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata
untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan
harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat
laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan
tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah
yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid
dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga
tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau
mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
a. Persiapan
 Menentapkan tujuan eksperimen
 Mempersiapkan alat atau bahan
 Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat
atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan
melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran
 Memertimbangkanmasalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau
menghindari risiko yang mungkin timbul
 Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan
yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau
membahayakan.
b. Pelaksanaan
 Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati
proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan
baik.
Seni Budaya – SMP | 194
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
 Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi
secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalahmasalah
yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c. Tindak lanjut
1) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
2) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
3) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
4) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama
eksperimen.
5) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang
digunakan
D. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran kolaboratif merupakan
suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah.
Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan
dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja
rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan
guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau
manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah
yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran
kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah
peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka
berhubungan atau berinteraksi dengan yang
lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu,
peserta didik berinteraksi dengan empati,
saling menghormati, dan menerima
kekurangan atau kelebihan masing-masing.
Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.
Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika peserta didik diberi tugas untuk dirinya
sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika bekerjasama atau berkolaborasi dengan
temannya. Vigotsky merupakan salah satu pengagas teori konstruktivisme sosial. Pakar ini sangat
terkenal dengan teori “Zone of Proximal Development” atau ZPD. Istilah ”Proximal” yang
digunakan di sini bisa bermakna “next“. Menurut Vygotsky, setiap manusia (dalam konteks ini
disebut peserta didik) mempunyai potensi tertentu. Potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan
cara menerapkan ketuntasan belajar (mastery learning). Akan tetapi di antara potensi dan
aktualisasi peserta didik itu terdapat terdapat wilayah abu-abu. Guru memiliki berkewajiban
menjadikan wilayah “abu-abu”yang ada pada peserta didik itu dapat teraktualisasi dengan cara
belajar kelompok.
Seperti termuat dalam gambar, Vygostsky mengemukakan tiga wilayah yang tergamit dalam ZPD
yang disebut dengan “cannot yet do”, “can do with help“, dan “can do alone“. ZPD merupakan
wilayah “can do with help”yang sifatnya tidak permanen, jika proses pembelajaran mampu
menarik pebelajar dari zona tersebut dengan cara kolaborasi atau pembelajaran kolaboratif.
Seni Budaya – SMP | 195
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan
hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari
penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau
pembelajaran kolaboratif.
1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi.
Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan
membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep
pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi
pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar
ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.
Contoh:
Jika guru mengajarkan topik “hidup bersama secara damai.” Peserta didik yang mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan topik tersebut berpeluang menyatakan sesuatu pada sesi
pembelajaran, berbagi idea, dan memberi garis-garis besar arus komunikasi antar peserta didik.
Jika peserta didikmemahami dan melihat fenomena nyata kehidupan bersama yang damai itu,
pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan dalam jaringan pembelajaran
mereka. Mereka pun akan termotivasi untuk melihat dan mendengar. Di sini peserta didik juga
dapat merumuskan kaitan antara proses pembelajaran yang sedang dilakukan dengan dunia
sebenarnya.
2. Berbagi tugas dan kewenangan.
Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta
didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba
pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa,
mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta
memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.
 Guru sebagai mediator.
Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau
perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru dengan
pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuan
dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar.
 Kelompok peserta didik yang heterogen.
Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangat
penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif peserta
didikdapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi,serta
mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Dengan cara
seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam heterogenitas peserta didik.
Contoh Pembelajaran Kolaboratif
Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi
informasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir
kartu (card sort). Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut ini.
 Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang
cocok dengan satu atau lebih katagori.
 Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki
kartu dengan katagori yang sama.
Seni Budaya – SMP | 196
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
 Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada
rekanhya.
 Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan
dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.
3. Macam-macam Pembelajaran Kolaboratif
Banyak merode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Beberapa di antaranya
dijelaskan berikut ini.
 JP = Jigsaw Proscedure
Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai anggota suatu kelompok
diberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok bahasan. Agar masing-masing
peserta didik anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan
dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasari pada rata-rata skor tes
kelompok.
 STAD = Student Team Achievement Divisions
Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggotaanggota
dalam setiap kelompok bertindak saling membelajarkan. Fokusnya adalah
keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan
demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan
individu peserta didik lainnya. Penilaian didasari pada pencapaian hasil belajar
individual maupun kelompok peserta didik.
 CI = Complex Instruction
Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada
penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial.
Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didiksebagai
anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam
pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para
peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja
kelompok.
 TAI = Team Accelerated Instruction
Metode ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan
pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap peserta didik sebagai anggota
kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah
itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama
telah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal
berikutnya. Namun jika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan soal tahap
pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama.
Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari
pada hasil belajar individual maupun kelompok.
 CLS = Cooperative Learning Stuctures.
Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota
dua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta didik bertindak sebagai tutor dan
yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee.
Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan
Seni Budaya – SMP | 197
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua
peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.
 LT = Learning Together
Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yang
beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set
lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
 TGT = Teams-Games-Tournament
Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu
kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperoleh
kelompok peserta didik.
 GI = Group Investigation
Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu
penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok
menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan
melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum
kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.
 AC = Academic-Constructive Controversy
Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada
dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masingmasing,
baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain.
Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas
pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi,
kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap
anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
 CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition
Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode pembelajaran ini
menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran
ini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa,
baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.
a. Pemanfaatan Internet
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas
kolaboratif. Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran
dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah. Saat ini internet
telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik
atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan
pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik
yang memiliki akses hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang
mampu memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.
Seni Budaya – SMP | 198
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Daftar Pustaka
Allen, L. (1973). An Examination of the Ability of Third Grade Children from the Science
Curriculum Improvement Study to Identify Experimental Variables and to Recognize
Change. Science Education, 57, 123-151.
Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985). The Development and Validation of the Test of
Basic Process Skills. Paper Presented at the Annual meeting of the National Association for
Research in Science Teaching, French Lick, IN.
Quinn, M., & George, K. D. (1975). Teaching Hypothesis Formation. Science Education, 59,
289-296.
Science Education, 62, 215-221.
Thiel, R., & George, D. K. (1976). Some Factors Affecting the use of the Science Process Skill
of Prediction by Elementary School Children. Journal of Research in Science Teaching, 13,
155-166.
Tomera, A. (1974). Transfer and Retention of Transfer of the Science Processes of
Observation and Comparison in Junior High School Students. Science Education, 58, 195-
203.
Seni Budaya – SMP | 199
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM
PEMBELAJARAN SENI BUDAYA SMP
A. PENGANTAR
a. Pendekatan Ilmiah
Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Menurut
Sudarwan Danim dikatakan bahwa pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para
ilmuan lebih mengedepankan penararan induktif (inductive reasoning) ketimbang
penalaran deduktif (deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena
umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran
induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik
simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan buktibukti
spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya
menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian
merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi tas fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian
(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat
diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data
melalui observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis.
b. Langkah Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan ilmiah
HO.2.1-1
Seni Budaya – SMP | 200
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pada Kurikulum 2013 dinyatakan bahwa untuk jenjang SMP dan SMA atau
yang sederajat pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pendekatan
ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran pada pendekatan ini menyentuh
tiga ranah belajar, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menyentuh transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa, mengapa dan
bagaimana.” Ranah keterampilan menyentuh transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik mampu mengimplementasi “tahu apa, bagaimana dan
bagaimana”. Ranah pengetahuan menyentuh transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu apa, mengapa dan bagaimana.” Hasil akhirnya adalah
diharapkan peserta didik mampu melakukan peningkatan dan keseimbangan
untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills ) yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi: mengamati, menanya,
menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk
semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu,
sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, proses pembelajaran harus tetap menerapkan
nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non
ilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran dijelaskan di bawah ini:
1) Mengamati
Aktivitas mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Aktivitas ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
2) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.
3) Menalar
Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum
2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menalar secara induktif adalah
proses penarikan simpulan dari kasus- kasus yang bersifat nyata secara
individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum.Kegiatan
menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi
atau pengalaman empirik. Menalar secara deduktif merupakan cara
Seni Budaya – SMP | 201
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau
fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus.
4) Analogi dalam Pembelajaran
Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan
cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau
persamaan.
5) Hubungan antarfenomena
Hubungan antar fenomena akan mempertajam daya nalar peserta
didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu
memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan
sebab-akibat.
Pendekatan ilmiah dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kolaboratif serta stratgegi pembelajaran lain.
Kolaborasi merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang
menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang
secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi
guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif.
B. CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN SENI
BUDAYA
Contoh penerapan pendekatan scientific pada mata pelajaranseni budaya
ini, siswa akan mempelajari materi tentang memperagakan teknik gerak tari kreasi
tradisi berdasarkan level, tempo dan dinamika gerak sesuai iringan. Sebetulnya
dalam kegiatan sehari hari anak anak sudah sering melakukan berbagai macam
gerak dengan berbagai macam variasi ruang, waktu dan tenaga. Merebahkan diri
di lantai, duduk dikursi dengan pelan, melompat lompat dengan cepat adalah
contoh-contoh gerakan pengembangan ruang, waktu dan tenaga pada kehidupan
sehari hari. Tetapi peserta didik kurang menyadari dan mengkritisi ruang, waktu
dan tenaga dalam gerak yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari hari ini.
Pendekatan scientific merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik
dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari
guru ke peserta didik. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan sehingga akan
memperoleh hasil yang diinginkan.
Seni Budaya – SMP | 202
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan
sekolah dan masyarakat, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap menjadi
bagian yang harus dilakukan secara terintegrasi selama proses pembelajaran.
Contoh penerapan pendekatan scientific pada pembelajaran seni budaya
berikut ini guru akan mengajarkan bagaimana memperagakan gerak tari kreasi
tradisi berdasarkan ruang, waktu dan tenaga dalam gerak sesuai iringan. Materi
tersebut merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang ada di klas VII SMP yaitu:
Memperagakan gerak tari berdasarkan ruang, waktu dan tenaga.
Indikator materi:
1. Mengidentifikasi teknik gerak tari berdasarkan ruang, waktu dan tenaga
sesuai iringan
2. Merancang gerak tari berdasarkan ruang, waktu dan tenaga sesuai iringan
3. Memperagakan hasil kreativitas gerak tari berdasarkan ruang, waktu dan
tenaga sesuai iringan
Tujuan pembelajaran
Dalam pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat :
1. Mengapresiasi sajian karya tari berdasarkan ruang, waktu, tenaga
2. Mengidentifikasi teknik gerak tari berdasarkan ruang, waktu dan tenaga
3. Menyajikan teknik gerak tari berdasarkan ruang, waktu dan tenaga sesuai
dengan hasil indentifikasi peserta didik.
4. Menyusun dua gerak tari ruang, waktu dan tenaga sesuai iringan
5. Memperagakan dua macam gerak berdasarkan ruang, waktu dan tenaga
sesuai iringan.
Berdasarkan indikator tersebut dirumuskan menjadi beberapa tujuan
pembelajaran. Kurikulum 2013 menekankan keseimbangan kompetensi sikap,
pengetahuan dan ketrampilan, aktifitas berkesenian dalam tujuan
pembelajaran; mengapresiasi sajian karya tari. Kompetensi pada sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam seni budaya merupakan standar yang
dijadikan ukuran dalam melakukan kegiatan apresiasi. Untuk dapat diukur,
sesuai dengan kompetensinya dijabarkan menjadi beberapa kegiatan yang bisa
dijadikan sebagai kriteria “pengukuran dan penilaian”. Detail dari penilaian dan
pengukuran terhadap tujuan pembelajaran akan dibahas dalam penerapan
penilaian autentik.
Gambaran penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran seni
budaya secara keseluruhan adalah sebagai beikut:
Seni Budaya – SMP | 203
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1. Pada kegiatan awal guru melakukan kegiatan pembukaan. Kegiatan ini
salah satunya adalah dimaksudkan untuk menggiring konsentrasi
peserta didik ke materi yang akan diajarkan. Disamping itu juga untuk
menyiapkan peserta didik secara fisik dan mental. Secara fisik berarti
duduk tenang supaya lebih mudah konsentrasi, sedangkan secara
mental adalah bagaimana mengarahkan mental peserta didik supaya
siap belajar dan menerima pelajaran. Dalam hal ini guru mulai dari
awal mencoba untuk membuat peserta didik siap menerima dan
mencerna informasi. Karena ketidak siapan menerima dan mencerna
dari awal akan berdampak pada kegiatan berikutnya.
2. Kegiatan inti
a. Pembelajaran diawali dengan melihat karya tari dari berbagai
media. Pada kegiatan apresiaisi karya tari, guru berusaha
mengajak peserta didik untuk mengamati, mengolah, menalar
sajian karya tari yang diputar. Siswa diminta mengamati sajian
karya tari tersebut secara individual atau kelompok. Siswa digugah
rasa ingin tahunya dengan ditanya dan diminta untuk memberi
komentar pada karya tari tersebut. Guru juga mengajak peserta
didik untuk bersyukur karena negara kita memiliki kekayaan
budaya yang sangat beragam. Guru memberikan pertanyaan dan
meminta komentar dari peserta didik. Dalam mengamati peserta
didik diingatkan bahwa kegiatan mengamati bukanlah kegiatan
pasif. Oleh karena itu pada kegiatan ini guru menekankan supaya
sambil mengamati peserta didik aktif melakukan hal-hal berikut:
1) Mengolah informasi yang diterima melalui pengamatan.
2) Menghubungkan antara media tari satu dengan tari yang lain
3) Mencerna informasi yang diterima.
Dengan demikian, selama mengamati pikiran peserta didik aktif
bekerja melakukan ketiga hal tersebut diatas.
b. Setelah mengamati ada kegiatan tanya jawab. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengarahkan peserta didik dalam mengolah,
menalar, dan menyajikan informasi yang didapat setelah melihat
tayangan. Penyajian yang dimaksud disini dapat berupa tanggapan
atas pertanyaan guru, yaitu bagaimana peserta didik mencoba
untuk menyajikan informasi yang diperoleh untuk menjawab
pertanyaan guru
c. Selanjutnya guru mengajak peserta didik untuk mengidentifikasi
gerak tari, dengan membaca dari berbagai sumber belajar.
Kegiatan diawali dengan membagikan lembar kerja kepada semua
Seni Budaya – SMP | 204
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
peserta didik untuk memandu mencari informasi dari berbagi
media dan sumber belajar terkait dengan materi yang akan
dipelajari. Kegiatan ini merupakan contoh penerapan pendekatan
saintifik yaitu mengolah dan menalar. Di dalam mencari gerak tari,
peserta didik diarahkan sambil berdiskusi sebagai implementasi
dari penerapan pendekatan saintifik dan melakukan kolaborasi.
d. Kegiatan dalam bentuk penyajian dan presentasi secara kelompok
atau perorangan untuk menyimpulkan gerak tari berdasarkan
ruang, waktu dan tenaga yang sudah dicari secara kelompok
sebagai contoh penerapan pendekatan saintifi.
Untuk kegiatan mencipta, peserta didik dipandu untuk menyusun berbagai
ragam gerak tari untuk dibuat variasi dari sisi ruang, waktu dan tenaga.
C. KESIMPULAN
 Pembelajaran pada pendekatan ilmiah (scientific approach) menyentuh tiga
ranah belajar, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
 Ranah sikap menyentuh transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik “tahu apa, mengapa dan bagaimana.”
 Ranah keterampilan menyentuh transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik mampu mengimplementasikan “tahu apa, mengapa dan
bagaimana”.
 Ranah pengetahuan menyentuh transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu apa, mengapa dan bagaimana.”
 Hasil akhirnya adalah diharapkan peserta didik mampu melakukan peningkatan
dan keseimbangan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia
yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills )
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
 Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi: mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua
mata pelajaran.
 Pendekatan ilmiah dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kolaboratif dan strategi pembelajaran lain.
Seni Budaya – SMP | 205
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2007). Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta
Kementerian Pendidikan Nasional. 2013. Kompetensi Dasar SMP/MTs, Jakarta
Mc Colum (2009) A scientific approach to
teaching.http://kamccollum.wordpress.com/2009/08/01/a-scientific-approach-toteaching/
last update januari 2013
Sudarwan ( 2013) Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Pusbangprodik
Seni Budaya – SMP | 206
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN 2.2: MODEL PEMBELAJARAN
Langkah Kegiatan Inti
Mengamati
tayangan
pembelajaran
Diskusi
Kelompok
(Focus Group
Discussion)
Kerja
Kelompok
20 Menit 30 Menit 40 Menit
Mengamati tayangan tiga jenis model pembelajaran (Project Based Learning, Problem Based
Learning, dan Discovery Learning).
Menerapkan Focus Group Discussion untuk mengidentifikasi karakteristik tiga model
pembelajaran.
Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan Scientific pada tiga model
pembelajaran.
Seni Budaya – SMP | 207
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 208
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 209
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 210
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK/
PROJECT BASED LEARNING
A. KONSEP
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis
Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta
didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a
guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus
berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda,
maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik
untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi
dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep
“Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di
dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi
terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan
pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana
dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model
pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
HO-2.2-1
Seni Budaya – SMP | 211
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan
4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu
6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan
7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai
fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai
dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara
lain berikut ini.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk
memasuki system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang
peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur
yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan
lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan
lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep
dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle
(presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat
dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.
B. FAKTA EMPIRIK KEBERHASILAN
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan
mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
Seni Budaya – SMP | 212
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problemproblem
yang kompleks.
d. Meningkatkan kolaborasi.
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi.
f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan
dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.
f. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik
harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,
membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang
mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa
nyaman dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan
seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek
Seni Budaya – SMP | 213
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan
absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya
diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak
bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan
lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata
pelajaran lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka
pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.
LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL
Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan
diagram sebagai berikut.
Diagram 1. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project.
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan
emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai
subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.
1
PENENTUAN PERTANYAAN
MENDASAR
6
EVALUASI PENGALAMAN
2
MENYUSUN PERECANAAN
PROYEK
3
MENYUSUN JADWAL
5
MENGUJI HASIL
4
MONITORING
Seni Budaya – SMP | 214
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline
untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3)
membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek,
dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan
suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor
bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.
Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap
pertama pembelajaran.
Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai
berikut.
1. Peran Guru
a. Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
b. Membuat strategi pembelajaran.
c. Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
d. Mencari keunikan siswa.
e. Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
f. Membuat portofolio pekerjaan siswa.
Seni Budaya – SMP | 215
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Peran Peserta Didik
a. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
b. Melakukan riset sederhana.
c. Mempelajari ide dan konsep baru.
d. Belajar mengatur waktu dengan baik.
e. Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
f. Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
g. Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).
C. SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secara
menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.
Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
Seni Budaya – SMP | 216
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk
poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa
daftar cek ataupun skala penilaian.
Contoh Teknik Penilaian Proyek
Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :
Nama :
NIS :
Kelas :
No. ASPEK SKOR (1 - 5)
1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data / Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
Seni Budaya – SMP | 217
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampai
dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.
2. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan
logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu:
1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan.
Seni Budaya – SMP | 218
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh Penilaian Produk
Mata Ajar :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas/SMT :
No. Tahapan Skor ( 1 – 5 )*
1 Tahap Perencanaan Bahan
2 Tahap Proses Pembuatan
a. Persiapan Alat dan Bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, Keamanan
dan Kebersihan)
3 Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk Fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan
semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka
semakin tinggi nilainya.
Seni Budaya – SMP | 219
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Daftar Pustaka
Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool
programs. National Institute on Out-of-School Time. Retrieved from
http://www.niost.org/
Publications/papers.
Admin.Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) [online]. Diakses di
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf
(17 Oktober 2011).
Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review of
research on inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from
http://www.edutopia.
org/pdfs/edutopia-teaching-for-meaningful-learning.pdf.
Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.pdf
(18 Oktober 2011).
Daniel K. Schneider. 2005. Project-based learning. [Online]. Diakses
dihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning (18 Oktober 2011).
Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober 2011)
Grant, M. (2009, April). Understanding projects in projectbased learning: A student’s
perspective. Paper presented at Annual Meeting of the American Educational Research
Association, San Diego, CA.
Lucas, George .(2005). Instructional Module Project Based Learning.
http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal 13 Juli 2010.
Markham, T. (2003). Project-Based Learning Handbook (2nd ed.). Novato, CA: Buck
Institute for Education.
Research summary: Project-based learning in middle grades mathematics. Retrieved from
http://www.nmsa.org/Research/ResearchSummaries.
ResearchSummaries/ProjectBasedLearninginMath/tabid/1570/Default.aspx.
Savery, J. R. (2006). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions. The
Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9–20. Journal of Problem-Based
Learning, 3(1), 12–43.
Seni Budaya – SMP | 220
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 221
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 222
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 223
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 224
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 225
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 226
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/
PROBLEM BASED LEARNING
Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya,
dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang
membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta
memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan
yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
A. Konsep/Definisi
Definisi
1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam
kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang
peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk
mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan
untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau
materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan
berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik
HO-2.2-2
Seni Budaya – SMP | 227
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi
pembelajaran.
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
1) Permasalahan sebagai kajian.
2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3) Permasalahan sebagai contoh.
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan berikut ini.
Guru sebagai Pelatih
Peserta Didik sebagai
Problem Solver
Masalah sebagai Awal
Tantangan dan Motivasi
o Asking about thinking (bertanya
tentang pemikiran).
o Memonitor pembelajaran.
o Probbing ( menantang peserta didik
untuk berpikir ).
o Menjaga agar peserta didik terlibat.
o Mengatur dinamika kelompok.
o Menjaga berlangsungnya proses.
o Peserta yang aktif.
o Terlibat langsung
dalam
pembelajaran.
o Membangun
pembelajaran.
o Menarik untuk
dipecahkan.
o Menyediakan kebutuhan
yang ada hubungannya
dengan pelajaran yang
dipelajari.
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
2) Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran
sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan.
 PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
 PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog
dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang
diamati tersebut.
 PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan
membangun femannya tentang fenomena itu.
Seni Budaya – SMP | 228
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat
menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh,
di bawah bimbingan guru.
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.
a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu
strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
b. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri
dan panutannya.
c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi
yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap
profesional.
d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan
peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah
terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan
umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan
pengalaman.
f. Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan
pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang
mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
g. Driving Questions : PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu
peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan
ilmu pengetahuan yang sesuai.
h. Constructive Investigations : sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan
pengetahuan para peserta didik.
i. Autonomy : proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
Kelebihan Menggunakan PBL
(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di
mana konsep diterapkan.
(2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
Seni Budaya – SMP | 229
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik
didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan,
terutama dalam hal sebagai berikut :
1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berguna untuk
memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;
2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan
relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Berikut adalah beberapa hasil penelitian berkaitan dengan model PBL.
1. Wagiran, dkk, 2010, Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based Learning
Dengan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Matadiklat Measuring Bagi
Peserta didik SMK (Hibah Bersaing Perguruan Tinggi), 2010: Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penelitian dirancang dalam tiga tahap dalam kurun waktu 3 tahun. Pada tahun pertama
penelitian bertujuan untuk merancang, membuat dan mengembangkan media
pembelajaran berbantuan komputer berikut perangkatnya dalam mendukung model
pembelajaran PBL-PBK. Pada tahun kedua, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan
dan menguji model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup luas sekaligus melihat
efektivitasnya. Pada tahun ketiga, penelitian ini memfokuskan pada tahap sosialisasi
model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup yang lebih luas.
Penelitian dirancang menggunakan pendekatan Research and Development Sumber data
dalam penelitian ini meliputi kalangan industri permesinan, perumus kebijakan, kepala
sekolah, guru, peserta didik, dan ahli pendidikan. Penerapan model direncanakan di 5
SMK dengan metode eksperimen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yaitu deskriptif,
dan komparatif.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya kompetensi Measuring dan
diperolehnya media pembelajaran berbantuan komputer dalam mendukung
pembelajaran PBL-PBK yang teruji. Hasil evaluasi ahli tentang kualitas media dilihat dari
sisi materi menunjukkan skor 3,38 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan
menunjukkan skor 3,04 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi
penunjukan skornya adalah: konsistensi sebesar 2,92 (cukup baik), format sebesar 3,13
(baik), pengorganisasian sebesar 3,25 (baik), bentuk dan ukuran huruf sebesar 2,63
(cukup baik).
Hasil uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik menunjukkan bahwa kualitas media
dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,28 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan
dan daya tarik menunjukkan skor 3,30 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi
Seni Budaya – SMP | 230
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
pengorganisasian materi penunjukan skornya adalah: sebesar 3,22 (baik) Dengan
demikian media berbantuan komputer dalam matadiklat measuring layak untuk
diterapkan.
Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi aspek kelayakan baik dari segi
teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga pola implementasi pembelajaran
menggunakan media berbantuan komputer yaitu: (a) sebagai media tayamg, (b) sebagai
media pendukung praktek, dan (c) sebagai media pembelajaran individual dan interaktif.
2. Dian Mala Sari, Pebriyenni ., Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar
Peserta didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning di
SDN 20 Kurao Pagang, Faculty of Education, Bung Hatta University
Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi peserta didik kelas IVB pada
pembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan partisipasi dan hasil belajar
peserta didik kelas IVB dalam pembelajaran IPS melalui model PBL di SDN 20 Kurao
Pagang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara
partisipan.
Subjek penelitian ini peserta didik kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang. Instrumen penelitian
yang digunakan lembar observasi partisipasi peserta didik, lembar observasi aktivitas
guru, tes hasil belajar dan catatan lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa partisipasi
dalam menjawab pertanyaan meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, di siklus II.
Partisipasi peserta didik menanggapi jawaban meningkat dari 40% di siklus I menjadi 65%
di siklus II, dan partisipasi peserta didik dalam presentasi meningkat dari 27,5% di siklus I
menjadi 67,5% di siklus II. Hasil belajar peserta didik siklus I meningkat dari 57,25%
menjadi 72,75% di siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar yang ditentukan
70%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajar peserta
didik kelas IVB dapat ditingkatkan melalui model PBL dalam pembelajaran IPS di SDN 20
Kurao Pagang.
C. Langkah-langkah Operasional Imlementasi dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model
dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap
langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
1. Konsep Dasar (Basic Concept)
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi,
atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’
yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk
memastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak
ada kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta
didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan
Seni Budaya – SMP | 231
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara
mandiri secara mendalam.
2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang
dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam
memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara
tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik yang
mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang
belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan
kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok
tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga,
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh
fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan
memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran
yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan
pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan
setiap peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan
mengikuti petunjuk.
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber
yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1)
agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan
dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan
dan dapat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan
dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan saling
bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka
bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga
anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Seni Budaya – SMP | 232
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah
pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi
dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil
pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk
mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno
(kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir,
dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini
maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian
untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
D. Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik
diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru
memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik,
antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari.
Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
Seni Budaya – SMP | 233
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tabel 1: Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada
masalah.
 Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yg dibutuhkan.
 Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik.
Membantu peserta didik mendefinisikan
danmengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu
dan kelompok.
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya.
Membantu peserta didik dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, model dan berbagi tugas dengan teman.
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari /meminta kelompok presentasi
hasil kerja.
Fase 1: Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitasaktivitas
yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting
dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik
dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu
dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.
1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi
baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah
penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak
“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak
penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk
bekerja mandiri atau dengan temannya.
Seni Budaya – SMP | 234
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang
akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide
mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL
juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah
sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru
dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok
peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan
masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus
heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor
sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja
masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama
pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik
yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam
sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan
teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter
yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan
aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun
ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik
untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai
pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan
tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan
Seni Budaya – SMP | 235
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran
pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya
dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan
yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang
mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran.
Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik.
Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai
organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta
didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi
“penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya.
E. Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik
software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi
dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat
dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan
peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu
dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan
dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
1. Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usahausahanya
dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai
(standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Seni Budaya – SMP | 236
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian
terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri
maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain berikut ini.
1. Penilaian kinerja peserta didik.
Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis
karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu
masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
2. Penilaian portofolio peserta didik.
Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya terbaik
peserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, atau
bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata pelajaran.
Dari informasi perkembangan itu peserta didik dan guru dapat menilai kemajuan belajar
yang dicapai dan peserta didik terus berusaha memperbaiki diri. Penilain dengan
portofolio dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif.
Penilaian kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self assesment) dan
peer assesment.
Self assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap
usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai
oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer assessment adalah penilian dimana
peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian upaya dan hasil penyelesaian tugastugas
yang diselesaikan sendiri maupun teman dalam kelompoknya.
3. Penilaian Potensi Belajar
Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur
kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang
lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
4. Penilaian Usaha Kelompok
Menilai usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat
dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan yang
sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya. Penilaian dan
evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai
pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan
mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
Seni Budaya – SMP | 237
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut,
penilaian ini antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3). portofolio.
Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didik
merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkan
pengetahuan dan keterampilannya.
Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka
lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat
dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya, maka di
samping pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang
sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan kerangka berpikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya
untuk bagaimana belajar (learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah
beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai
dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk
menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan
bermakna.
Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal : 1. bagaimana peserta didik dan evaluator
menilai produk (hasil akhir) proses 2. bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk
bekerja melalui masalah 3. bagaimana peserta didik akan menyampaikan pengetahuan
hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka belajar
menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk
yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu
bentuk penyajian formal lainnya. Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan
masalah oleh peserta didik maupun dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi
(bekerja bersama pihak lain).
Seni Budaya – SMP | 238
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Daftar Pustaka
Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem Based Learning: a Review of The Literature
on Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem Based Learning: an Approach to Medical
Education. New York: Springer Publishing
Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr.
(2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan
Kemampuan Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah
Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia :
http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [21 Juli 2010].
Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging Perspectives on
Learning, Teaching, and Technology [Online]. Tersedia:
http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005].
Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press
Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak
diterbitkan
Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based
Learning in Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia :
http://www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]
Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA:
Allyn & Bacon
Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan
(LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo
Proyek DUeLike Universitas Indonesia. (2002). Panduan Pelaksanaan Collaborative Learning
& Problem Based Learning. Depok: UI
Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi
Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga
Penelitian IKIP Bandung
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press
Seni Budaya – SMP | 239
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 240
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 241
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 242
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 243
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 244
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 245
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
A. Definisi dan Konsep
1. Definisi
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana
pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that
takes place when the student is not presented with subject matter in the final
form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun,
1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono,
1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process
sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps
and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama
dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil
pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang
diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru,
sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus
mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuantemuan
di dalam masalah itu melalui proses penelitian.
Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan
masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning
adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi
sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
HO-2.2-3
Seni Budaya – SMP | 246
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan.
Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif
menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke
student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi
secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi
sendiri.
2. Konsep
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning merupakan
pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan
terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang
nampak dalam Discovery, bahwa Discovery adalah pembentukan kategorikategori,
atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategorikategori
dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi
(similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian
(events).
Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur,
dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur
dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun
yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan
karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa
pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang
menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori
meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau
peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa,
dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang
proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap
eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu
lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru
yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan
dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada
manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa
dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk
memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya
anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau
Seni Budaya – SMP | 247
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil)
dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki
ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya
anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang
seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara
sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah
anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau
kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat
temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan
keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa
untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:2001).
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti
ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi
student oriented.
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru
harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver,
seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery
Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri mereka
sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam
bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi
metode Discovery Learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatankesempatan
dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).
Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut
Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli
matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan,
serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar ialah
bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru
Seni Budaya – SMP | 248
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini
tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan
setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak
hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih
besar untuk belajar sendiri.
B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery
Learning dalam pembelajaran memiliki kelebhihan-kelebihan dan kelemahankelemahan.
1. Kelebihan Penerapan Discovery Learning
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan
dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan
berhasil.
d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasangagasan.
Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai
peneliti di dalam situasi diskusi.
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru.
k. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
l. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic.
n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya.
p. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
q. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar.
r. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Seni Budaya – SMP | 249
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Kelemahan Penerapan Discovery Learning
a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis
atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang
lama.
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa
f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
C. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Berikut ini langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas.
Langkah Persiapan Metode Discovery Learning
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
1. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di
kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar secara umum sebagai berikut:
a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
Seni Budaya – SMP | 250
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik
bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan
demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus
kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat
tercapai.
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang
diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis
permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam
membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis.
Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan
sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi,
dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).
Seni Budaya – SMP | 251
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut
Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan
atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan
kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang,
serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalamanpengalaman
itu.
D. Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat
berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk
penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery
learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan
penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa, maka pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan contoh-contoh format penilaian seperti tersebut di bawah ini.
1. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Ada dua
bentuk soal tes tertulis, yaitu berikut ini.
Seni Budaya – SMP | 252
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1.Soal dengan memilih jawaban.
a. pilihan ganda
b. dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
c. menjodohkan
2.Soal dengan mensuplai-jawaban.
a. isian atau melengkapi
b. jawaban singkat
c. soal uraian
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat,
dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah,
yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan
untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai
kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi
cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak
mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka.
Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami
pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang
dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan
kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang
sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan
materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut:
a.materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
b.konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
c. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang
menimbulkan
penafsiran ganda.
2. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, subyek yang ingin
dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang
berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses
pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta
didik dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan
Seni Budaya – SMP | 253
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk
membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu obyek sikap
tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi
psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan
kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas
sebagai berikut:
a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika
mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya;
c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan obyektif dalam melakukan
penilaian.
Seni Budaya – SMP | 254
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3. Penilaian Sikap
Contoh Format Penilaian Sikap
Mata Pelajaran : _________ Semester : _________
Kelompok : _________ Kelas : _________
No Nama Siswa
Skor
Komitmen Nilai
Tugas
Kerja
Sama Ketelitian Minat
Jumlah
Skor
1
2
3
4
..
..
4. Format Penilaian Kinerja
Contoh Format Penilaian Kinerja
Nama Siswa: ……………… Tanggal: ……………… Kelas: ………………
NO Aspek yang
Dinilai
Tingkat Kemampuan
1 2 3 4
1.
2.
3.
Jumlah
Kriteria Penskoran Kriteria Penilaian
1. Baik Sekali 4 10 – 12 A
2. Baik 3 7 – 9 B
3. Cukup 2 4 – 6 C
4. Kurang 1 ≤ 3 D
Seni Budaya – SMP | 255
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
A: Pengelompokan yang dilakukan siswa sangat baik, uraian yang dijabarkan rinci
dan diperoleh dengan menggunakan seluruh indra disertai dengan gambargambar
atau
diagram.
B: Pengelompokan yang dilakukan siswa baik, uraian yang dijabarkan kurang rinci
dan diperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambargambar
atau
diagram.
C: Pengelompokan yang dilakukan siswa cukup baik, uraian yang dijabarkan tidak
rinci dan diperoleh dengan menggunakan sebagian kecil indra dengan gambargambar
atau diagram.
D: Pengelompokan yang dilakukan siswa kurang baik, uraian yang dijabarkan kurang
sesuai dan diperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambargambar
atau diagram.
5.Penilaian Hasil Kerja Siswa
Nama Siswa: ……………… Tanggal: ……………… Kelas: ………………
Input Proses Out
Put/Hasil
Nilai
Seni Budaya – SMP | 256
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Daftar Pustaka
Dahar, RW., 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Holiwarni, B., dkk., 2008. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing pada Mata Pelajaran
Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 016 Pekanbaru Kota (Laporan
Penelitian). Pekanbaru: Lemlit UNRI
http://darussholahjember.blogspot.com/2011/05/aplikasi-metode-discoverylearning.
html (diunduh 23 Mei 2013).
http://ebookbrowse.com/pengertian-model-pembelajaran-discovery-learningmenurut-
para-ahli-pdf-d368189396 (diunduh 23 Mei 2013).
http://prismabekasi.blogspot.com/2012/10/definisi-belajar-menurut-para-ahli.html
(diunduh 23 Mei 2013)
Jurnal Geliga Sains 3 (2), 8-13, 2009 Program StudPiendidikan Fisika FKIP Universitas
Riau ISSN 1978-502X.
Rizqi, 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pembelajaran
Penemuan Terbimbing (Guide-Discovery Learning) yang Mengintegrasikan Kegiatan
Laboratorium untuk Fisika SLTP Bahan Kajian Pengukuran. Tesis, UNESA (tidak
dipublikasikan).
Syamsudini , 2012. Aplikasi Metode Discovery Learning dalam Meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Masalah, Motivasi Belajar dan Daya Ingat Siswa.
Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Seni Budaya – SMP | 257
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN 2.3: KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL
PEMBELAJARAN
Langkah Kegiatan Inti
Kegiatan
Interaktif Diskusi
Kelompok
Paparan
Materi
15 Menit 50 Menit 20 Menit
Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis dan bentuk penilaian autentik.
Diskusi materi Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar.
Paparan materi Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar dengan menggunakan
bahan tayang PPT-2.3
Paparan materi Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan
bahan tayang PPT-2.3/3.2.
Seni Budaya – SMP | 258
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 259
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 260
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 261
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 262
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 263
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 264
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
A. Definsi dan Makna Asesmen Autentik
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta
didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari
penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli,
nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan
penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik,
tidak lazim digunakan.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil
dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut
ini dikemukakan beberapa definisi. Dalam American Librabry Association
asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.
Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan
kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins
mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran,
seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap
peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
B. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks
atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan
tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran
yang sesuai.
Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.
Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer
untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka
HO-2.3-1
Seni Budaya – SMP | 265
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen
autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan
pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.
Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes
berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang
lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh
guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmen
autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan
aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka
meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong
kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari
luar sekolah.
Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar,
motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu
merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang
kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan
harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena
berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang
sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya,
dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk
materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
C. Asesmen Autentik dan Belajar Autentik
Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston belajar
autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik
dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Asesmen semacam ini
cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang
memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang
dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan
mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain
peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.
Seni Budaya – SMP | 266
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar
autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di
luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran
langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan
seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan
keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk
menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang
ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara
terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana
peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam
melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain
secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di
sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu
apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab
untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,
mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi
informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru
autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian.
Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti
disajikan berikut ini.
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya
memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an.
Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti
tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta
didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh
Seni Budaya – SMP | 267
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata
mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karena
tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen
tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi
dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan
berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula
asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan apa pun yang
dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah
saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi
peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan
akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik
dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari
asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya,
mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya.
Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist)
untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari
empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak
mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor
keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.
D. Jenis-jenis Asesmen Autentik
Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas
tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan
dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan
dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat
pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Beberapa jenis
asesmen autentik disajikan berikut ini.
1. Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta
para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan
untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru
dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan
naratif mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian
berbasis kinerja:
a. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur
tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa
atau tindakan.
Seni Budaya – SMP | 268
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa
baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
c. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 =
kurang sekali.
d. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan.
Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik
sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup
dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkahlangkah
kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk
suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek
kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta
didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja
yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari
kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan
berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat
mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan
wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud.
Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti
penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri
merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
 Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
 Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan
atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan.
Seni Budaya – SMP | 269
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
 Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran
tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan
dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang
harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian
tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian
data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu,
pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus
dari guru.
a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan
menulis laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam
kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan
dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.
Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.
Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian
produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir
secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas
kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya
seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas,
kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada
semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian
secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang
dihasilkan.
Seni Budaya – SMP | 270
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang
releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara
individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur,
laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta
didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran.
d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang
sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang
lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap
lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.
Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
Seni Budaya – SMP | 271
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri
dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai
yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi
pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya
alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap
terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk
esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extendedresponse)
atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada
bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru
untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks.
Seni Budaya – SMP | 272
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Daftar Pustaka
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep Dasar, Tahapan
Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
Coutinho, M., & Malouf, D. (1993). Performance Assessment and Children with Disabilities:
Issues and Possibilities. Teaching Exceptional Children, 25(4), 63–67.
Cumming, J. J., & Maxwell, G. S. (1999). Contextualizing Authentic Assessment. Assessment in
Education, 6(2), 177–194.
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses dan Produk
Dalam Pembelajaran yang Berbasis Kompetensi (Makalah Disampaikan pada In House
Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Gatlin, L., & Jacob, S. (2002). Standards-Based Digital Portfolios: A Component of Authentic
Assessment for Preservice Teachers. Action in Teacher Education, 23(4), 28–34.
Grisham-Brown, J., Hallam, R., & Brookshire, R. (2006). Using Authentic Assessment to
Evidence Children's Progress Toward Early Learning Standards. Early Childhood Education
Journal, 34(1), 45–51.
Salvia, J., & Ysseldyke, J. E. (2004). Assessment in Special and Inclusive Education (9th ed.).
New York: Houghton Mifflin.
Wiggins, G. (1993). Assessment: Authenticity, Context and Validity. Phi Delta Kappan, 75(3),
200–214.
Seni Budaya – SMP | 273
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA SMP
PENDAHULUAN
Sebagai seorang pendidik pasti tidak akan terlepas dengan istilah evaluasi, penilaian, dan
pengukuran. Untuk menentukan hasil peserta didikan yang baik maka dibutuhkan alat ukur (tes)
yang tepat dan handal. Tepat dan handalnya alat ukur itu memerlukan pengetahuan yang baik
tentang evaluasi, penilaian, dan pengukuran sehingga pengertian evaluasi, penilaian dan
pengukuran mutlak dibutuhkan oleh pendidik. Secara umum hubungan antara evaluasi, penilaian
dan pengukuran menurut Gabel (1993) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses
pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui pengukuran. Evaluasi yang
dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Evaluation adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai
(Gronlund), 1985, dalam Djaali dan Pudji M). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Wrightstone, dkk (1956) yang mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah penaksiran
terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Evaluasi menurut Suharsimi A. (2004) adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Penilaian (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) (dalam Ana Ratna Wulan) sebagai penilaian
proses, kemajuan, dan hasil belajar peserta didik (outcomes). Sementara itu assessment atau
penilaian diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “The process of Collecting data which shows the
development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan
istilah yang tepat untuk menilai proses belajar peserta didik. Namun meskipun proses belajar
peserta didik merupakan hal penting yang dinilai dalam penilaian, faktor hasil belajar juga tetap
tidak dikesampingkan. Secara umum makna penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari
pertimbangan tertentu. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan
HO-2.3-1
Seni Budaya – SMP | 274
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara
atau teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogik.
Pengukuran dalam bahasa inggris yang memiliki istilah measurement merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek
pengukuran atau obyek ukur. Mengukur pada hakekatnya adalah pemasangan korespondensi
satu-satu antara angka yang diberikan dengan fakta dan diberi angka atau diukur (Djaali dan Pudji
M., 2008). Menurut Calongesi (dalam Djaali dan Pudji M.) yang dimaksud dengan pengukuran
(measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru
menaksir prestasi peserta didik dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan
peserta didik, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan
menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan
membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif
(Ana Ratna Wulan) Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik
utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula
tertentu.
Penilaian berurusan dengan data kuantitatif dan kualitatif, sedang pengukuran yang hanya bagian
penilaian itu selalu berhubungan dengan data kuantitatif. Penilaian memerlukan data kuantitatif
dari pengukuran. Sebaliknya, pengukuran juga sangat terikat pada penilaian khusus yang
berkaitan dengan masalah tujuan dan kriteria yang dipergunakan. Penilaian adalah proses
memperoleh dan mempergunakan infomasi untuk membuat pertimbangan yang dipergunakan
sebagai dasar pengambilan informasi. Dengan demikian, terdapat tiga komponen penting
penilaian, yaitu informasi, pertimbangan, dan keputusan. Informasi memberikan data-data (baik
kuantitatif maupun kualitatif) yang berguna untuk pembuatan pertimbangan. Pertimbangan
dimungkinkan tepat jika informasi yang diperoleh dan interpretasi terhadapnya juga tepat.
PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian autentik tidak dimaksudkan untuk menggantikan penilaian tradisional, khususnya
bentuk tes objektif pilihan ganda yang lebih bersifat merespons jawaban yang lazim dipergunakan
dalam ujian-ujian akhir seperti ujian nasional (UN) dan ulangan umum (UU). Ia hadir untuk saling
Seni Budaya – SMP | 275
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
melengkapi dan menutup kekurangan penilaian objektif. Skor hasil pengukuran penilaian autentik
mencerminkan kompetensi berbagai bentuk kinerja (Burhan Nurgiyantoro, 2011)
Penilaian autentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh
tampilan peserta didik dalam rangkaian kegiatan peserta didikan dapat dinilai secara objektif, apa
adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Penilaian yang
dilakukan lewat berbagai cara atau model, menyangkut berbagai ranah, serta meliputi proses dan
produk ini yang kemudian disebut sebagai penilaian autentik. Autentik dapat berarti dan sekaligus
menjamin objektif, nyata, konkret, benar-benar hasil tampilan peserta didik, serta akurat dan
bermakna. Penilaian autentik menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan
pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar
menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui peserta didik, melainkan kinerja
secara nyata dari pengetahuan yang telah dikuasai.
Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, kompetensi inti
dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator
dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor
dan afektif. Ciri penilaian autentik adalah :
 Memandang penilaian dan peserta didikan secara terpadu
 Mencerminkan masalah dunia nyata bukan hanya dunia sekolah
 Menggunakan berbagai cara dan kriteria
 Holistik (kompetensi utuh merefleksikan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
Penerapan penilaian mata pelajaran seni budaya yang merujuk pada penilaian autentik dapat
menggunakan jenis penilaian dengan menganalisa materi. Penilaian dapat menggunakan beberapa
intrumen penilaian yaitu: dengan instrumen uji petik kerja, tes unjuk kerja (performance), tes
tertulis, penilaian proyek. Dari contoh analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menguasai
kompetensi pada Kompetensi Dasar Memperagakan teknik gerak tari kreasi tradisi berdasarkan
level, tempo dan dinamika gerak sesuai iringan. Penilaian hasil belajar pada mata pelajaran seni
budaya dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik sedangkan pada aspek kognisi sudah
terintegrasi pada penampilan hasil produk.Dalam rangka mengumpulkan informasi tentang
kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses
belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara
Seni Budaya – SMP | 276
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian Kompetensi Inti dan kompetensi
dasar dalam rangka mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
Contoh teknik penilaian matapelajaranSeni Budaya :
1. Penilaian Unjuk Kerja
Pengertian penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai
mata pelajaran seni budaya dengan melakukan kegiatan tertentu mulai dari mengamati sampai
dengan memodifikasi maupun membuat karya tari. Dalam penilaian pembelajaran tari dapat
menggunakan instrumen tes uji petik kerja
2. Teknik Penilaian Uji Petik Kerja
Teknik Penilaian uji petik kerja dapat dimulai dengan memberikan lembar kerja peserta didik.
Dalam lembar kerja memuat perintah/tagihan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
berikut langkah- langkah kerjanya. Dalam bidang seni tari dapat dilakukan dengan
mengapresiasi karya tari. Dalam mengapresiasi peserta didik diminta mengamati sesuai materi
yang diberikan saat itu, misalnya mengamati gerak berdasar level, gerak berdasar tempo,
mengamati pola lantai dll. Setelah pengamatan selesai peserta didik diminta membuat laporan
dan mempresentasikan hasil kerja mereka. Pada kegiatan apresiasi dapat juga digunakan
untuk menilai sikap dan tahap berikutnya penilaian psikomotor dengan membuat karya
Seni Budaya – SMP | 277
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh :
Kompetensi Dasar : Memperagakan teknik gerak tari kreasi tradisi berdasarkan level, tempo dan
dinamika gerak sesuai iringan
Instrumen pengamatan sikap :
1 Instrumen penilaian karakter cermat
Nama : __________________
Kelas : __________________
Aktivitas Peserta didik
Peserta didik :
Mengidentifikasi /mencari pengertian teknik gerak tari kreasi tradisi, level, tempo dan
dinamika gerak, melalui sumber internet dan buku di perpustakaan.
Rubrik Petunjuk:
Lingkarilah 1 bila aspek karakter belum terlihat (BT)
2 bila aspek karakter mulai terlihat (MT)
3 bila aspek karakter mulai berkembang (MB)
4 bila aspek karakter menjadi kebiasaan (MK)
Lembar Observasi
NO
Aspek-aspek yang dinilai
Skor
BT MT MB MK
1 Mengamati tiap tayangan dengan
tekun
1 2 3 4
2 Mengidentifikasi dengan tekun 1 2 3 4
3 Mencatat semua hasil temuan 1 2 3 4
4 Menemukan minimal 1 pengertian
teknik gerak tari kresi tradisi,
level,tempo dan dinamika dari
berbagai sumber belajar
1 2 3 4
Jumlah skor
Skor maksimal : (4 x 4) X 10
16
Seni Budaya – SMP | 278
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2 Instrumen penilaian karakter percaya diri
Nama : __________________
Kelas : __________________
Aktivitas Peserta didik
1. Mempresentasikan dengan percaya diri pengertian teknik gerak tari kreasi tradisi
berdasarkan level, tempo dan dinamika gerak sesuai dengan hasil indentifikasi
peserta didik.
2. Memperagakan percaya diri dua macam gerak tari kreasi tradisi berdasarkan
level, tempo dan dinamika gerak sesuai iringan
Rubrik Petunjuk:
Lingkarilah 1 bila aspek karakter belum terlihat (BT)
2 bila aspek karakter mulai terlihat (MT)
3 bila aspek karakter mulai berkembang (MB)
4 bila aspek karakter menjadi kebiasaan (MK)
Lembar Observasi
NO
Aspek-aspek yang dinilai
Skor
BT MT MB MK
1 Menyampaikan pendapat dengan
tidak ragu-ragu.
1 2 3 4
2 Memperagakan gerakan dengan
mantap
1 2 3 4
Jumlah skor
Skor maksimal : (2 x 4) X 10
8
Seni Budaya – SMP | 279
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3 Instrumen penilaian karakter kreatif
Nama : __________________
Kelas : __________________
Aktivitas Peserta didik
Menyusun dua gerak tari kreasi tradisi berdasarkan level, tempo dan dinamika gerak sesuai
iringan dengan kreatif
Rubrik
Petunjuk:
Lingkarilah 1 bila aspek karakter belum terlihat (BT)
2 bila aspek karakter mulai terlihat (MT)
3 bila aspek karakter mulai berkembang (MB)
4 bila aspek karakter menjadi kebiasaan (MK)
Lembar Observasi
NO
Aspek-aspek yang dinilai
Skor
BT MT MB MK
1 Menyusun satu gerak tari kreasi tradisi berdasarkan level,
tempo dan dinamika gerak sesuai iringan dengan kreatif
1 2 3 4
2 Menyusun dua gerak tari kreasi tradisi berdasarkan level,
tempo dan dinamika gerak sesuai iringan dengan kreatif
1 2 3 4
Jumlah skor
Skor maksimal : (2x 4) X 10
8
Penilaian unjuk kerja kreativitas :
Seni Budaya – SMP | 280
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
No. Nama
Aspek yang dinilai
Jumlah
Perolehan
Nilai
ide/gagas Akhir
an
Bentuk
gerak
Variasi
level
Variasi
tempo
Variasi
dinamika
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
Dst.
A
B
C
Dst.
25
30
15
20
25
20
20
10
85
80
85
80
Rentang nilai 0 – 30 0 – 10 0 - 20 0 – 20 0-20 Jumlah: 100
3.Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal
dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
KESIMPULAN
Penilaian merupakan bagian penting dari sistem peserta didikan di sekolah. Penilaian merupakan
suatu alat ukur untuk mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil belajar mengajar yang telah dilaksanakan.Penilaian
autentik merupakan model penilaian yang dapat mewakili berbagai jenis penilaian dalam proses
pembelajaran.
Seni Budaya – SMP | 281
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Measurement and Evaluation in Teaching by Grounlund, Mcmillan and H. Hacker (1985)
Djaali dan pudji muljono. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Grasindo. Jakarta
Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New York:
Maccmillan Company.
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Ratna Wulan, Ana. Pengertian Esensi Konsep Evaluasi, Assesmen, Tes, dan Pengukuran. FMIPA
UPI. Bandung
Djaali dan pudji muljono. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Grasindo. Jakarta
Burhan Nurgiyantoro. (2011). Penilaian otentik. GMUP
Seni Budaya – SMP | 282
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 283
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN : 2.4 ANALISIS BUKU GURU DAN BUKU SISWA
Langkah Kegiatan Inti
Menilai Buku Diskusi
Kelompok
Menyimpulkan
Hasil
Kerja
Kelompok
20 Menit 80 Menit 20 Menit 40 Menit
Menyimpulkan Presentasi Kerja
Kelompok
Diskusi
Kelompok
15 Menit 30 Menit 30 Menit 30 Menit
Menilai Buku
Peserta menilai buku dengan bimbingan fasilitator dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dan
kedalaman materi.
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok hasil penilaian buku dilanjutkan dengan pemaparan materiAnalisis Buku Guru
dan Buku Siswa dengan menggunakan PPT-2.4 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.
Simpulan
Menyimpulkan hasil diskusi dan menyampaikan format lembar kerja yang telah disiapkan.
Kerja Kelompok
Kerja kelompok menganalisis kesesuaian buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan
KD dengan menggunakan LK-2.4-1 dan LK -2.4-2.
Seni Budaya – SMP | 284
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses, pendekatan belajar, serta strategi
evaluasi yang diintegrasikan dalam buku.
Kerja Kelompok
Kerja kelompokmembuat contoh-contoh penerapan materi pelajaran yang terdapat dalam buku
guru dan buku siswa pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
Presentasi
Presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.
Simpulan
Fasilitatormenyimpulkan materi analisis buku.
Seni Budaya – SMP | 285
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 286
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 287
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 288
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
ANALISIS BUKU GURU
PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU GURU
Kompetensi
1. Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.
2. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.
3. Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.
Tujuan
1. Menganalisis kesesuaian isi buku siswa dengan SKL, KI dan KD.
2. Menganalisis keterpaduan antar mata pelajaran atau antar konsep/topik.
3. Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientific dan penialain
autentik.
4. Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis .
Panduan Kegiatan
1. Kerjakanlah secara berkelompok!
2. Pelajari format Analisis Buku Sswa!
3. Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan mata pelajaran!
4. Cermatilah buku siswa yang sesuai dengan materi ajar yang Anda ampu!
5. Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia!
6. Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis sebagai berikut!
a. Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan dalam pembelajaran.
b. Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut
yang harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut.
LK–2.4-1
Seni Budaya – SMP | 289
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU GURU
Judul buku : ....................................................................................................
Kelas : ....................................................................................................
Jenjang : ....................................................................................................
Tema/Topik : ....................................................................................................
NO. ASPEK YANG DIANALISIS
HASIL ANALISIS TINDAK LANJUT HASIL
TIDAK ANALISIS
SESUAI
SESUAI
SEBAGIAN SESUAI
1. Kesesuaian dengan SKL
2. Kesesuaian dengan KI
3. Kesesuaian dengan KD
4. Kesesuaian dengan Topik
5. Kecukupan materi ditinjau dari:
a. cakupan konsep/materi
esensial; dan
b. alokasi waktu.
6. Kedalaman materi ditinjau dari:
a. Pola pikir keilmuan; dan
b. Karakteristik siswa
7. Penerapan Pendekatan
Scientific
8. Penilaian Autentik yang
Tersedia dalam Buku Siswa
Seni Budaya – SMP | 290
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
ANALISIS BUKU SISWA
PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU SISWA
Kompetensi
1. Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.
2. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.
3. Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.
Tujuan
1. Menganalisis kesesuaian isi buku siswa dengan SKL, KI dan KD.
2. Menganalisis keterpaduan antar mata pelajaran atau antar konsep/topik.
3. Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientificdan penialain autentik.
4. Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis .
Panduan Kegiatan
1. Kerjakanlah secara berkelompok!
2. Pelajari format Analisis Buku Sswa!
3. Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan mata pelajaran!
4. Cermatilah buku siswa yang sesuai dengan materi ajar yang Anda ampu!
5. Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia!
6. Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis sebagai berikut!
a. Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan dalam pembelajaran.
b. Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut
yang harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut.
LK–2.4-2
Seni Budaya – SMP | 291
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU SISWA
Judul buku : ....................................................................................................
Kelas : ....................................................................................................
Jenjang : ....................................................................................................
Tema/Topik : ....................................................................................................
NO. ASPEK YANG DIANALISIS
HASIL ANALISIS TINDAK LANJUT HASIL
TIDAK ANALISIS
SESUAI
SESUAI
SEBAGIAN SESUAI
1. Kesesuaian dengan SKL
2. Kesesuaian dengan KI
3. Kesesuaian dengan KD
4. Kesesuaian dengan Topik
5. Kecukupan materi ditinjau
dari:
c. cakupan konsep/materi
esensial; dan
d. alokasi waktu.
6. Kedalaman materi ditinjau
dari:
c. Pola pikir keilmuan; dan
d. Karakteristik siswa
7. Penerapan Pendekatan
Scientific
8. Penilaian Autentik yang
Tersedia dalam Buku Siswa
Seni Budaya – SMP | 292
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
RUBRIK
PENILAIAN HASIL ANALISIS BUKU
GURU DAN SISWA
Rubrik penilaian analisis buku guru dan buku siswa digunakan fasilitator untuk menilai hasil
analisis peserta terhadap buku guru dan buku siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Langkah-langkah penilaian hasil analisis.
1. Cermati format penilaian analisis buku guru atau buku siswa serta hasil analisis peserta
yang akan dinilai!
2. Berikan nilai pada setiap aspek yang dianalisis sesuai dengan penilaian Anda terhadap hasil
analisis peserta menggunakan rentang nilai sebagai berikut!
PERINGKAT NILAI
Amat Baik ( A) 90 ≤ A ≤ 100
Baik (B) 75 ≤ B < 90
Cukup (C) 60 ≤ C < 75
Kurang (K) K ≤ 60
3. Setelah selesai penilaian masing-masing komponen, jumlahkan nilai seluruh komponen
sehingga menghasilkan nilai hasil analisis buku guru/siswa.
R–2.4
Seni Budaya – SMP | 293
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 3 : MODEL RANCANGAN
PEMBELAJARAN
3.1. Penyusunan RPP
3.2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan
Hasil Belajar
Seni Budaya – SMP | 294
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 3: MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. menyusun RPP yang menerapkan pendekatan scientific sesuai model belajar yang
relevan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, maupun intelektual; dan
2. merancang penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
B. LINGKUP MATERI
1. Penyusunan RPP.
2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar.
C. INDIKATOR
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan kreatif dalam menyusun RPP.
2. Mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan RPP.
3. Menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI dan KD; Standar Proses; dan pendekatan
scientific.
4. Menelaah RPP.
5. Menunjukkan sikap tanggung dan kreatif dalam menyusun rancangan penilaian autentik.
6. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
7. Menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaran.
8. Menelaah rancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar yang ada dalam
RPP.
9. Merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
a. Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan
scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
b. Panduan tugas telaah RPP.
c. Panduan tugas menelaah rancangan penilaian pada RPP.
2. Lembar KerjaTelaah RPP
3. ATK
Seni Budaya – SMP | 295
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN : 3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU : 8 JP (@ 45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta 15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Model Rancangan Pembelajaran.
Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan
bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI 3.1 Penyusunan RPP 205 Menit
Saling menilai RPP yang dibawa setiap peserta. 15 menit
Menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu oleh
fasilitator.
10 Menit
Diskusi rambu-rambu penyusunan RPP yang mengacu pada
Standar Proses dan pendekatan scientific, dilanjutkan dengan
paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP
Mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan Scientific dengan
mengggunakan PPT-3.1.1 dan Panduan Tugas Telaah RPP
dengan menggunakan PPT-3.1.2 oleh fasilitator yang disisipkan
dalam kegiatan diskusi tersebut.
40 Menit
Kerja kelompok untuk menyusun RPP seni budaya yang sesuai
dengan SKL, KI, dan KD; Standar Proses; dan pendekatan
scientific (terutama KD di awal semester 1).
80 Menit
Diskusi format telaah RPPdengan mengacu pada bahan
tayangPPT-3.1.2.
20 Menit
Kerja Kelompok untuk menelaah RPP yang disusun kelompok
lain dengan menggunakan LK-3.1/3.2.
35 menit
ICE BREAKER 5 Menit
3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil
Belajar
120 Menit
Diskusi dan tanya jawab tentang penilaian autentik dalam
bentuk tes dan nontes termasuk portofolio, dilanjutkan dengan
40 Menit
Seni Budaya – SMP | 296
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
pemaparan oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan Penilaian
Autentik pada Pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan
PPT 2.2/3.2, dan Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian
pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian
autentik pada pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan
HO-2.2/3.2.
30 Menit
Kerja kelompok untuk menelaah dan merevisi rancangan
penilaian autentik pada RPP yang telah disusun berdasarkan
panduan tugas menelaah rancangan penilaian
25 Menit
Presentasi hasil kerja kelompok (sampel) 20 Menit
ICE BREAKER 5 Menit
KEGIATAN
PENUTUP
Membuat rangkumanmateri pelatihanModel Rancangan
Pembelajaran.
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
Seni Budaya – SMP | 297
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN 3.1: PENYUSUNAN RPP
Langkah Kegiatan Inti
Tugas Individu:
Saling Menilai
RPP
Menyimpulkan
Hasil Penilaian
RPP
Diskusi
15 Menit 10 Menit 40 Menit
Kerja Kelompok Diskusi Kerja Kelompok
35 Menit 20 Menit 80 Menit
Aktivitas 1: Menilai RPP
Menilai RPP Peserta Lain
a. Setiap peserta diwajibkan membawa dua set RPP yang telah digunakan dalam proses
pembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampu.
b. RPP tersebut dikumpulkan kepada panitia untuk kemudian dibagikan kembali ke peserta
untuk dinilai oleh peserta lainnya dengan menggunakan acuan pengetahuan masing-masing
peserta.
c. Hasil penilaian dituliskan langsung pada halaman depan RPP.
Hasil penilaian dipresentasikan oleh peserta yang ditunjuk instruktur. Peserta lainnya
menyampaikan hasil penilaian yang tidak sama dengan peserta lainnya. Instruktur mencatat hasil
penilaian yang dilaporkan peserta.
Peserta menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu oleh Instruktur.
Diskusirambu-rambu penyusunan RPPyang mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan
Scientific.
Seni Budaya – SMP | 298
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP mengacu pada Standar Proses dan
Pendekatan scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
Aktivitas 2: Kerja Kelompok
Kerja kelompok untuk menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD; Standar Proses; dan
pendekatan scientific (terutama KD di awal semester 1).
Diskusi format telaah RPPdengan mengacu pada bahan tayangPPT-3.1.
Aktivitas 3: Kerja Kelompok
Kerja Kelompokuntuk menelaah RPP yang disusun kelompok lain dengan menggunakan
LK-3.1/3.2.
Seni Budaya – SMP | 299
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 300
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 301
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 302
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 303
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 304
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Lanjutan…………
11
F Kegiatan Pembelajaran
G Alat dan Sumber Belajar
- Alat dan Bahan
- Sumber Belajar
H Penilaian Proses dan Hasil Belajar
- Teknik
- Bentuk
- Instrumen (Tes dan Non tes)
- Kunci dan Pedoman penskoran
- Tugas
Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu
Pendahuluan …………………………………………………… ……………………
Inti
Penutup
Terima Kasih
Seni Budaya – SMP | 305
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Rambu-rambu
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Mengacu pada Standar Proses dengan Menggunakan
Pendekatan Scientific dan Penilaian Autentik
A. Pendahuluan
PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru
diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas
malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005, Pasal 20 dinyatakan bahwa:
”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasiaktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi bagi
siswa untuk mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dalam rangka pelaksanaan kurikulum tahun 2013, guru harus menyusun RPP dengan
menyesuaikan berberapa komponen dengan dokumen kurikulum tersebut. Selain itu didalam
rencana pelaksanaan pembelajarannya harus menerapkan pendekartan scientific dan penilaian
autentik.
B. Penyusunan RPP pada Standar Proses
Standar proses tersebut memuat rambu-rambu tentang prinsip-prinsip pengembangan RPP. Dengan
berlakunya kurikulum 2013, maka rambu-rambu tersebutperlu disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada Standar Proses (Permendiknas no 41 tahun 2007) terdapat Komponen RPP yang yang terdiri
Identitas mata pelajaran yang meliputi satuan pendidikan, kelas, semester,program studi,mata
pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan, standar kompetensi kompetensi dasar,
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup,
selanjutnya terdapat penilaian hasil belajar dan sumber belajar.
HO-3.1-1
Seni Budaya – SMP | 306
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pada kurikulum 2013, istilah standar kompetensi tidak dikenal lagi. Namun muncul istilah
kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan kedalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk
setiap kelas melalui pembelajaran.
Prinsip-prinsip penyusunan RPP menurut standar proses adalah memperhatikan perbedaan
individu peserta didik, mendorong partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan budaya
membaca dan menulis , memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterkaitan dan
keterpaduan dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
1. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator
Pencapaian Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran,
Kegiatan Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai arah
pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.
Pada standar proses kegiatan pembelajaran terdiri dari langkah-langkah yang memuat
unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan diharapkan terdapat kegiatan
 Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan,
dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, membaca
berita di surat kabar, menampilkan slide animasi, fenomena alam, fenomena sosial,
atau lainnya.
 Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan
diajarkan.
 Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi, bidangbidang
pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dan sebagainya.
 Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari.Acuan
dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar.
 Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman
belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).
b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, namun tetap efektif.
Seni Budaya – SMP | 307
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada RPP
kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sebaiknya dirancang dengan kegiatankegiatan
yang sesuai dengan materi dan metode yang digunakan.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup di RPP dicantumkan dengan cara apa guru mengarahkan peserta
didik untuk membuat rangkuman/simpulan. Pemberian tes atau tugas, dan memberikan
arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau
tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk rangkaian kegiatan,
yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan
sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
Pengembangan Kurikulum memiliki tema seperti pada gambar dibawah ini. Maka pada
langkah pembelajaran di RPP pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan harus
tampak.
Pada Standar Proses, pembelajaran yang berfokus pada kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi sangat diharapkan. Pembelajaran pada Kurikulum 2013 disarankan berbasis
pendekatan Sientific yang meliputi mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. RPP yang disusun sebaiknya berbasisn pendekatan scientific
dengan memperhatikan karakter mata pelajaran dan karakteristik siswa. Sikap tidak hanya
diajarkan secara verbal, tetapi melalui pemberitahuan, contoh ,modeling, atau keteladanan,
dan pembiasaan. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah
dan masyarakat. Dan harus diingat bahwa guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber
belajar.
Pembelajaran di SD dikemas dalam suatu tema sehingga pembelajaran ini disebut
PembelajaranTematik. Sedangkan Pembeajaran IPA, IPS di SMP masing-masing diajarkan
secara terpadu. Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,
narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan bisa
langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar dalam silabus
dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya.
Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut, pengarang, dan
halaman yang diacu. Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file,
folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat website yang
digunakan sebagai acuan pembelajaran.
Seni Budaya – SMP | 308
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Penilaian
Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan
yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus
segera diikuti dengan proses perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang
dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.
Penilaian pada kurikulum sebelumnya menekankan pada aspek kognitif dan test menjadi
kegiatan penilaian yang dominan. Pada kurikulum 2013 penilaian menekankan pada aspek
kognitif, sikap dan psikomotor secara proporsional. Penilaian tes dan portofolio saling
melengkapi ( Mendikbud, 2013)
Pada kurikulum 2013 penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrumen yang dipakai. Beberapa hal mengenai penilaian pada kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut.
• Penilaian berbasis kompetensi
• Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan
hasil saja), menuju penilaian autentik(mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
• Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan
pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
• Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
• Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama
penilaian .
Pelaksanaan penilaian dengan pemanfaatan portofolio merupakan salah satu penilaian
autentik.
C. Penerapan Pendekatan Scientific dalam RPP
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach pada proses
pembelajaran. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran. (Sudarwan, 2013). Menurut McCollum (2009)
dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan
scientific diantaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan
rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), meningkatkan keterampilan mengamati
(Encourage observation), melakukan analisis ( Push for analysis) dan berkomunikasi (Require
communication)
Seni Budaya – SMP | 309
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1. Meningkatkan Rasa Keingintahuan
Semua pengetahuan dan pemahaman dimulai dari rasa ingin tahu dari peserta didik tentang
’siapa, apa, dan dimana‘atau “’who, what and where” dari apa yang ada di sekitar peserta
didik. Pada kurikulum 2013, peserta didik dilatih rasa keingintahuannya sampai ’mengapa
dan bagaimana ‘“why‘and ‘How‘
Pada pembelajaran rasa keingintahuan ini dapat difasilitasi dalam kegiatan tanya jawab baik
mulai dari kegiatan pendahuluan kegiatan inti dan penutup. Selain tanya jawab, dapat juga
dengan melalui memberikan suatu masalah, fakta-fakta atau kejadian alam yang ada di
sekitar peserta didik.
2. Mengamati
Pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
observasi peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang
dianalisis dengan materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Sudarwan, 2013). Menurut
Nuryani, 1995 mengamati merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu
dengan alat inderanya secara teliti, menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil
pengamatan, menggunakan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek dalam
rangka pengumpulan data atau informasi. Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan
indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Untuk meningkatkan keterampilan
mengamati, maka didalam RPP sebaiknya dimunculkan kegiatan yang memungkinkan siswa
untukmengunakan berbagai pancaindranya untuk mencatat hasil pengamatan.
3. Menganalisis
Wonder grows with understanding and understanding come of analysis. Analisis dapat
berupa analisis kuantitatif dan kualitatif. Peserta didik perlu dilatih dan dibiasakan melakukan
analisas data yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Misalnya data pengamatan yang
diperoleh sendiri.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk meninjau kembali hasil pengamatan dan mereka
dilatih membuat pola-pola atau grafik dari data yang diperolehnya.
Latih peserta untuk melakukan klasifikasi, menghubungkan dan menghitung.
A scientific approach to teaching pushes learners to seek for patterns
4. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan member kesempatan untuk mengkomunikasikan
yang peserta didik telah pelajari.
Berdasarkan uraian di atas, RPP khususnya pada langkah-langkah pembelajaran, diharapkan
memunculkan kegiatan-kegiatan seperti yang ada pada pendekatan scientific.
Seni Budaya – SMP | 310
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
D. Penerapan Penilaian Autentik di dalam RPP
Penilaian Autentik merupakan usaha untuk mengukur atau memberikanpenghargaan atas
kemampuan seseorangyang benar-benar menggambarkan apa yangdikuasairya. Penilaian ini
dilakukan denganberbagai cara seperti tes tertulis, kolokium,portofolio, unjuk kerja, unjuk
tindak (berdikusi, berargumentasi, dan lain-lain), observasi dan lain-lain (Permendiknas nomor 4
tahun 2007).
Menurut Jon Mueller (2006) penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para
siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Pendapat serupa dikemukakan oleh RichardJ. Stiggins (1987) di dalam Nuryani (2006)
,menekankan keterampilandan kompetensi spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan
pengetahuan yang sudah dikuasai
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
tulis pilihan ganda terstandar sekalipun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui
hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah (
Sudarwan,2013)
Seperti apakah bentuk penilaian autentik? Biasanya suatu penilaian autentik melibatkan
suatutugas (task) bagi para siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubric
(rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut.
Asesmen autentik menjadi salah satu tuntutan Kurikulum 2013.Asesmen autentik memiliki
relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar
peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan
lain-lain.Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang
lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu
dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.
Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer
untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka
yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen
autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan
pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atauhasil pembelajaran.
Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes
berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diartikan dalam proses pembelajaran, karena memang
lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat
Seni Budaya – SMP | 311
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
oleh guru sendiri, Sekolompok guru, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam
asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat
melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Berdasarkan uraian tersebut di dalam RPP khususnya pada penilaian, bentuk penilaiannya
diarahkan kepada penilaian autentik. Sedangkan untuk soal pilihan ganda dan uraian, guru
diharapkan merancang soal dengan memperhatikan konsep Higher Order Thinking (HOT), untuk
penilaian sikap dibuat skala penilaian sikap, penilaian kinerja dapat dilaksanakan langsung pada
saat pembelajaran misalnya saa siswa melakukan praktikum atau praktek lapangan. Guru
diharapkan merancang rubric penilaiannya. Untuk penilaian tugas-tugas yang akan dijadikan
portofolio siswa, guru harus membuat rubrik penilaannya.
RPP yang baik dapat dan dibuat oleh guru sendiri akan membantu guru dalam penyajian
pembelajarannya. Kerangka atau lay out RPP boleh berbeda-beda tetapi semua komponen ada
dan sistematis. Selain itu perlu diperhatikan estetika, efisiensi, kepraktisan dan kebermaknaan isi
RPP.
Contoh Kerangka RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : ………………
Kelas/Semester : …………………
Mata Pelajaran : …………………….
Topik : ……………………..
Pertemuan Ke- : ……………..
Alokasi Waktu : ……………..
A. Kompetensi Inti ( diambil dari KI dan KD mata pelajaran)
B. Kompetensi Dasar ( diambil dari KD aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan)
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
D. Tujuan Pembelajaran
E. Materi Pembelajaran
F. Metode ( Pendekatan dan Metode Pembelajaran)
1. Pendekatan :
2. Metode :
( Boleh ditambah dengan mencantumkan Strategi dan Model pembelajaran yang
digunakan guru dalam pembelajaran)
Seni Budaya – SMP | 312
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
G. KKM :
H. Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Pendahuluan
Kegiatan inti
Penutup
I. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat dan bahan Praktikum
2. Sumber
J. Penilaian
Teknik penilaian: Tertulis
Bentuk Instrumen :
Kunci Jawaban : Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda dan Uraian
NILAI = (Skor yang didapat/Skor maks) x 100
Contoh Lembar Pengamatan Sikap
No Nama
Perilaku yang diamati pada pembelajaran
Menghargai
orang lain
Disiplin Aktivitas Kerjasama Komunikasi
1
2
3
...
...................
....................
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5
Penafsiran angka : 1. sangat kurang, 2. kurang, 3. cukup, 4. baik, 5. amat baik
Seni Budaya – SMP | 313
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2007). Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta
Kementerian Pendidikan Nasional. 2013. Kompetensi Dasar SMP/MTs, Jakarta
Mc Colum (2009) A scientific approach to
teaching.http://kamccollum.wordpress.com/2009/08/01/a-scientific-approach-toteaching/
last update januari 2013
Nuryani Rustaman (2006). Penilaian Autentik( Authentik Assessment) dan Penerapannya dalam
Pendidikan Sains. FPMIPA& Sekolah Pascasarjana UPI,
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032-
Sudarwan ( 2013) Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Pusbangprodik
Sudarwan ( 2013) Penilaian Autentik. Jakarta, Pusbangprodik.
Seni Budaya – SMP | 314
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas : VII
Semester : Ganjil
Mata Pelajaran : Seni Budaya (SeniTari)
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (2 pertemuan)
A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghargai perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu,
percaya diri, dan motivasi internal, toleransi, pola hidup sehat, ramah lingkungan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilm pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi dan membuat) dan abstrak (menulis,membaca, menghitung,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber
lainnya yang sama dalam sudut pandang/teori
B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Menerima, menanggapi dan menghargai keragaman dan keunikan karya seni tari sebagai
bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan
2.1 Menunjukkan sikap menghargai, jujur, disiplin, melalui aktivitas berkesenian
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab, peduli, dan santun terhadap karya seni tari dan
pembuatnya
2.3 Menunjukkan sikap percaya diri, motivasi internal, kepedulian terhadap lingkungan dalam
berkarya seni
2.4 Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan tenaga
2.5 Melakukan gerak tari berdasarkan unsur ruang, waktu, dan tenaga
Seni Budaya – SMP | 315
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. INDIKATOR PEMBELAJARAN
1. Menunjukkan sikap percaya diri, peduli dan bertanggung jawab
2. Memahami gerak tari berdasarkan ruang, waktu dan tenaga
3. Melakukan gerak tari berdasarkan ruang, waktu dan tenaga
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini perserta didik diharapkan mampu :
1. Mendeskripsikan gerak tari berdasarkan ruang, waktu, dan tenaga,
2. Mengidentifikasikan gerak tari berdasarkan ruang, waktu, dan tenaga,
3. Melakukan eksplorasi gerak tari berdasarkan ruang,waktu, dan tenaga,
4. Melakukan asosiasi gerak tari berdasarkan ruang, waktu, dan tenaga dengan sikap dan
sosial budaya masyarakat, dan
5. Mengomunikasikan gerak tari berdasarkan ruang, waktu, dan tenaga baik secara lisan
maupun tulisan secara sederhana.
E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran, peserta didik bersama dengan guru dapat melakukan aktivitas
berikut:
a) Mengamati melalui media dan sumber belajar baik berupa visual, maupun audio-visual
tentang gerak tariruang, waktu, dan tenaga,
b) Menanyakan melalui diskusi tentang gerak tari berdasarkanruang, waktu, dan tenaga.
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti pembelajaran, peserta didik bersama dengan guru dapat melakukan aktivitas
berikut ini.
a) Mengeksplorasi gerak tari berdasarkan ruang, waktu, dan tenaga,
b) Mengasosiasi gerak tari berdasarkan ruang, waktu, dan tenaga dalam bentuk
penampilan tari
3) Kegiatan penutup
Guru dapat melakukan evaluasi dan refleksi pada setiap pertemuan. Kegiatan evaluasi dan
refleksi menekankan pada tiga aspek yaitu pengetahuan yang telah diperoleh,
Seni Budaya – SMP | 316
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
menghubungkan sikap dengan materi pembelajaran, dan kemampuan psikomotorik atau
keahlian dalam praktek menari.
F. MATERI PEMBELAJARAN
1. Elemen Dasr Tari
Elemen dasar tari adalah gerak. Di dalam gerak mencakup ruang, waktu, dan tenaga.
a. Ruang
Jika kalian melakukan gerakan di tempat tanpa berdiri berarti melakukan gerak di ruang
pribadi, sedangkan jika kalian bergerak berpindah tempat maka kalian melakukan gerak di
ruang umum. Gerak di dalam ruang dapat dilakukan sendiri, berpasangan atau
berkelompok.
b. Waktu
Setiap gerak yang dilakukan membutuhkan waktu baik gerak estetis maupun gerak
fungsional. Gerak fungsional seperti berjalan menuju ke sekolah tentu membutuhkan
waktu. Jika jarak yang ditempuh dekat maka waktu yang dibutuhkan lebih sedikit
dibandingkan dengan jarak yang jauh. Jika jarak yang jauh ingin sama cepatnya dengan
jarak yang dekat tiba di tempat, maka gerak yang dilakukan haruslah memiliki kecepatan
dua atau tiga kali dari jarak yang dekat.
Perbedaan cepat atau lambat gerak berhubungan dengan tempo. Jadi tempo merupakan
cepat atau lambat gerak yang dilakukan. Gerak tari juga memiliki tempo. Fungsi tempo
pada gerak tari untuk memberikan kesan dinamis sehingga tarian enak untuk dinikmati.
Gambar 7 gerak melayang bersama-sama
memerlukan ketepatan waktu secara
bersamaan (sumber: Ballet Booklat)
gambar 6 penari dengan gerak melayang
memerlukan waktu saat tumpuan dan
melayang sampai turun ke lantai kembali
(sumber: Ballet Book Buklet)
Seni Budaya – SMP | 317
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
c. Tenaga
Setiap kamu melakukan gerak, tentu memerlukan tenaga. Penggunaan tenaga dalam gerak
tari meliputi; (a) intensitas, yang berkaitan dengan kuantitas tenaga dalam tarian yang
menghasilkan tingkat ketegangan gerak; (b) aksen/tekanan muncul ketika gerakan
dilakukan secara tiba-tiba dan kontras; (c) kualitas berkaitan dengan cara penggunaan atau
penyaluran tenaga.
Jika gerak yang dilakukan memiliki intensitas tinggi tentu saja memerlukan tenaga yang
kuat dan sebaliknya, gerak dengan itensitas rendah memerlukan tenaga yang lemah atau
sedikit. Perhatikan pada gambar 8 yaitu seorang penari berdiri di atas punggung kedua
temannya. Tenaga yang digunakan oleh penari untuk menahan temannya tentu lebih besar
dibandingkan dengan yang berdiri di atas punggung. Kekuatan tenaga menahan temannya
tertumpu pada kedua kaki.
Tenaga yang dikeluarkan oleh kedua penari yang menyangga temannya akan semakin kuat
jika berjalan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Coba kalian bandingkan
dengan pose gerak pada gambar 9 yang menunjukkan kaki tertahan di lantai dengan sedikit
jinjit tentu tenaga yang dikeluarkan tidak sebesar dan sekuat pada gambar 8.
Gambar 8 menunjukkan gerak melompat ke
atas punggung memerlukan tenaga lebih kuat
untuk memberi kesan dan karakter gerak lebih
dinamis demikian juga yang menjadi pijakan
kaki panri (sumber: dok eko, 2012)
Gambar 9 menunjukkan gerak berdiri dengan
gerakan tertahan di lantai memberi kesan ringan
sehingga tenaga yang digunakan lebih ringan juga
Seni Budaya – SMP | 318
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Gerak tari yang bersumber pada tari tradisi Papua kekuatan tenaga banyak pada kaki. Gerak
kaki yang cepat dan ritmis merupakan salah satu ciri dari tarian Papua. Gerak tari yang
tertumpu pada kaki di Papua dipengaruhi oleh kondisi geografis alam yang berbentuk
pegunungan. Kehidupan masyarakat di daerah pegunungan memerlukan kaki kuat untuk
dapat mendaki dan menuruni bukit. Kehidupan sosial budaya seperti inilah yang
mempengaruhi juga terhadap karya seni tari.
G. METODE PEMBELAJARAN
- Praktek
- Diskusi
H. EVALUASI PEMBELAJARAN
- Tugas
- Portofolio : lembar pengamatan, autentik
I. SUMBER BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN
- Buku Teks : Eko Purnomo, dkk, Seni Budaya Kelas 7, Kemendikbud, 2013.
- Buku teks yang sesuai dengan pokok bahasan
- Video/VCD (jika ada)
- Gambar Tari
Gambar tarian papua banyak menggunakan
energi dalam melakukan gerak (sumber: dok.
eko, 2012)
Gambar tarian kalimantan menggunakan
tenaga ang lebih konstan dalam melakukan
gerak (sumber: dok. eko, 2012)
Seni Budaya – SMP | 319
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Lampiran
LEMBAR PENILAIAN
Nama : ____________________
NIS : ____________________
Kelas : ____________________
Pokok Bahasan : Melakukan gerak tari berdasarkan ruang, waktu dan tenaga
Petunjuk Penilaian Keterampilan:
Berilah tanda (V) pada kolom yang sesuai
A. Jika gerakan yang dilakukan > 5 gerakan
B. Jika gerakan yang dilakukan 3 – 4 gerakan
C. Jika gerakan yang dilakukan 2 gerakan
D. Jika gerakan yang dilakukan 1 gerakan
No. Indikator Penilaian A B C D
86-100 76- 85 66 -75 56-65
1 melakukan gerak sesuai dengan ruang
2 melakukan gerak sesuai dengan waktu
3 Melakukan gerak sesuai dengan tenaga
Total Nilai /10
Seni Budaya – SMP | 320
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR RUBRIK
Nama : ____________________
NIS : ____________________
Kelas : ____________________
Petunjuk :
Berilah tanda (V) pada kolom yang sesuai!
No. Indikator Pengamatan Ya Tidak
1 Jujur
2 Bertanggung jawab
3 Toleransi
4 Peduli
5 Percaya diri
Seni Budaya – SMP | 321
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 322
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 323
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Identitas RPP yang ditelaah: …………………………………
Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom
tersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda!
No.
Komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Penelaahan dan Skor
Catatan
1 2 3
A Identitas Mata Pelajaran
Tidak
Ada
Kurang
Lengkap
Sudah
Lengkap
1. Satuan pendidikan,kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran
atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
B. Perumusan Indikator
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
1. Kesesuaian dengan SKL,KI dan KD.
2. Kesesuaian penggunaan kata kerja
operasional dengan kompetensi yang
diukur.
3. Kesesuaian dengan aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
C. Perumusan Tujuan Pembelajaran
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
1. Kesesuaian dengan proses dan hasil
belajar yang diharapkan dicapai.
2. Kesesuaian dengan kompetensi dasar.
D. Pemilihan Materi Ajar
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
2. Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik.
LK - 3.1/3.2
Seni Budaya – SMP | 324
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
No.
Komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Penelaahan dan Skor
Catatan
1 2 3
3. Kesesuaian dengan alokasi waktu.
E. Pemilihan Sumber Belajar
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
1. Kesesuaian dengan KI dan KD.
2. Kesesuaian dengan materi
pembelajaran dan pendekatan scientific.
3. Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik.
F. Pemilihan Media Belajar
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2. Kesesuaian dengan materi
pembelajaran dan pendekatan scientific.
3. Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik.
G. Model Pembelajaran
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2. Kesesuaian dengan pendekatan
Scientific.
H. Skenario Pembelajaran
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
1. Menampilkan kegiatan pendahuluan,
inti, dan penutup dengan jelas.
2. Kesesuaian kegiatan dengan
pendekatan scientific.
3. Kesesuaian penyajian dengan
sistematika materi.
4. Kesesuaian alokasi waktu dengan
cakupan materi.
I. Penilaian
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Seni Budaya – SMP | 325
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
No.
Komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Penelaahan dan Skor
Catatan
1 2 3
1. Kesesuaian dengan teknik dan bentuk
penilaian autentik.
2. Kesesuaian dengan dengan indikator
pencapaian kompetensi.
3. Kesesuaian kunci jawaban dengan soal.
4. Kesesuaian pedoman penskoran dengan
soal.
Jumlah
Komentar terhadap RPP secara umum.
.......................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
Seni Budaya – SMP | 326
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
RUBRIK
PENILAIAN TELAAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Rubrik penilaian RPP digunakan fasilitator untuk menilai RPP peserta yang digunakan peer
teaching. Selanjutnya nilai RPP dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta.
Langkah-langkah penilaian RPP sebagai berikut.
1. Cermati format penilaian RPP dan RPP yang akan dinilai!
2. Berikan nilai setiap komponen RPP dengan cara membubuhkan tanda cek (√) pada kolom
pilihan skor (1 ), (2) dan (3) sesuai dengan penilaian Anda terhadap RPP tersebut!
3. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan setiap komponen RPP jika diperlukan!
4. Setelah selesai penilaian, jumlahkan skor seluruh komponen!
5. Tentukan nilai RPP menggunakan rumus sbb:
=
Skor yang diperoleh
75
x 100%
PERINGKAT NILAI
Amat Baik ( A) 90 ≤ A ≤ 100
Baik (B) 75 ≤ B < 90
Cukup (C) 60 ≤ C < 75
Kurang (K) K ≤ 60
R-3.1/3.2
Seni Budaya – SMP | 327
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUB MATERI PELATIHAN : 3.2 PERANCANGAN PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL
BELAJAR
Langkah Kegiatan Inti
Diskusi dan
Tanya jawab
Kerja
Kelompok
Kerja
Kelompok Presentasi Merangkum
dan Refleksi
40 Menit 30 Menit 25 Menit 20 Menit 20 Menit
Diskusi dan tanya jawab tentang penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes termasuk
portofolio, dilanjutkan dengan Pemaparan materi oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan
Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan Panduan Tugas
Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaranyang
terdapat dalam HO-2.3/3.2.
Kerja kelompok untuk merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.
Presentasi hasil kerja kelompok.
Membuat rangkuman materi pelatihan Model Rancangan Pembelajaran.
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran.
Bahan Tayang
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan
Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2-2.
Seni Budaya – SMP | 328
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 329
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 330
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 4 : PRAKTIK PEMBELAJARAN
TERBIMBING
4.1 Simulasi Pembelajaran
4.2 Peer Teaching
Seni Budaya – SMP | 331
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 4
PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. mengkaji pelaksanaan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific
(mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap
memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, maupun, intelektual; dan
2. melaksanakan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific (mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap
memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, maupun, intelektual.
B. LINGKUP MATERI
1. Simulasi Pembelajaran
2. Peer Teaching
C. KOMPETENSI PESERTA PELATIHAN
1. Ketelitian dan keseriusan dalam menganalisis simulasi pembelajaran.
2. Menganalisis simulasi pembelajaran melalui tayangan video pembelajaran.
3. Menyimpulkan alur pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan scientific dan
penilaian autentik.
4. Merevisi RPP sehingga menerapkan pendekatan scientific dan penilaian autentik untuk
kegiatan peer teaching.
5. Kreatif dan komunikatif dalam melakukan peer teaching.
6. Melaksanakan peer teaching pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific dan
penilaian autentik.
7. Menilai pelaksanaan peer teaching peserta lain.
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
a. Strategi Pengamatan tayangan video.
b. Panduan tugas praktik pelaksanaan pembelajaran.
Seni Budaya – SMP | 332
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
c. Garis besar instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran.
2. Lembar Kerja
a. Analisis pembelajaran pada tayangan video.
b. Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran (Alat Penilaian Kinerja Guru).
3. ATK
Seni Budaya – SMP | 333
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN : 4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
ALOKASI WAKTU : 24 JP (@ 45 MENIT)
JENJANG : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : SENI BUDAYA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
PERSIAPAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta 15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Praktik Pembelajaran Terbimbing.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar saling
mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses
pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI 4.1 Simulasi Pembelajaran 360 Menit
Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayang PPT-4.1 oleh fasilitator.
20 Menit
Penayangan video pembelajaran seni budaya dengan
menggunakan V-2.1/4.1.
20 Menit
Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video pembelajaran
dengan fokus pada penerapan pendekatan scientific dan penilaian
autentik dengan menggunakan LK 4.1.
60 Menit
Mengkonfirmasi penerapan pendekatan scientific dan penilaian
autentik mengacu pada tayangan video pembelajaran.
30 Menit
Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil tayangan
video pembelajaran.
135 Menit
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer
teaching.
90 Menit
ICE BREAKER 5 Menit
4.2 Peer Teaching 600 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik
Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer teaching dengan
menggunakan PPT- 4.2-1.
20 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian
Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan PPT-4.2-2.
20 Menit
Persiapan peer teaching. 20 Menit
Seni Budaya – SMP | 334
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
Praktik peer teachingpembelajaran seni budaya secara individual,
untuk setiap peserta 30 menit dipandu fasilitator.
510 Menit
Menilai kegiatan peer teaching menggunakan instrumen penilaian
pelaksanaan pembelajaran LK -4.2.
Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching. 30 Menit
KEGIATAN
PENUTUP
Membuat rangkuman materi pelatihanPraktik Pembelajaran
Terbimbing.
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran.
Seni Budaya – SMP | 335
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 4.1 SIMULASI PEMBELAJARAN
Langkah Kegiatan Inti
Paparan Tayangan Video Kerja Kelompok
20 Menit 20 Menit 60 Menit
Presentasi Kerja Kelompok Menyimpulkan
90 Menit 135 Menit 30 Menit
Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan menggunakan bahan tayang PPT-
4.1 oleh fasilitator.
Penayangan video pembelajaran dengan menggunakan V-2.1/4.1.
Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video pembelajaran dengan fokus pada penerapan
pendekatan scientific dan penilaian autentik dengan menggunakan LK 4.1.
Menyimpulkan alur pembelajaranyang berorientasi pada pendekatan scientific dan penilaian
autentik.
Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil analisis tayangan video pembelajaran.
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching.
Seni Budaya – SMP | 336
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 337
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 338
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 339
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
ANALISIS PEMBELAJARAN
DALAM TAYANGAN VIDEO PEMBELAJARAN
1. Nama Peserta : ..............................................
2. Asal Sekolah : ..............................................
3. Mata Pelajaran : ..............................................
3. Tema : ..............................................
Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan
Kegiatan Pendahuluan
Melakukan apersepsi dan motivasi.
a Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
b Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman
peserta didik dalam perjalanan menuju sekolah atau dengan
tema sebelumnya.
c Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitan dengan tema
yang akan dibelajarkan.
d Mengajak peserta didik berdinamika/melakukan sesuatu
kegiatan yang terkait dengan materi.
Kegiatan Inti
Guru menguasai materi yang diajarkan.
a. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan
pembelajaran.
b. Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang diintegrasikan secara relevandengan perkembangan Iptek
dankehidupan nyata .
c. Menyajikan materi dalam tema secara sistematis dan gradual
(dari yang mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)
Guru menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik.
a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai.
b. Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
c. Menguasai kelas dengan baik.
d. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
e. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (nurturant effect).
LK - 4.1
Seni Budaya – SMP | 340
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan.
Guru menerapkan pendekatan scientific.
a Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
b Memancing peserta didik untuk peserta didik bertanya.
c Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan
mengamati.
d Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan
menganalisis.
f Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan
mengkomunikasikan.
Guru melaksanakan penilaian autentik.
a Mengamati sikap dan perilaku peserta didik dalam mengikuti
pelajaran.
b Melakukan penilaian keterampilan peserta didik dalam
melakukan aktifitas individu/kelompok.
c Mendokumentasikan hasil pengamatan skap, perilaku dan
keterampilan peserta didik.
Guru memanfaatan sumber belajar/media dalam
pembelajaran.
a. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar
pembelajaran.
b. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
pembelajaran.
c. Menghasilkan pesan yang menarik.
d. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar
pembelajaran.
e. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
pembelajaran.
Guru memicu dan/atau memelihara keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.
a. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi
guru, peserta didik, sumber belajar.
b. Merespon positif partisipasi peserta didik,
c. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik,
d. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
e. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme peserta didik dalam
belajar.
Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam
pembelajaran
Seni Budaya – SMP | 341
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan
a. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
b. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
c. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.
Penutup Pembelajaran
Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif
a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik.
b. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Seni Budaya – SMP | 342
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
RUBRIK
PENILAIAN HASIL ANALISIS PEMBELAJARAN
PADA TAYANGAN VIDEO
NAMA PESERTA DIKLAT :…………………………………………………………..
KELAS/ :…………………………………………………………..
TANGGAL PENILAIAN :…………………………………………………………..
Aspek Kriteria Rentangan
Nilai
Nilai
Peserta
Pengamatan
Video
(15-30)
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,
kegiataninti,
dankegiatanpenutupdenganlengkapdanterinci yang
disertaicontohkongkrithasilpengamatan.
25 - 30
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,
kegiataninti,
dankegiatanpenutupdenganlengkapnamunkurangte
rinci..
21 - 24
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,
kegiataninti,
dankegiatanpenutupnamuntidaklengkap.
15 - 20
Lembarkerjaanal
isispembelajara
ndalam Video
(15-30)
Mendeskripsikansetiap item
padalembarkerjaanalisis proses
belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar yang
disajikandalamtayangan video denganjelas,
lengkapdanbenar.
25 - 30
Mendeskripsikansetiap item
padalembarkerjaanalisis proses
belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar yang
disajikandalamtayangan video denganjelas.
21 - 24
Hanyamenandaisetiap item padalembarkerjaanalisis
proses
belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar yang
disajikandalamtayangan video.
15 - 20
Sikapselamame
ngamati
(5-15)
Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh
rasa ingintahu yang
disertaidenganpolaberpikiranalitikdalammengamati
danberdiskusi.
12 - 15
Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh
rasa ingintahu
danaktifdalamberdiskusi.
8 - 11
Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh
rasa ingintahu saja. 5 - 7
R - 4.1
Seni Budaya – SMP | 343
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek Kriteria Rentangan
Nilai
Nilai
Peserta
Komentardan
Simpulan
(10-25)
Memberikankomentar yang
faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan
skenario pembelajaran yangadadalamtayangan
PBM video pembelajaranyang terdiridaripengalaman
yang dapatdiambildaritayangan video
dankesimpulan.
21 - 25
Memberikankomentar yang
faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan
skenario pembelajaran yangadadalamtayangan
PBM video pembelajaranyang terdiridaripengalaman
yang dapatdiambildaritayangan video.
16 -20
Memberikankomentarsesuaidengan keterlaksanaan
skenario pembelajaran yangadadalamtayangan
PBM video pembelajaran.
10 -15
JUMLAH 100
………………, ……….……………. 2013
Fasilitator,
(.................................................)
Seni Budaya – SMP | 344
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUB MATERI PELATIHAN : 4.2 PEER TEACHING
Langkah Kegiatan Inti
Paparan
Panduan
Paparan
Instrumen
Penilaian
Persiapan
Peer Teaching
15 Menit 15 Menit 10 Menit
Refleksi Praktik
Peer Teaching
40 Menit 560 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer
teaching dengan menggunakan PPT- 4.2-1.
Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
dengan menggunakan PPT-4.2-2.
Persiapan peer teaching.
Praktik peer teachingpembelajaran secara individual, untuk setiap peserta 30menit dipandu
fasilitator.
Menilai kegiatan peer teachingoleh fasilitator dengan menggunakan instrumen penilaian
pelaksanaan pembelajaran LK-4.2.
Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching.
Seni Budaya – SMP | 345
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 346
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 347
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 348
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Seni Budaya – SMP | 349
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
INSTRUMEN PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Nama Peserta : .................................................
2. Asal Sekolah : .................................................
3. Topik : .................................................
Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan
Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi
1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.
2 Mengajukan pertanyaan menantang.
3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.
4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi
pembelajaran.
Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan
1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta
didik.
2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja
kelompok, dan melakukan observasi.
Kegiatan Inti
Penguasaan Materi Pelajaran
1 Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan
pembelajaran.
2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.
3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan
tepat.
4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari
konkrit ke abstrak)
Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik
1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai.
2 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
3 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
4 Menguasai kelas.
LK - 4.2
Seni Budaya – SMP | 350
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan
5 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
6 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).
7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan.
Penerapan Pendekatan scientific
1 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
2 Memancing peserta didik untuk bertanya.
3 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba.
4 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati.
5 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.
6 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar
(proses berfikir yang logis dan sistematis).
7 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran
1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber
belajar pembelajaran.
2 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
pembelajaran.
3 Menghasilkan pesan yang menarik.
4 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber
belajar pembelajaran.
5 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
pembelajaran.
Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran
1 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui
interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.
2 Merespon positif partisipasi peserta didik.
3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.
4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
5 Menumbuhkan keceriaan atau antuisme peserta didik dalam
belajar.
Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran
1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
Kegiatan Penutup
Penutup pembelajaran
Seni Budaya – SMP | 351
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan
1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik.
2 Memberihan tes lisan atau tulisan .
3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.
4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan
kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.
Jumlah
Seni Budaya – SMP | 352
SMP Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
RUBRIK
PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan fasilitator untuk menilai kompetensi
guru dalam melaksanakan pembelajaran pada saat Peer Teaching. Selanjutnya nilai PeerTeaching
dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta.
Langkah Kegiatan
1. Berikan tanda cek (√) pada kolom pilihan YA atau TIDAK sesuai dengan penilaian Anda
terhadap penyajian guru pada saat pelaksanaan pembelajaran!
2. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan pelaksanaan pembelajaran!
3. Hitung jumlah nilai YA dan TIDAK !
4. Tentukan Nilai menggunakan rumus berikut ini!
Mata Pelajaran
= %
PERINGKAT NILAI
Amat Baik ( A) 90 ≤ A ≤ 100
Baik (B) 75 ≤ B < 90
Cukup (C) 60 ≤ C < 75
Kurang (K) K ≤ 60
R - 4.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar