BAB I
PENGERTIAN
1.
Pengertian
Karya Seni Rupa Murni
Karya
Seni Rupa Murni
Cabang seni yang
membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap dengan mata dan dirasakan
dengan rabaan disebut Seni Rupa.
Karya seni rupa murni
merupakan jenis karya seni rupa yang dibuat dengan tujuan memenuhi kebutuhan
estetik atau nilai-nilai keindahan semata, terlepas dari fungsi praktis.
Seni rupa murni
mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi.
Karya semacam ini dibuat untuk kepentingan mengekspresikan emosi atau perasaan
penciptanya
Penciptaan
karya seni rupa murni ditujukan untuk kepentingan kebutuhan emosi atau rohani
dan estetis atau keindahan. Karya seni rupa murni meliputi lima bidang, yaitu
seni lukis, patung, grafis, instalasi, dan keramik.
Ragam
Seni Rupa Murni Nusantara dan Mancanegara
Seni Rupa Murni
Nusantara adalah gagasan manusia yang berisi nilai-nilai budaya Nusantara yang
diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titk, garis, bidang,
bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip tertentu
sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.
Seni Rupa Mancanegara
adalah seni rupa yang berisi nilai-nilai budaya mancanegara, tempat perupa
berasal.
Macam-Macam Seni Murni
1.Seni
Lukis
Seni
lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa murni yang berdimensi dua. Seni
lukis adalah seni yang mengekspresikan pengalaman artistik seorang seniman
melalui bidang dua dimensi. Para seniman seni lukis memanfaatkan unsur bidang, warna,
tekstur, bentuk, nada, kompoposisi, dan ritma serta ungkapan ide, gagasan,
tema, isi, dan perasaan untuk membuat karya seni. Melukis adalah kegiatan
membubuhkan cat (kental maupun cair) di atas bidang yang datar. Medium lukisan
bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas,kertas, papan, dan bahkan film di dalam
fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa
bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang
digunakan.Dari pembubuhan cat. Nilai-nilai yang melekat pada lukisan
dipengaruhi oleh budaya yang dimiliki pelukisnya. Seni lukis Indonesia yang
berkembang, pada gilirannya nanti ikut mempertegas jati diri seni budaya
Nusantara. Sedangkan seni lukis mancanegara menjadi pembanding seni budaya Nusantara.
berdasarkan media,
bahan, dan tekniknya, seni lukis dapat dibedakan menjadi :
a.
Lukisan
Cat Minyak (Oil Painting)
Lukisan
cat minyak (oil painting) adalah lukisan yang menggunakan cat berupa tepung
atau pasta yang dilarutkan atau dicampur dengan minyak (lijin oil). Media yang
digunakan untuk melukis adalah kanvas, triplek, atau kertas. Alat yang
digunakan untuk melukis adalah kuas atau pisau palet.
b.
Lukisan
Cat Air (Water Colour)
Lukisan cat air
adalah lukisan yang menggunakan media cat air yang memiliki sifat transparan
(tembus pandang). Biasanya lukisan cat air disebut juga lukisan aquarel karena
dilarutkan dengan air. Media untuk membuat lukisan dengan cat air umumnya
kertas putih atau kertas khusus cat air. Teknik ini lebih menggunakan cat air
sebagai salah satu bahan dasarnya, selain cat pewarna. Pada saat
menggunakan teknik aquarel ini, zat pewarna dicampurkan dengan air pada satu
tempat khusus yang dinamakan palette.
Pada
saat mencampurkan pewarna ini, pewarna berbentuk pasta ditaruh di lubang palette
dan diberi air sesuai kebutuhan. Penguasaan pengertian dan pemahaman tentang
warna sangat penting agar tidak salah dalam mencampur warna. Jika ingin
mendapatkan warna gelap, maka air yang dicampurkan sedikit saja. Tetapi jika
ingin warna yang cerah atau transparan, maka mengunakan banyak air.
Begitu seterusnya dalam penggunaan air sebagai teknik melukisnya. Latihan dan
ingatan yang bagus akan membantu menemukan warna yang diinginkan.
c.
Lukisan
Pastel (Oil Pastel)
Lukisan
pastel adalah lukisan yang menggunakan butiran pigmen warna yang telah
dipadatkan seperti batangan kapur. Cara melukisnya adalah dengan menggoreskan
batangan ke atas permukaan kertas bertekstur atau kanvas. Lukisan ini
menghasilkan jejak-jejak tekstur yang tidak rata.
d.
Lukisan
Arang (Conte)
Arang
atau conte dapat menghasilkan lukisan yang berkesan gelap terang. Lukisan arang
tidak hanya berwarna hitam saja, dewasa ini banyak dipakai warna-warna yang
lain seperti merah bata, biru, coklat, krem, dan hijau. Conte biasanya
berbentuk serbuk tapi ada juga yang berbentuk batangan seperti pensil. Cara
penggunaannya digosok, menggunakan kapas atau kuas.
e.
Lukisan
Al-Fresco
lukisan
Al-Fresco termasuk jenis lukisan dinding (mural). Al-Fresco sendiri mengandung
arti fresh atau segar. Teknik melukisnya dikerjakan dengan teknik tempera yang
dibuat pada saat tembok masih dalam keadaan basah, kemudian dilapisi dengan
“lepa” sehingga cat nya mudah meresap dan tahan lama.
f.
lukisan
Al Secco
media
yang digunakan untuk lukisan al secco sama dengan lukisan al fresco, namun
lukisan al secco dilukis setelah tembokmya telah kering. contohnya lukisan
Leonardo Da Vinci berjudul The Last Super menghiasi gereja Santa Maria Delle
Grazie di Miland (Italia).
g.
Lukisan
Tempera
lukisa
tempera adalah lukisan yang dibuat di tembok (mural). setelah tembok kering,
catnya diaduk dengan bahan perekat, bahkan ada kalanya cat air dicampur dengan
putih telur sehingga hasilmya seperti cat minyak lukisan tersebut disebut
Gouace.
lukisan
tempera banyak ditemukan di daerah Eropa. lukisan ini menjadi hiasan dinding
gereja dan istana. puncak kemegahan lukisan ini adalah pada zaman Renaisanse.
Ada juga lukisan tempera yang dilukiskan pada papan yang melukiskan tokoh-yokoh
suci Kristen yang dipake sebagai penolak bala dan jimat atau disebut lukisan
Icon dan banyak ditemukan di Rusia.
h.
Lukisn
Azalejo
Lukisan
Azalejo adalah lukisan yang dikerjakan dengan cara menempel potongan dari suatu
bentuk tertentu sesuai dengan pola gambar. Teknik ini dahulu banyak dipakai
dalam kesenian Islam.
i.
Lukisan
Mozaik
Lukisan
mozaik adalah lukisan yang menggunakan teknik menempelkan pecahan kaca
porselen, butir mineral, batu berwarna, atau biji-bijian yang disusun sesuai
pola gambar. Biasanya dilukiskan pada dinding bangunan, lantai dan
langit-langit. Teknik lukisan ini banyak ditemukan di Tiongkok, Mesir Kuno,
Yunani, Romawi, India, juga dikembangkan di Indonesia.
j.
Lukisan
Intersia
Lukisan
intarsia tekniknya sama dengan mozaik, hanya bahan yang ditempelkan berupa kayu
tipis atau kulit kayu pada papan yang diberi warna-warni. Lukisan ini banyak
ditemukan di Jepang, Tiongkok dan Swiss.
k.
Lukisan
Kolase (Collage)
Lukisan
kolase adalah lukisan yang menggunakan teknik temple, patri, las, ikat, renda,
jahit, dan jalin. Tema dan corak yang digunakan untuk membuat lukisan ini
bervariasi. Media yang digunakan bisa barang bekas, seperti onderdil, mesin,
limbah papan, kulit kayu, kerang, kain perca, bulu binatang dan serat.
l.
Lukisan
Kaca (Glass Painting)
Lukisan
kaca adalah lukisan yang dibuat dengan menempelkan bagian kaca yang satu dengan
kaca yang lain dengan bantuan timah. Kaca-kaca tersebut dibentuk dan
ditempelkan sesuai dengan pola tertentu dengan warna-warna yang beragam.
Lukisan kaca berkembang pada zaman Gothic di Erpoa dan digunakan untuk
menghiasi gereja-gereja katolik. Lukisan kaca dapat juga dibuat dengan cara dilukis
dengan menggunakan cat minyak. Caranya adalah melukis terbalik sehingga
hasilnya berada dibelakang kaca. Di Indonesia lukisan ini berkembang pesat di
daerah Trusmi Cirebon (Jawa Barat).
m.
Lukisan
Batik (Batik Painting)
Lukisan
batik dibuat dengan cara hampir sama batik pada kain. Perbedaannya, terletak
pada bahan dan alat yang digunakan. Jika membuat batik pada kain diperlukan
kain, lilin cair, dan canting, sedangkan membuat lukisan batik diperlukan kain
dan cat berupa napthol dan indigoso. Hasil lukisan batik itu lebih ekspresif
dibandingkan dengan batik yang dibuat menggunakan canting. Beberapa seniman
yang menonjol dalam teknik ini diantaranya Amri Yahya, Abbas Ali Basyah,
Bambang Utoro, Bagong Kussudiarjo, dan Kuswaji Kawendro.
n.
Teknik
Plakat
Teknik
ini menggunakan cat minyak, cat poster, atau cat aclirik. Dan, pada
saat menggunakannya, dilakukan dengan goresan yang tebal, sehingga
menghasilkan warna pekat dan padat.
o.
Teknik
Semprot. Teknik yang menggunakan bahan cat cair yang disemprotkan dengan
sprayer ini sangat disenangi anak muda. Dalam prosesnya, pelukis menggunakan
kompresor sebagai penekan udara semprotnya. Tentunya dalam hal ini sang pelukis
melakukan secara hati-hati untuk setiap poin yang akan dilukis.
Penerapan teknik dengan semprot ini misalnya membuat reklame dan lain lain.
p.
Teknik
pointilis. Teknik ini mempergunakan poin-poin atau titik-titik sebagai
unsur pembentuk lukisan. Poin-poin atau titik-titik ini terutama digunakan pada
saat membuat obyek lukis yang gelap dan terang.
Macam-macam teknik
melukis berdasarkan cat nya:
·
TEKNIK
BASAH
Merupakan
teknik lukis dengan cara mengencerkan cat minyak terlebih dahulu dengan
menggunakan minyak cat, baru kemudian dipoleskan diatas permukaan kanvas. Dalam
teknik ini menggunakan jenis kuas yang panjang bulunya. Teknik basah ini
biasanya digunakan untuk melukis secara rata (flat) atau tanpa kesan volume.
Kelebihan dari teknik ini adalah: akan cepat memblok warna, lukisan
terlihat bersih dan cemerlang, hanya membutuhkna cat minyak yang relatif
sedikit, serta cat minyak yang menempel di palet masih tetap bisa dipergunakan.
·
TEKNIK
KERING
Melukis
dengan menggunakan teknik kering berarti melukis tanpa menggunakan minyak cat
(linseed oil). Teknik ini menggunakan kuas dalam keadaan kering dan tidak
berminyak. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan cat yang baru dikeluarkan
dari dalam tube. Teknik kering ini cocok untuk melukis dengan kesan volume dan
keruangan, seperti realisme, naturalisme, dan surelisme. Adapun kelebihan dari
teknik kering ini adalah: mudah membentuk objek dan kesan keruangan, mudah
mengontrol proses pendetailan, lebih mudah menghapus warna dengan cara menumpuk
dengan warna lain, selama melukis pandangan tidak akna terganggu dengan faktor
cat yang mengkilat, serta cat akan lebih cepat kering.
·
TEKNIK
CAMPURAN
Banyak
orang yang menyebut teknik campuran sebagai teknik akademis. Teknik ini
merupakan kombinasi antara teknik kering dan teknik basah. Bisa dibilang teknik
ini merupakan penyempurna dari kedua teknik sebelumnya. Teknik ini dilakukan
dengan teknik kering dahulu (memblok warna sambil menambah intensitas minyak
cat secara perlahan hingga menjelang finishing lukisan.
Sejarah
Umum Seni Lukis
·
Zaman
prasejarah
Secara historis,
seni lukis sangat terkait dengan gambar.
Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang
lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada
dinding-dinding gua
untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau
gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur,
atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan
orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di
dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan
atau batu
mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni
di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini
memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat
daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung
dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan
kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding,
lantai, kertas,
atau kanvas.
Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam
karya-karya purbakala adalah manusia, binatang,
dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai,
dan laut.
Bentuk
dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan
itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya,
gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi
tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk
asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap
tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra
mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya
masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang
tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak
menghabiskan waktu
untuk menggambar daripada mencari makanan.
Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan
rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk
dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan
dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin
ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan
pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan
seni.
·
Seni lukis
zaman klasik
Seni lukis zaman klasik
kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
§
Mistisme (sebagai akibat belum
berkembangnya agama)
Di zaman ini lukisan dimaksudkan
untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai
akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis
mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.
·
Seni lukis
zaman pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya
pengaruh agama
di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang
bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan.
Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini
lebih berupa simbolisme,
bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa
dikategorikan "bagus".
Lukisan pada masa ini digunakan
untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang
melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme
(pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).
·
Seni lukis
zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze.
Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuwan
dan budayawan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium
menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga
deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap
ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak
sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.
Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik.
Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk
merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh
seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.
Tokoh yang banyak dikenal dari
masa ini adalah:
§
Tomassi
§
Raphael
·
Art
nouveau
Revolusi Industri di Inggris
telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan
sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian
tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai
karena telah digantikan kehalusan buatan mesin.
Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai
oleh produksi massal (atau jika bisa, biaya pembuatannya akan menjadi sangat
mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva
halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan
di alam.
Sejarah
Seni Lukis di Indonesia
Seni
lukis modern Indonesia dimulai dengan
masuknya penjajahan Belanda
di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa
Barat pada zaman itu ke aliran romantisme
membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.
Raden
Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup
beruntung bisa mempelajari melukis
gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian
melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang
pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera
Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman
renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.
Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari
tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek
yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang
mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi
musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis
seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia
cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan
Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme
membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka
dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan
tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan
seni lukis Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa
masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan
seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah
diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau
seni kontemporer,
dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan
“Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni
sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi”
sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan
berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi
terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.
2.Seni
Patung
Seni
patung merupakan cabang dari seni rupa murni yang berdimensi tiga. Membuat
patung berarti membuat benda tiga dimensi dengan bahan, alat, dan teknik
tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna.
Dimasa
lalu patung dijadikan sebagai berhala, simbol Tuhan atau Dewa yang disembah.
Tapi seiring dengan makin rasionalnya cara berfikir manusia, maka patung tidak
lagi dijadikan berhala melainkan hanya sebagai karya seni belaka. Fenomena
pemberhalaan patung ini terjadi pada agama-agama atau kepercayaan-kepercayaan
yang politeisme seperti terjadi di Arab sebelum munculnya agama samawi. Lihat
juga arca. Mungkin juga dalam Hindu kuno di India dan Nusantara, dalam agama
Buddha di Asia, Konghucu, kepercayaan bangsa Mesir kuno dan bangsa Yunani kuno.
Bahan seni patung
dapat di bedakan menjadi tiga yaitu :
a.
Bahan
lunak
Yang
dimaksud bahan lunak adalah material yang empuk dan mudah dibentuk misalnya :
tanah liat, lilin, sabun. Tanah liat yang baik harus bersih dari kerikil, akar,
rumput, dll.
b.
bahan
sedang
Artinya
bahan itu tidak lunak dan tidak keras. Contohnya : kayu waru,kayusengan, kayu
randu,dan kayu mahoni.
c.
Bahan
keras
Bahan
keras dapat berupa kayu atau batu-batuan. Contohnya : kayu jati, kayu
sonokeling dan kayu ulin.
Alat-alat yang
digunakan dalam mematung terdiri dari :
a.
butsir
adalah alat Bantu untuk membuat patung terbuat dari kayu dan kawat.
b.
Meja
putar adalah meja untuk membuat patung dan dapat di gerakan denagan cara
diputar,fungsinya untuk memudahkan dalam mengontrol bentuk dari berbagai arah.
c.
Pahat
d.
Palu
kayu
e.
Cetakan
berfungsi untuk mengencangkan ikatan kawat dan memotong ikatankawat.
f.
Sendok
adokan berfungsi untuk mengambil adonan dan menempelkanya padakerangka patung
Teknik-teknik
mematung :
1)
Teknik
pahat atau ukir
yaitu
teknik membuat patung dengan bermedia bahan benda keras seperti
kayu,batu,es batu balok,perak.
Pada
cara ini dibutuhkan alat perangkat keras seperti gergaji,pahat,palu ,dan
lainnya.
2)
Teknik
butsir
Teknik
butsir adalah teknik membuat patung dengan menggunakan bahan lunak (tanah liat,
bubur kertas, malam butsir, dll). Bahan tersebut bersifat plastis (mudah
dibentuk sesuai keinginan).
Untuk
membuat patung dengan Teknik butsir, membutuhkan alat – alat sebagai berikut :
sudip ,pisau, tali pemotong, rol penggilas serta alat pendukung lainnya.
3)
Teknik
mengecor
Teknik
mengecor atau mencetak adalah teknik yang dipakai jika media yang digunakan
bersifat cairan. Sebelum mengecor seorang pematung harus membuat cetakan
terlebih dahulu. Untuk mendapat cetakan, pematung harus membuat model patung
jadi atau model positif, setelah itu pematung membuat cetakan negatif. Bahan
yang digunakan untuk membuat patung berbeda dengan bahan untuk membuat
cetakannya. Contohnya, jika bahan yang digunakan untuk membuat patung adalah
logam, maka bahan untuk membuat cetakannya adalah gips atau tanah liat.
Hal
yang perlu diperhatikan dalam membuat cetakan adalah bagian yang satu dengan
bagian yang lain diusahakan tidak terkunci. Ada dua jenis cetakan teknik
mengecor patung dengan menggunakan cetakan, yaitu bivalvedan a cire perdue. Bivalve
adalah teknik mengecor dengan cetakan yang dapat dibongkar pasang. Teknik ini
dipakai untuk mendapatkan hasil dalam jumlah banyak dengan model yang sama.
Sementara teknik a cire perdue dipakai hanya untuk mendapatkan satu hasil,
biasanya cetakan terbuat dari bahan yang mudah dipecahkan seperti dari tanah
liat.
4)
Teknik
Modeling
Teknik
modeling adalah teknik membuat suatu bentuk dengan cara memijit, meremas, dan
membentuk sesuai bentuk yang diinginkan. Bahan yang dipergunakan dalam
pembuatan teknik ini adalah bahan yang bersifat plastis seperti tanah liat,
plastisin, lilin dan bubur kertas.
5)
Teknik
konstruktif (Menempel)
Teknik menempel
adalah teknik membuat patung dengan cara menempelkan bagian yang satu dengan
bagian yang lain sedikit demi sedikit sehingga menjadi sebuah karya patung.
Bahan yang dipergunakan bervariasi, nisa tanah liat, lilin, logam dan bubur
kertas.
Bentuk dan Wujud Seni
Patung
·
Bagian
kop merupakan pembuatan patung yang hanya menggambarkan bagian kepala.
·
Bagian
duste merupakan pembuatan patung yang menggambarkan bagian dada atau bentuk
dada dan kepala
·
Bagian
torso merupakan pembuatan patung yang menggambarkan bagian badan.
Berdasarkan
pembutanya seni patung ada 6 macam yaitu :
1)
Patung
religi, selain dapat dinikmati keindahannya tujuan utama dari pembuatanpatung
ini adalah sebagai sarana beribadah, bermakna relijius.
2)
Patung monument, keindahan dan bentuk petung
yang dibuat sebagai peringatanperistiwa bersejarah atau jasa seorang pahlawan.
3)
Patung
arsitektur, keindahan patung dapat dinikmati dari tujuan utama patungyang ikut
aktif berfungsi dalam kontruksi bangunan.
4)
Patung dekorasi, untuk menghias bangunan atau
lingkungan taman.
5)
Patung
seni, patung seni untuk di nikmati keindahan bentuknya.
6)
Patung
kerajinan, hasil dari para pengrajin. Keindahan patung yang dibuat selainuntuk
dinikmati juga sengaja untuk dijual.
Unsur-unsur Seni
Patung
Seni
patung Menurut G. Shidarta (1987) Patung adalah Bentuk yang mempunyai tri matra
atau bentuk yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Patung memiliki
unsur-unsur yang membentuk keseluruhan. Seorang pematung akan selalu berhadapan
dengan unsur-unsur tersebut pada saat mematung. Dan dalam proses bekerja
mencoba untuk menyatukan unsur-unsur itu dalam suatu susunan hingga dapat
tampil sebagai suatu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur dalam seni patung adalah
sebagai berikut:
1. Garis dan Bidang
2. Volume dan Ruang
3. Bidang permukaan dan Barik
(Tekstur)
4. Bentuk
5. Warna
Dasar-dasar
Pembuatan Patung
Perlakuan
terhadap unsur-unsur patung dalam proses tersebut disebut sebagai dasar-dasar
mematung. Dasar-dasar pembuatan patung diantaranya:
1.
Membentuk
dan membangun
2.
Perbandingan
(Proporsi), Keserasian (Harmoni) dan Kesatuan (Unity)
3. Keseimbangan (Balance), Dominasi
dan Irama (Rhythem).
Gaya
Seni Rupa Murni Nusantara dan Mancanegara
Gaya atau corak atau
aliran dalam seni rupa beraneka ragam. Secara garis besar, gaya karya seni rupa
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : tradisional, modern, dan postmodern.
a.
Tradisional
Seperti halnya karya
seni rupa Nusantara, perupa seni rupa mancanegara juga memiliki gaya
tradisional. Gaya ini juga terbagi menjadi dua, yaitu primitif dan klasik.
b.
Modern
Gaya seni rupa modern
adalah corak karya seni rupa yang sudah mengalami kemajuan, perubahan, dan
pembaharuan. Secara umum, modernisasi gaya seni rupa dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu: gaya representatif,depormatif, dan nonrepresentatif.
a)
Representatif
Kata
representatif berasal dari representasi yang mengandung pengertian
sesungguhnya, nyata, atau sesuai dengan keadaan. Perwujudan gaya seni rupa ini
menggambarkan keadaan yang nyata pada kehidupan masyarakat atau keadaan alam.
Gaya seni rupa yang tergolong representatif, antara lain : romantis, naturalis,
dan realis.
a)
Romantisme
Istilah
romantisme berasal dari roman yang berarti cerita dan isme yang berarti
aliran/gaya. Romantisme adalah gaya/aliran seni rupa yang menggambarkannya
mengandung cerita kehidupan manusia atau binatang. Perupa mancanegara yang
mempelopori gaya ini, antara lain : Fransisco Goya (Spanyol), Turner (Inggris),
dan Rubens (Belanda). Perupa Nusantara yang mengambil gaya itu adalah Raden
Saleh.
b)
Naturalisme
Istilah
naturalisme berasal dari kata nature atau natural yang berarti alam dan isme
yang berarti aliar/gaya. Naturalisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
menggambarkannya sesuai dengan keadaan alam atau alami. Pelukis gaya ini pada
umumnya mengambil pemandangan alam sebagai objeknya. Perupa mancanegara yang
mengambil gaya ini antara lain Rubens, Claude, Gainsborough, Constable, dan
Turner. Perupa Nusantara yang mengambil gaya ini antara lain Abdullah
Suryosubroto, Wakidi, Mas Pringadi, dan Basuki Abdullah.
c)
Realisme
Istilah
realisme berasal dari kata real yang berarti nyata dan isme yang berarti
gaya/aliran. Realisme adalah gaya/alaran seni rupa yang menggambarkannya sesuai
dengan kenyataan hidup. Perupa nusantara yang mengambil gaya ini antara lain
Trubus, Tarmizi, Wardoyo, dan Dullah. Seedangkan perupa mancanegara yang
mengambil gaya ini adalah Remandt van Rijn (Belanda).
b)
Deformatif
Istilah
deformatif berasal dari deformasi yang berarti perubahan bentuk. Bentuk alam
diubah sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk baru, namun masi menyerupai
bentuk aslinya. Gaya seni rupa yang tergolong deformatif, antara lain :
Surrealisme, impresionisme, ekspresionisme, dan kubisme.
a)
Surealisme
Istilah
surrealisme berasal dari kata sur yang berarti melebih-lebihkan, kata real yang
berarti nyata, dan ismeberarti gaya/aliaran. Surrealisme adalah gaya/aliran
seni rupa yang menggambarkannya melebih-lebihkan kenyataan, bahkan ada yang
menyebutnya otomatisme psikis yang murni atau mimpi. Perupa mancanegara yang
mempelopori gaya ini adalah Salvador Dali.
b)
Impressionisme
Impressionisme
berasal dari kata impression yang berarti kesan sesaat dan isme yang berarti
gaya/aliran. Impressionalisme adalah gaya/aliran seni rupa yang penggambarannya
sesuai dengan kesan saat objek tersebut dilukis. Gaya ini dipelopori oleh
perupa mancanegara seperti Claude Monet, Paul Cezanne, Georges Seurat, dan Paul
Gauguin. Perupa nusantara yang mengambil gaya ini, antara lain S. Sudjojno.
c)
Ekspressionisme
Ekspressionisme
berasal dari kata expression yang berarti ungkapan jiwa yang spontan dan isme
yang berartigaya/aliran. Ekspressionisme adalah gaya/aliran seni rupa yang
penggambarannya sesuai dengan keadaan jiwa perupa yang spontan pada saat
melihat objek. Gaya seni rupa ini diplopori oleh pelukis Belanda bernama
Vincent van Gogh. Perupa Nusantara yang mengambil gaya ini adalah Affandi.
d)
Kubisme
Kubisme
berasal dari kata kubus yang berarti bidang atau bentuk persegi empat dan isme
yang berartigaya/alrian. Kubisme adalah aliran/gaya seni rupa yang
penggambarannya berupa bidang persegi empat atau bentuk dasarnya kubus. Gaya
seni rupa ini dipelopori oleh pelukis Spanyol yang bernama Pablo Picasso.
Perupa Nusantara yang mengikuti gaya ini adalah But Muchtar, Mochtar Apin,
Srihadi, dan Fajar Sidik.
e)
Nonrepresentatif
(Abstraksionalisme)
Kata
Nonrepresentatif atau abstrak mengandung pengertian suatu bentuk yang sukar
dikenali. Suatu gaya yang lebih sederhana bahkan bentuknya sama sekali
meninggalkan bentuk alam. Karya seni rupa abstrak berupa susunan garis, bentuk,
dan warna yang terbebas dari bentuk alam. Gaya seni rupa yang berbentuk abstrak
ini ada yang abstrak ekspresionis dan abstrak murni. Gaya ini dipelopori oleh
perupa mancanegara, antara lain : Paul Klee, Piet Mondrian, Wassily Kandinsky,
dan Jackson Pollock. Perupa Nusantara yang mengikuti gaya ini adalah Amry
Yahya, Fajar Sidik, But Muchtar, dan Srihadi.
f)
Postmodern
Postmodern atau disingkat “Posmo”
adalah gaya seni rupa pasca atau sesudah modern. Sejalan dengan perkembangan
budaya masyarakat dunia, seni rupa pun ikut mengalami perkembangan gaya. Jika
seni rupa tradisional memiliki ciri perpaduan antara penyederhanaan bentuk dan
sedikit ornamental. Gaya “posmo” lebih bebas dan cenderung tidak memiliki
aturan tertentu. Eksplorasi unsur rupa banyak dilakukan untuk gaya ini. Kritik
sosial dan kemasyarakatan merupakan tema yang cukup dominan untuk karya-karya
posmo.
g)
Aliran Klasikisme
Aliran
Klasikisme yaitu ciri lukisan yang penggambaran bentuknya dibuat sedemikian
rupa (dengan penggayaan) sehingga terkesan indah dan elok. Tokoh aliran ini
ialah Kartono Yudhokusumo dan Amri Yahy
h)
Aliran Pointilisme
`
Aliran Pointilisme, yaitu ciri
lukisan yang dibentuk dari kumpulan titik warna, dan jika dilihat dari jarak
tertentu membentuk lukisan yang realistik, ekspresif, dan artistik. Pelukis
aliran ini ialah Rijaman dan Keo Budi Harijanto.
i)
Aliran Pop Art
Seni Pop atau Pop Art mula-mula
berkemang di Amerika pada tahun 1956. nama aslinya adalah Popular Images. Seni
ini muncul karena kejenuhan dengan seni tanpa obyek dan mengingatkan kita akan
keadaaan sekeliling yang telah lama kita lupakan. Dalam mengambil obyek tidak
memilih-milih, apa yang mereka jumpai dijadikan obyek.
Bahkan bisa saja mereka mengambil sepasang sandal disandarkan diatas rongsokan meja kemudian diatur sedemikian rupa dan akhirnya dipamerkan.
Kesan umum dari karya-karya Pop art menampilkan suasana sindiran, karikaturis, humor dan apa adanya.
Di Indonesia yang menganut aliran ini adalah seniman-seniman yang memproklamirkan diri :Kaum Seni Rupa Baru Indonesia”.
Bahkan bisa saja mereka mengambil sepasang sandal disandarkan diatas rongsokan meja kemudian diatur sedemikian rupa dan akhirnya dipamerkan.
Kesan umum dari karya-karya Pop art menampilkan suasana sindiran, karikaturis, humor dan apa adanya.
Di Indonesia yang menganut aliran ini adalah seniman-seniman yang memproklamirkan diri :Kaum Seni Rupa Baru Indonesia”.
j)
Aliran Optical Art
Aliran Senirupa Optical Art disebut
juga Retinal Art yaitu corak seni lukis yang penggambarannya merupakan susunan
geometris dengan pengulangan yang teratur rapi, bisa seperti papan catur. Karya
ini menarik perhatian karena warnanya yang cemerlang dan seakan mengecohkan
mata dengan ilusi ruang. Tokoh corak ini salah satunya adalah AT Sitompul.
k)
Aliran Trick Art
Aliran Trick Art merupakan seni
lukis dua dimensi dengan menggunakan ilusi visual sehingga terlihat seperti
nyata (tiga dimensi). Lukisan sejenis ini pertama dibuat pada 1984 oleh seniman
Jepang, Kazumune Kenju dengan lukisan mural dinding. Lukisan itu akhirnya dapat
dinikmati masyarakat luas dan pada 1991 di Museum Trick Art yang berdiri untuk
pertama kalinya di dunia.
Pameran Trick Art sendiri di Indonesia pernah diselenggarakan di Grand Indonesia, West Mall Lantai 5, yang berlangsung dari 2 Desember 2012 hingga 3 Februari 2013 baru baru ini.
Pameran Trick Art sendiri di Indonesia pernah diselenggarakan di Grand Indonesia, West Mall Lantai 5, yang berlangsung dari 2 Desember 2012 hingga 3 Februari 2013 baru baru ini.
2.
Pengertian
Aliran Romantisme
Romantisme adalah
aliran dalam karya sastra yang mengutamakan perasaan. Romantisme ini timbul
sebagai reaksi terhadap rasionalisme yang menganggap segala rahasia alam bisa
diselidiki dan diterangkan oleh akal manusia. Romantisme dianggap sebagai
aliran yang lebih mementingkan penggunaan bahasa yang indah, mengawang ke alam
mimpi. Pengalaman romantisme adalah pengalaman yang hanya terjadi dalam
angan-angan, seperti lamunan muda-mudi dengan kekasihnya. Aliran romantisme ini
menekankan kepada ungkapan perasaan sebagai dasar perwujudan pemikiran
pengarang sehingga pembaca tersentuh emosinya setelah membaca ungkapan
perasaannya. Untuk mewujudkan pemikirannya, pengarang menggunakan bentuk
pengungkapan yang seindah-indahnya dan sesempurna-sempurnanya. Aliran romantisme biasanya dikaitkan dengan masalah cinta karena masalah cinta memang membangkitkan emosi. Tetapi anggapan demikian tidaklah selamanya benar.
perasaannya. Untuk mewujudkan pemikirannya, pengarang menggunakan bentuk
pengungkapan yang seindah-indahnya dan sesempurna-sempurnanya. Aliran romantisme biasanya dikaitkan dengan masalah cinta karena masalah cinta memang membangkitkan emosi. Tetapi anggapan demikian tidaklah selamanya benar.
Aliran romantic
mengutamakan rasa, sebagai lawan aliran realisme. Pengarang romantis mengawang
kealam khayal, lukisannya indah membawa pembaca kealam mimpi. Yang
dilukiskannya mungkin saja terjadi, tetapi semua dilukiskan dengan mengutamakan
keharuan rasa para pembaca. Bila seseorang berada dalam keadaan gembira, maka
suasana sekitarnya harus pula memperlihatkan suasana yang serba gembira, hidup,
berseri-seri. Demikian juga sebaliknya. Kata-katanya pilihan dengan
perbandingan-perbandingan yang muluk-muluk. Aliran romantic terbagi pula atas
aktif romantic dan pasif romantic. Dinamakan aktif romantic apabila lukisannya
menimbulkan semangat untuk berjuang, mendorong keinginan untk maju. Dinamakan
pasif romantic, apabila lukisannya berkhayal-khayal, bersedih-sedih, melemahkan
semangat perjuangan.
Intinya, romantisme
adalah sebuah aliran seni yang menempatkan perasaan manusia sebagai unsur yang
paling dominan. Dan karena cinta adalah bagian dari perasaan yang paling
menarik, maka lambat laun istilah ini mengalami penyempitan makna. Sastra
romantis pun diartikan sebagai genre sastra yang berisi kisah-kisah asmara yang
indah dan penuh oleh kata-kata yang memabukkan perasaan,
sejarah romantisme,
yakni sebuah gerakan di dunia seni yang berawal pada abad ke-19. Gerakan ini
memfokuskan diri pada hal-hal yang berhubungan dengan emosi (perasaan) dan
kebebasan berimajinasi. Di Eropa, gerakan ini dipelopori oleh sejumlah seniman,
seperti William Blake, Lord Byron, Samuel Taylor Coleridge, John Keats, Percy
Bysshe Shelley, dan William Wordsworth.
Romantisme
merupakan corak dalam seni rupa yang berusaha menampilkan unsur fantasi,
irasional, indah dan absurd. Aliran ini mencoba menggambarkan sesuatu dari
sudut pandang yang romantis sekalipun temanya adalah suatu tragedi yang
dramatis. Cara pelukis menggambarkan objeknya bisa jadi sedikit menyimpang dari
kenyataan. Jika itu menggambarkan objek atau orang yang sedang bergerak, maka
ia di gambar lebih lincah, lebih gagah. Tokoh pria di gambarkan lebih gagah dan
tokoh wanita di gambarkan lebih seksi dan cantik. Bermula dari aliran inilah
kemungkinan besar para model yang akan di tampilkan dalam bentuk foto maupun
visual yang lain di zaman sekarang memerlukan bantuan seorang pengarah gaya.
Lukisan-lukisan romantik cenderung
menampilkan :
Hal yang berurusan dengan perasaan seseorang (sangat ditentang dalam aliran Neo- Klasik)
Eksotik, kerinduan pada masa lalu
Digunakan untuk perasaan dari penontonnya
Kecantikan dan ketampanan selalu dilukiskan
Ciri-ciri aliran Romantis sebagai berikut :
a.Lukisan mengandung cerita yang dahsyat dan emosional.
b.Penuh gerak dan dinamis.
c.Warna bersifat kontras dan meriah.
d.Pengaturan komposisi dinamis.
e.Mengandung kegetiran dan menyentuh perasaan.
f.Kedahsyatan melebihi kenyataan.
Tokoh-tokhnya antara lain :
a.Eugene Delacroix
b.Theodore Gericault
c.Jean Baptiste
d.Jean Francois Millet
Tokoh yang betul-betul pemberontak dan pertama kali menancapkan panji-panji romantisme adalah Teodore Gericault (1791-1824) dengan karyanya yang berjudul “RAKIT MENDUSA”. Romantisme berasal dari bahasa Perancis “Roman” (cerita), sehingga aliran ini selalu melukiskan sebuah cerita tentang perbuatan besar atau tragedy yang dahsyat.
Hal yang berurusan dengan perasaan seseorang (sangat ditentang dalam aliran Neo- Klasik)
Eksotik, kerinduan pada masa lalu
Digunakan untuk perasaan dari penontonnya
Kecantikan dan ketampanan selalu dilukiskan
Ciri-ciri aliran Romantis sebagai berikut :
a.Lukisan mengandung cerita yang dahsyat dan emosional.
b.Penuh gerak dan dinamis.
c.Warna bersifat kontras dan meriah.
d.Pengaturan komposisi dinamis.
e.Mengandung kegetiran dan menyentuh perasaan.
f.Kedahsyatan melebihi kenyataan.
Tokoh-tokhnya antara lain :
a.Eugene Delacroix
b.Theodore Gericault
c.Jean Baptiste
d.Jean Francois Millet
Tokoh yang betul-betul pemberontak dan pertama kali menancapkan panji-panji romantisme adalah Teodore Gericault (1791-1824) dengan karyanya yang berjudul “RAKIT MENDUSA”. Romantisme berasal dari bahasa Perancis “Roman” (cerita), sehingga aliran ini selalu melukiskan sebuah cerita tentang perbuatan besar atau tragedy yang dahsyat.
BAB II
SEJARAH
Romantisisme adalah sebuah gerakan
seni, sastra dan intelektual yang berasal dariEropaBarat.
Abad ke-18
pada masa Revolusi Industri. Gerakan ini sebagianmerupakan revolusi
melawan norma-norma kebangsawanan, sosial dan politik dari periodePencerahan
dan reaksi terhadap rasionalisasi terhadap alam, dalamseni dan sastra. Gerakan
ini menekankan emosi yang kuat sebagai sumber dari pengalaman estetika,
memberikan tekanan baru terhadap emosi-emosi seperti rasatakut, ngeri, dan
takjub yang dialami ketika seseorang menghadapi yang sublim dari alam. Gerakan ini mengangkat seni rakyat, alam dan kebiasaan, serta menganjurkan epistemologiyang
didasarkan pada alam, termasuk aktivitasmanusia yang dikondisikan oleh alam
dalam bentuk bahasa, kebiasaan dan tradisi.Ia dipengaruhi oleh gagasan-gagasan
Pencerahan dan mengagungkan medievalisme serta unsur-unsur seni dan narasi yang dianggap
berasal dari periode Pertengahan. Nama “romantik” sendiri berasal dari
istilah “romans” yaitunarasi heroik prosa atau puitis yang berasal dari
sastra Abad Pertengahan danRomantik.Aliran Romantik merupakan pemberontakan
terhadap aliran Neo-Klasik, dimana Jean Jacques Rousseau mengajak kembali pada
alam, sebagai manusia yang tidak hanya memiliki pikiran tetapi juga memiliki
perasaan dan emosi. Aliran ini mengambil
tema kelakuan terhormat dan besar, tragedi yg luasatau kejadian yg dinamis.
Nilai estetisnya indah, dimana terdapat buaian garis-garis diagonal, pengaturan
bidang secara dramatis yg dipandu dengan penerapan bidang yg serba
perspektif. Aliran ini merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni
lukismodern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan
kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah
objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.Romantisme dirintis
oleh pelukis- pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada
pelukis pribumiuntuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu
tokoh terkenal darialiran ini adalahRaden
Saleh.
Di Norwegia aliran romantisme
berawal dari ketika Dresden kehilangan arti
sebagai pusat keagamaan di Jerman selama tahun1830, artis-artis Norwegia
mengiktui J C Dahl, dan menemukan pusat baru diDüsseldorf. Generasi ini, yang
dinamakan ‘the Düsseldorfers’, menyajikan karya mereka kepada masyarakat Norwegia
dan karya-karya mereka dikenal dalam tradisi Norwegia sebagai Romantisme
Nasional (National Romanticism). Era ini terus dihubungkan dengan karya Adolph
Tiedeman (1814- 1876) dan Hans Gude (1825-1903), yang bersama-sama menghasilkan
lukisan yang hingga saat ini menjadi simbolke-Norwegiaan – Brudferden i
Hardanger (‘Bridal Voyage in Hardanger’). August Cappelen (1827-1852), yang
melukis pemandangan kehidupan liar di daerahTelamark, dan Lars Hertervig
(1830-1902), yang menciptakan interpretasi yang lebih pribadi terhadap
sebuah pemandangan merupakan contoh-contoh para pelukis Norwegia beraliran
Romantisme yang mengenyam pendidikan di Düsseldorf. Figur penting
lainnya dari era ini adalah Amaldus Nielsen (1838-1932), Olaf Isaachsen(1835-1893)
dan Carls Sundt-Hansen (1841-1907). Aliran Romantisme menekankan perhatian
pada petani, bahkan dalam lukisan tentang Norwegia Barat dan
pesisir pantai, menggambarkan mereka bekerja dengan menggunakan
kostum tradisional.
Sementara di Perancis aliran
romantisme berawal dari Victor Marie Hugo yang merupakan salah satu penulis
aliran romantisme pada abad ke-19 dan sering dianggap sebagai salah satu
penyair terbesar Perancis. Karya puisinya yangdianggap sangat menonjol di
antaranya adalah Les Contemplations dan La Légende dessiècles. Walaupun sangat
konservatif pada masa mudanya, ia berpindah ke aliran kiri pada masa
tuanya. Ia menjadi pendukung aliran republikanisme dan Uni Eropa. Hasilkaryanya
menggambarkan hampir semua isu politik dan sosial, serta kecenderunganartistik
pada zamannya. Hugo menduduki tempat terhormat dalam sastra Perancis
karenakarya-karyanya mendominasi hampir sepanjang abad ke-19. Tahun 1822,
terbitlahkumpulan puisinya, "Odes et Ballades" yang berhasil menarik
simpati publik. Tahun1823, novel pertamanya, "Han d`Islande", terbit
dan merupakan buku hadiah perkawinannya dengan Adele Foucher (1822). Rumah
pasangan ini menjadi tempat pertemuan kaum romantis Perancis, seperti
Charles Augustin Sainte-Beuve, Alfred deVigny, de Musset, Merimee, Nerval,
Gautier, Alexander Dumas, dan lain-lain. Dramanyayang pertama berupa epos
Cromwell (1827) dan dramanya yang tersohor adalah Hernani(1830), Le Roi
s`Asmuse (1832), Marie Tudor (1833), dan Ruy Blas (1838). Selamatujuh belas
tahun sejak penerbitan pertama karya puisinya, ia telah menerbitkan
sejumlahkumpulan esai, tiga novel, dan lima kumpulan puisi. Masing-masing
kumpulan puisinyayang penting itu adalah Les Orientales (1828), Feuilles
d`Automne (1831), Les VoixInterieures (1837), dan Les Rayons et Les Ombers
(1840).Tokoh romantisme Delacroix dinilai mempengaruhi karya-karya berikut
Raden Salehyang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme
berkembang diEropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di
Perancis (1844 -1851).
Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung
paradoks.Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan
(religiusitas) sekaligusketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang
dirintis pelukis PerancisGerricault (1791-1824) dan Delacroix ini diungkapkan dalam suasana dramatis
yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-abu, dan ketegangan
kritis antara hidupdan mati.Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan
ekspresi ini adalah bukti RadenSaleh seorang romantisis. Konon, melalui
karyanya ia menyindir nafsu manusia yangterus mengusik makhluk lain. Misalnya
dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. RadenSaleh terkesan tak hanya
menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas
di hadapannya. Kesan kuat lainnya adalah Raden Saleh percaya padaidealisme
kebebasan dan kemerdekaan, maka ia menentang penindasan. Wajar bila muncul
pendapat, meski menjadi pelukis kerajaan Belanda, ia tak sungkanmengkritik
politik represif pemerintah Hindia Belanda. Ini diwujudkannya dalam lukisan
Penangkapan Pangeran Diponegoro.Lukisan-lukisan
aliran romantisme yang dibuat oleh Raden Saleh tersebut merupakan aliran tertua
di dalam sejaran seni lukis modern Indonesia.
Namun
seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman
renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.
Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari
tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah “kerakyatan”. Objek yang
berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang
mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi
musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian
beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan
menghadapi penjajah.
BAB III
PELUKIS & KARYA LUKIS
BIOGRAFI
Nama Lahir : Saleh
Sjarif Boestaman
Tahun aktif : 1829 - 1880
Orang tua : Sayyid Hoesen Mas Adjeng Zarip
Hoesen
Masa Kecil
Raden
Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga Jawa
ningrat. Dia adalah cucu dari Sayyid
Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin
Awal bin Jahja, seorang keturunan Arab.
Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat
Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada
orang-orang Belanda
atasannya di Batavia.
Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat
(Volks-School).
Keramahannya
bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda
dan lembaga-lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang kenalannya, Prof. Caspar
Reinwardt, pendiri Kebun
Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan
untuk Jawa
dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya.
Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan Belgia,
A.A.J. Payen
yang didatangkan dari Belanda
untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van
Kolonieen di Belanda.
Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
Payen
memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda,
namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik,
Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami seni
lukis Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya
melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak
pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa
mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh
menggambar tipe-tipe orang Indonesia
di daerah yang disinggahi.
Terkesan
dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa
belajar ke Belanda.
Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen
yang memerintah waktu itu (1819-1826),
setelah ia melihat karya Raden Saleh.
Tahun
1829,
nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro
oleh JenderalHendrik Merkus de Kock,
Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda.
Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat
tinggi Belanda
untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda
Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang
adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa
Jawa,
dan Bahasa Melayu.
Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.
Belajar
Ke Eropa
Semasa
belajar di Belanda keterampilannya berkembang pesat. Wajar ia dianggap saingan
berat sesama pelukis muda Belanda yang sedang belajar. Para pelukis muda itu
mulai melukis bunga. Lukisan bunga yang sangat mirip aslinya itu pun
diperlihatkan ke Raden Saleh. Terbukti, beberapa kumbang serta kupu-kupu
terkecoh untuk hinggap di atasnya. Seketika keluar berbagai kalimat ejekan dan
cemooh. Merasa panas dan terhina, diam-diam Raden saleh menyingkir.
Ketakmunculannya
selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis
Indonesia itu berbuat nekad karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya dan
pintu rumahnya terkunci dari dalam. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak.
Tiba-tiba mereka saling jerit. "Mayat Raden Saleh" terkapar di lantai
berlumuran darah. Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain.
"Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar
saya bisa menipu manusia", ujarnya tersenyum. Para pelukis muda
Belanda itu pun kemudian pergi.
Itulah
salah satu pengalaman menarik Raden Saleh sebagai cermin kemampuannya. Dua
tahun pertama ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik
mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama,
ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman
dan tema pemandangan dari Andries
Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa
seni orang Belanda
saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan
pemerintah Belanda
dan keluarga kerajaan.
Raden
Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal,
malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam.
Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak
menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap
watak seni lukis Barat.
Saat
masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh
tinggal lebih lama untuk belajar "wis-, land-, meet- en werktuigkunde
(ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara
Menteri
Jajahan, Raja Willem I
(1772-1843),
dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia.
Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
Saat
pemerintahan Raja Willem II
(1792-1849)
ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri
untuk menambah ilmu, misalnya Dresden,
Jerman.
Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan
Jerman, dan diteruskan ke Weimar,
Jerman (1843).
Ia kembali ke Belanda tahun 1844.
Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
Wawasan
seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh romantismeFerdinand Victor Eugene
Delacroix (1798-1863),
pelukis Perancis
legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan
sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk
menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
Saat
di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848
di Paris,
yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis
kenamaan, Horace Vernet,
ke Aljazair
untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir
ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu
membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura
besar. Negeri lain yang ia kunjungi: Austria
dan Italia.
Pengembaraan di Eropa berakhir tahun 1851
ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.
Kembali ke Hindia
Pangeran Raden Saleh kembali ke
Indonesia pada tahun 1851 setelah hidup di Eropa selama 20 tahun dan kemudian
menikah dengan keluarga berpengaruh dari Kesultanan Yogyakarta yaitu Raden Ayu
Danudireja setelah perceraiannya terhadap istirinya yang terdahulu yaitu V.
Winkelman, seorang wanita Belanda Indo yang kaya raya. Dia meneruskan
pekerjaannya melukis, memproduksi potret aristokrat Jawa, dan banyak lagi
lukisan lansekap.
Tak
banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada
"Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret
keluarga keraton
dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan
istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Keraton
Solo.
Di
Batavia
ia tinggal di rumah di sekitar Cikini.
Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai
seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan
sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang. Kini
kebun binatang itu menjadi Taman Ismail Marzuki.
Sementara rumahnya menjadi Rumah Sakit PGI Cikini,
Jakarta.
Tahun
1875
ia berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan baru kembali ke Jawa tahun 1878.
Selanjutnya, ia menetap di Bogor
sampai wafatnya pada 23 April1880
siang hari, konon karena diracuni pembantu yang dituduh mencuri lukisannya.
Namun dokter membuktikan, ia meninggal karena trombosis atau pembekuan darah.
Tertulis
pada nisan makamnya di Bondongan,
Bogor,
"Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda".
Kalimat di nisan itulah yang sering melahirkan banyak tafsir yang memancing
perdebatan berkepanjangan tentang visi kebangsaan Raden Saleh. Selain itu, di
samping makam Raden Saleh disampingnya dimakamkan makam istri nya Raden Ayu
Danudireja.
Sejak saat itu, Pangeran Raden
Saleh menjadi Bintang Utama/Superstar seni Indonesia yang dicintai dan
dihormati. Tiga tahun setelah hari meninggalnya, karya agungnya dipertunjukkan
pada Eksibisi/Pameran Dunia di Amsterdam pada tahun 1883 disebuah paviliun spesial
yang dinamakan Paviliun Raden Saleh.
Peringatan dan Penghargaan
Tahun
1883,
untuk memperingati tiga tahun wafatnya diadakan pameran-pameran lukisannya di Amsterdam,
di antaranya yang berjudul Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di Jawa,
dan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan-lukisan itu dikirimkan
antara lain oleh Raja Willem III dan Ernst
dari Sachsen-Coburg-Gotha.
Memang
banyak orang kaya dan pejabat Belanda, Belgia, serta Jerman yang mengagumi
pelukis yang semasa di mancanegara tampil unik dengan berpakaian adat ningrat
Jawa lengkap dengan blangkon.
Di antara mereka adalah bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu Victoria,
dan sejumlah gubernur jenderal seperti Johannes van den Bosch,
Jean Chrétien Baud,
dan Herman Willem Daendels.
Tak
sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, yang kemudian selalu ia
sematkan di dada. Di antaranya, bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon
(R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ksatria
Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), Ridder van de Witte Valk (R.W.V.), dll.
Sedangkan
penghargaan dari pemerintah Indonesia
diberikan tahun 1969
lewat Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, secara anumerta
berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia.
Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di Bogor
yang dilakukan oleh Ir.
Silaban atas perintah Presiden Soekarno,
sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya
akhir tahun 1967,
PTT mengeluarkan perangko
seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang
sedang berkelahi.
Berkat
Raden Saleh, Indonesia boleh berbangga melihat karya anak bangsa menerobos
museum akbar seperti Rijkmuseum,
Amsterdam,
Belanda,
dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre,
Paris,
Perancis.
Ringkasan Data Biografi
Raden Saleh :
KARYA
LUKIS
1)
JUDUL : Badai (The Storm)
UKURAN : 97 X 74 cm
HARGA : Rp 5,5 Miliar
PELUKIS : Raden Saleh
ALIRAN : Romantisme
TAHUN : 1851
MEDIA : Lukisan cat minyak di atas kanvas
KETERANGAN LUKISAN :
Lukisan ini dibuat pada tahun 1851 dengan media cat minyak di
atas kanvas dengan ukuran 97 x 74 cm. Lukisan Raden Saleh yang berjudul “Badai”
ini merupakan ungkapan khas karya yang beraliran Romatisme. Dalam aliran ini
seniman sebenarnya ingin mengungkapkan gejolak jiwanya yang terombang-ambing
antara keinginan menghayati dan menyatakan dunia (imajinasi) ideal dan dunia
nyata yang rumit dan terpecah-pecah.
Dalam lukisan “Badai”
ini, dapat dilihat bagaimana Raden Saleh mengungkapkan perjuangan yang dramatis
dua buah kapal dalam hempasan badai dahsyat di tengah lautan. Suasana tampak
lebih menekan oleh kegelapan awan tebal dan terkaman ombak-ombak tinggi yang
menghancurkan salah satu kapal. Dari sudut atas secercah sinar matahari yang
memantul ke gulungan ombak, lebih memberikan tekanan suasana yang dramatis.
Lukisan ini telah dilelang di Balai Lelang Christie’s Singapura.
2)
JUDUL : Berburu Banteng Jawa (Stierjagd auf Java)
UKURAN : 85 X 140 cm
HARGA : Tidak dijual
PELUKIS : Raden Saleh
ALIRAN : Romantisme
TAHUN : 1842
MEDIA : lukisan cat minyak di atas kanvas
KETERANGAN LUKISAN
:
Dengan latar belakang pegununga, pasukan penunggang kuda dengan
senjata tombak siap untuk berburu binatang buas. Namun kali ini yang di buru
adalah banteng liar yang gesit. Dalam lukisan tersebut terlihat betapa
kisruhnya suasana perburuan banteng. Nampak seorang penunggang kuda telah
terjatuh dari kuda akibat ulah banteng liar.
Lukisan dengan visualisasi yang dinamis, sehingga terkesan
sangat dramatis dan penuh aksi. Ada yang jatuh, ada yang berteriak da nada yang
siap untuk menancapkan tombak ke banteng tersebut. Lukisan ini tergantung di ruang pameran mini
karya Raden Saleh koleksi Museum Sejarah Leipzig di Balai Kota Leipzig, Jerman.
3)
JUDUL : Perkelahian dengan Singa atau
Antara Hidup & Mati
UKURAN : 265 X 193 cm
HARGA : Rp 975 juta
PELUKIS : Raden Saleh
ALIRAN : Romantisme
TAHUN : 1870
MEDIA : lukisan cat minyak di atas kanvas
KETERANGAN
LUKISAN :
· Keterangan tentang judul karya:
J. de Loos-Haaxman, Verlaat Rapport Indie (‘S-Gravenhage: Mouton & Co,
Uitgevers, 1968), bagian Ilustrasi No. 64, judul lukisan itu tertulis Gevech
met leeuw (Perkelahian habis-habisan dengan Singa), tanpa tahun. Baharudin
Marasutan, Raden Saleh …, 1807-1880, p. 37, berjudul Perkelahian dengan Singa
(1870), ukuran 193 x 265 cm, berdasarkan foto arsip Rijksmuseum Amsterdam. Jim
Supangkat, Indonesia Modern Art and Beyond, (Jakarta: Yayasan Seni Rupa
Indonesia, 1997), p. 26, menyertakan data atas lukisan itu sebagai berikut:
Raden Saleh, Between Life and Death, 1870, oil on canvas, 200 x 230 cm. Jop Ave
dkk., Puri Bhakti Renatama, Museum Istana Kepresidenan Indonesia, 1978, hal 121
justru memiliki judul Pertarungan antara Hidup dan Mati (1870), sedang dalam
terjemah bahasa Inggrisnya tertulis Struggle with a Lion (1870).
·
Seekor
singa yang sangat buas menyerang seorang yang sedang menunggang kuda. Kebuasan
singa tersebut dapat dilihat dari taring, mata, kuku, serta gerakan yang sangat
agresif. Singa tersebut menangkap penunggang kuda dengan penuh kemarahan.
Penunggang kuda berusaha mati-matian untuk mempertahankan diri. Pertahanan diri
orang tersebut dapat kita lihat dengan usahanya untuk membunuh singa tersebut
dengan menembakkan pistolnya ke arah dada singa. Sementara ketakutan kuda
sangat terlihat dari matanya yang melirik kearah singa, berharap singa tersebut
segera menjauh. Dengan latar belakang alam terbuka, sangat memperjelas obyek
yang menjadi focus apresiasi.
4)
JUDUL :
Gefangennahme Diepo Negoros atau
Penangkapan Diponegoro.
UKURAN : 112 x178 cm
HARGA : Werner
Kraus seorang kurator asal Jerman yang mengaku sudah 20 tahun mempelajari
lukisan-lukisan Raden Saleh menaksir harga lukisan itu menembus USD 3 juta atau
Rp 27,9 milyar. Sedangkan menurut putra bungsu Soekarno, Guruh Soekarnoputra
dalam sebuah acara di stasiun televisi swasta harganya bisa mencapai Rp. 45
milyar.
PELUKIS : Raden Saleh
ALIRAN : Romantisme
TAHUN : 1870
MEDIA : Lukisan cat minyak di
atas kanvas
KETERANGAN
LUKISAN :
Dua tahun
setelah wafatnya sang pahlawan di Benteng Rotterdam, Makassar, 8 Januari 1855. Lukisan
itu bercerita tentang tentara Belanda yang menjemput seseorang berjubah putih
dan besorban hijau. Penduduk yang menyaksikan kejadian tersebut tampak
bersedih, mereka bersimpuh di tanah berusaha menahan sang tokoh agar tidak
dibawa penjajah. Lukisan yang dilukis oleh Raden Saleh adalah Pangeran
Diponegoro, pahlawan nasional kelahiran Jogjakarta yang ditangkap Jenderal De
Kock di Magelang, 28 Maret 1830. Lukisan itu sebelumnya menjadi koleksi Istana
Kerajaan Belanda, pada tahun 1978 dihibahkan ke pemerintah Indonesia. Karya
seni tersebut kemudian diperbaiki selama dua pekan, kemudian disimpan di Istana
Bogor sebelum disimpan sebagai koleksi Istana Kepresidenan. Lukisan bersejarah
ini telah mengalami kerusakan di beberapa bagian.
5)
JUDUL :
Kuda Arab Diterkam Singa (BedouineLoewe)
HARGA REALISASI :HK $ 454,100
( $ 58,509 )
Total penjualan adalah harga palu ditambah premi pembeli dan tidak mencerminkan biaya , biaya pendanaan atau penerapan pembeli atau penjual kredit .
memperkirakan
HK $ 320,000 - HK $ 400,000
( $ 41.230 - $ 51.538 ).
( $ 58,509 )
Total penjualan adalah harga palu ditambah premi pembeli dan tidak mencerminkan biaya , biaya pendanaan atau penerapan pembeli atau penjual kredit .
memperkirakan
HK $ 320,000 - HK $ 400,000
( $ 41.230 - $ 51.538 ).
PELUKIS :
Raden Saleh Sarief Bustaman
MEDIA : Lukisan cat minyak di atas kanvas
UKURAN : 13 X 20 inci ( 33 X 51 cm
KETERANGAN LUKISAN :
Ditandatangani dengan inisial dan
tanggal ' RS f 1844 ' ( kanan bawah ). Lukisan ini bercerita tentang pemuda
arab yang sedang berkuda dan tiba-tiba seekor singa menyerang kuda tersebut.
BIOGRAFI
Nama asli : Ferdinand Victor Eugène Delacroix
Kebangsaan : Perancis
Aliran : Romantisisme
Ferdinand
Victor Eugène Delacroix (Saint-Maurice, 26 April 1798 - Paris, 13 Agustus 1863)
adalah seorang pelukis berkebangsaan Perancis.Ayahnya adalah Menteri Luar
Negeri dan kemudian duta besar selama revolusi Prancis. Rumor mengatakan bahwa ayah
kandung Eugène adalah diplomat Talleyrand.
Delacroix adalah salah satu pelukis terpenting aliran romantisisme di Perancis, kebiasaannya menggunakan caman sikat dan studinya pada efek optis warna membentuk kerja impresionisme. Delacroix akan segera menjadi anggota paling penting dari gerakan romantis Perancis. Ia dipengaruhi oleh karya Rubens dan Veronese dan kemudian oleh Velazquez dan Goya. Pada 1825 dia menghabiskan beberapa bulan di Inggris, di mana ia terinspirasi oleh penyair Lord Byron dan lanskap Polisi pelukis.
Delacroix adalah salah satu pelukis terpenting aliran romantisisme di Perancis, kebiasaannya menggunakan caman sikat dan studinya pada efek optis warna membentuk kerja impresionisme. Delacroix akan segera menjadi anggota paling penting dari gerakan romantis Perancis. Ia dipengaruhi oleh karya Rubens dan Veronese dan kemudian oleh Velazquez dan Goya. Pada 1825 dia menghabiskan beberapa bulan di Inggris, di mana ia terinspirasi oleh penyair Lord Byron dan lanskap Polisi pelukis.
Warisan
dan kontak yang baik di kalangan yang lebih tinggi memungkinkan dia untuk
sepenuhnya fokus pada pekerjaannya sebagai seniman. Sebagian besar karyanya
adalah bersejarah, dengan mata pelajaran seperti pertempuran klasik. Setelah perjalanan
melalui Spanyol, Aljazair dan Maroko (1832) karyanya menjadi banyak perhatian
untuk exociticism dan orientalisme - mata pelajaran romantis khas. Selain
melukis ia juga sebagai penulis dengan publikasi beberapa buku , seperti
karya-karya Shakespeare, Sir Walter Scott dan Goethe.
Pendidikan
awal Eugene Delacroix adalah di Lycee Louis-le-Grand, di mana ia mendalami
dirinya dalam klasik dan memenangkan penghargaan untuk menggambar. Pada tahun
1815 ia mulai pelatihan dengan Pierre-Narcisse Guerin dalam gaya neoklasik Jacques-Louis David. Sebuah komisi gereja mula-mula
karyanya, The Virgin of Panen, (1819), menampilkan pengaruh Raphaelesque, tapi
lain komisi tersebut, The Virgin of the Sacred Heart, (1821), bukti
interpretasi bebas. Ini mendahului pengaruh gaya lebih berwarna dan kaya
pelukis Peter Paul Rubens Flemish (1577-1640), dan sesama seniman Perancis
Theodore Gericault (1791-1824), yang karya-karyanya ditandai pengenalan
Romantisme dalam seni.
Ada alasan untuk percaya bahwa
ayahnya, Charles Delacroix, adalah terhormat pada saat konsepsi Eugene dan
bahwa ayah kandungnya adalah Talleyrand, yang merupakan teman dari keluarga dan
penerus C. Delacroix sebagai menteri urusan luar negeri. Sepanjang karirnya
sebagai pelukis, ia dilindungi oleh Talleyrand, yang menjabat restorasi
berturut-turut dari Raja Louis-Philippe, dan akhirnya sebagai duta Prancis di
Inggris, dan kemudian oleh cucu Talleyrand, adipati Morny, saudara tiri
Napoleon III dan pembicara dari rumah Perancis commons.
Kawan dan pewaris spiritual Jean
Louis Théodore Géricault, Delacroix mulai melukis setelah melihat Rakit Medusa
karya Theodore Gericault . Lukisan berikutnya yang ia gambar adalah Pembantaian
Chios dan Kematian Sardanapalus. Karyanya yang paling terkenal adalah
Kemerdekaan Memimpin Rakyat, yang diilhami dari peristiwa Revolusi Juli 1830.
Sekarang karya ini bisa disaksikan di Museum Louvre. Saingan Delacroix adalah
Jean-Auguste-Dominique Ingres, protagonis neoklasik asal Perancis.
Eugène Delacroix meninggal pada
1863 dan dimakamkan di pemakaman Père Lachaise di Paris. Dia menciptakan
lukisan minyak lebih dari 850 dan lebih dari 2000 gambar dan cat air. Di antara
karya-karyanya yang banyak dengan subjek agama, menggoda untuk mempertimbangkan
ini Paris duniawi artis keagamaan terpenting di abad ke-19.
Subyek karya agamanya terutama
terkenal tema dari Perjanjian Baru: Penderitaan di taman, Kristus di kayu
salib, Lamentation / Pieta, orang Samaria yang baik, untuk beberapa nama.
Perjalanan Karir
Eugene
Delacroix banyak mendapat pengaruh dari Theodore Gericault serta inspirasi dari Rubens. Berlawanan
dengan Jean Auguste Dominique Ingres, Delacroix mengutamakan warna
dan goresan yang kuas sebagai ciri khas lukisannya yang penuh emosi. Beberapa
karya Delacroix menjunjung nilai-nilai sesuai dengan isu-isu politik pada
zamannya. Adegan seperti dalam The Masacre
at
Chios (1821-1824) mendorong simpati bangsa Yunani dalam perang kemerdekaan
melawan Turki. Karya Delacroix Liberty Leading the People (1830) mendukung
semangat Revolusi Perancis pada tahun 1830.
Dampak lukisan Theodore Gericault Raft of the Medusa sangat mendalam, dan merangsang Delacroix untuk menghasilkan lukisan besar pertamanya, The Barque dari Dante, yang diterima oleh Salon Paris pada tahun 1822. Pekerjaan menimbulkan sensasi, dan sebagian besar dicemooh oleh masyarakat dan pejabat, namun dibeli oleh negara untuk Galeri Luksemburg, pola oposisi luas untuk karyanya, dimentahkan oleh dukungan, kuat tercerahkan, akan terus sepanjang hidupnya. Dua tahun kemudian ia kembali meraih sukses populer untuk Pembantaian nya di Chios.
Banyak karya Delacroix yang lain mendapat inspirasi dari karya sastra. Karya Delacroix Death of Sardanapalus (1827) didasarkan pada puisi karya Lord Byron. Puisi ini mengisahkan seorang raja Asiria yang memutuskan untuk bunuh diri dan menyuruh agar semua harta bendanya dimusnahkan, dari pada jatuh ke tangan musuh yang akan menyerbunya. Dari tempat tidur kematiannya Sardanapalus menyaksikan sendiri gundiknya dan kuda-kudanya dibunuh saat berjuang membela diri. Pelukis Romantik menyukai tema-tema yang mengandung sensualitas dan kejahatan. Ungkapan kekerasan yang mencolok ditekankan dengan pencahayaan yang dramatis, warna emotif, goresan kuas yang ekspresif, dan gerakan figur-figur yang membentuk komposisi diagonal.
Dampak lukisan Theodore Gericault Raft of the Medusa sangat mendalam, dan merangsang Delacroix untuk menghasilkan lukisan besar pertamanya, The Barque dari Dante, yang diterima oleh Salon Paris pada tahun 1822. Pekerjaan menimbulkan sensasi, dan sebagian besar dicemooh oleh masyarakat dan pejabat, namun dibeli oleh negara untuk Galeri Luksemburg, pola oposisi luas untuk karyanya, dimentahkan oleh dukungan, kuat tercerahkan, akan terus sepanjang hidupnya. Dua tahun kemudian ia kembali meraih sukses populer untuk Pembantaian nya di Chios.
Banyak karya Delacroix yang lain mendapat inspirasi dari karya sastra. Karya Delacroix Death of Sardanapalus (1827) didasarkan pada puisi karya Lord Byron. Puisi ini mengisahkan seorang raja Asiria yang memutuskan untuk bunuh diri dan menyuruh agar semua harta bendanya dimusnahkan, dari pada jatuh ke tangan musuh yang akan menyerbunya. Dari tempat tidur kematiannya Sardanapalus menyaksikan sendiri gundiknya dan kuda-kudanya dibunuh saat berjuang membela diri. Pelukis Romantik menyukai tema-tema yang mengandung sensualitas dan kejahatan. Ungkapan kekerasan yang mencolok ditekankan dengan pencahayaan yang dramatis, warna emotif, goresan kuas yang ekspresif, dan gerakan figur-figur yang membentuk komposisi diagonal.
KARYA LUKIS
1)
JUDUL
: La Liberté Guidant Le Peuple atau Liberty
leading the people
UKURAN :260 × 325 cm
HARGA :
Tidak dijual
PELUKIS :
Eugene Delacroix
ALIRAN :
Romantisme
TAHUN :
Mei 1831
MEDIA :
Lukisan cat minyak di atas kanvas
KETERANGAN LUKISAN :
"Si je
n'ai pas vaincu pour la patrie, au moins peindrai-je pour
elle." (“Jika saya belum berjuang demi negara saya,
setidaknya saya akan melukisuntuknya.” Dalam surat yang ditujukan kepada saudaranya, Charles,tertanggal 12
Oktober 1830)Begitulah yang dinyatakan Ferdinand Victor EugèneDelacroix ketika hendak melukisLa Liberté Guidant
Le Peuple;lukisan yang mengambil latar Revolusi Juli 1830 di Paris.
Lukisanyang menjadi masyhur karena keindahanbentuk dan temanya.
Seperti
kebanyakan lukisannya, di sini Delacroix memakailatar belakang kanvas gelap
yang kemudian dibenturkan denganwarna-warna vibran yang berani, tegas dan
kontras. Bagian atasnampak lebih terang daripada bagian bawah yang gelap
dansuram. Suatu permainan makna yang sangat jelas, bahwa dibagian atas, yakni
area di mana bendera Prancis diangkat danberkibar adalah sisi terang sebagai
denotasi kemenangan akanmembawa ke masa yang cerah. Uniknya, sisi terang
tersebutdibentuk lewat materi subjek asap kebakaran dan meriamsebagaimana yang
terjadi dalam revolusi itu. Hal ini memberipetunjuk akan keinginan Delacroix
menyatakan bahwa revolusiyang membakar banyak materi adalah pembawa
terang.Bagian bawah lukisan adalah sisi gelapnya. Di area inidilukiskan tiga
figur mayat tentara kerajaan dengan satu yangmasih hidup sedang berlutut
menatap figur wanita. Nampakbahwa denotasi yang diinginkan adalah kemuraman
dankematian masa Raja Charles X yang telah hancur dan berlutut dibawah wanita
simbol kebebasan. Di area ini juga terlihat puing-puing batu dan kayu
berserakan, sesuai dengan fakta sejarahbahwa massa memotong ribuan pohon dan
merubuhkanbangunan-bangunan dari batu di Paris untuk menyerangbarikade tentara
kerajaan. Sisi menariknya ialah Delacroixmenandatangani lukisan ini tepat di
potongan kayu itu yangdapat diindikasikan sebagai bentuk keterlibatannya
dalamRevolusi 1830.Permainan gelap terang dalamLa Liberté Guidant
LePeuplemenjadi sangat kuat dengan teknikchiaroscuro,teknik pencahayaan dengan
mempermainkan sudut cahaya sertatingkat kecerahan untuk memberi efek volume
kepada materisubjeknya.Chiaroscuronya hadir dari sisi kanan atas lukisanturun
ke bawah secara diagonal. Lewat teknik ini nampak jelasniat Delacroix untuk
menghadirkan kesan paradoks, yakni figurwanita yang empuk berisi namun solid
serta nampak kuat danbertelanjang dada, disandingkan dengan figur mayat yang
tanpacelana memperlihatkan bagian tubuh bawahnya yang kuruskering dan rapuh.
Seperti halnya bagian atas bawah yangparadoks, temuan ini juga memeliki makna
yang sama terhadapkeberpihakan karya ini pada gerakan rakyat. Temuan menarik
lain adalah proporsi warna biru, putih danmerah. Di lukisan ini terdapat dua
materi subjek yangmengenakan warna tersebut, dan keduanya memiliki proporsiyang
berbeda.Pertama, pada bendera Prancis yang memilikiproporsi wajar, dan
keberadaannya menjadi penyemangatsekaligus tujuan revolusi.Kedua,pada pakaian
yang dikenakantentara kerajaan yang berlutut di bawahnya. Warna biru,
yangmenyimbolkan kelas menengah borjuis, nampak lebih dominanmengalahkan warna
merah yang menyimbolkan kelasbangsawan. Dari sini semakin jelak bahwa lukisan
karyaDelacroix adalah lukisan yang berpihak.Sisi lain dari permainan komposisi
diLa Liberté Guidant LePeupleadalah perbenturan aspek dinamis dan statisnya.
Jikadiperhatikan sederhana, lukisan ini terbagi menjadi dua materisubjek, yakni
elemen dinamis: kerumunan massa yang seakanbergerak maju mengepalkan tangan,
dengan elemen statis:mayat-mayat yang tergeletak memejamkan mata di antara
puing-puing batu dan kayu. Hal ini membuatLa Liberté Guidant Le Peuplemenjadi
karya seni yang sangat menarik.Lewat pembagian komposisi sepertiga vertikal
terlihatkeberadaan wanita dan bendera Prancis yang dipegangnyaterletak tepat di
sepertiga tengah komposisi lukisan. Ia denganmudah menjadi figur utama point of
interest di lukisan ini, dan jika diperhatikan lebih teliti, letak kepalan
tangan figur ini beradasangat tepat di tengah-tengah lukisan bagian paling atas
kanvas.Ini adalah denotasi dari kekuatan revolusi rakyat. Kepalan tangandengan
menggenggam bendera yang mengisyaratkan rakyat dibelakangnya untuk maju meraih
kebebasan mereka, mendobrakbarikade kekuasaan Raja Charles X.Figur wanita ini
benar-benar memberi kesan yang hebat,sekaligus memperkuat makna lukisanLa Liberté
Guidant LePeuple.Aspek kedalaman juga sangat menentukan posisi point of
interest-nya. Selain dari kibaran benderanya, perspektif kedalamannya juga
nampak jika dibuat sebuah garis horizontalmelintang tepat di seperdua kanvas,
kemudian membuat satutitik di sisi kanan pinggul figur wanita sehingga menjadi
sebuahsegitiga imajiner, maka akan nampak jelas adanya perspektif kedalaman.
Dari kerumunan massa jauh di belakang yang sayup-sayup ditarik maju ke depan
menjadi lebih jelas dan fokus. Inimemberi kesan langkah berbaris menuju tujuan
revolusi didepan, yang lebih fokus, seakan ingin meninggalkan segalanyadi
belakang dan merangsek ke depan.Simbolisme dalam figur-figur lain di lukisan
ini memang juga memiliki kekuatan makna. Figur lelaki di samping kananfigur
wanita memakai topi yang merupakan identitas khas kelaspekerja pabrik. Juga
figur anak muda dengan baret hitam dan tasselempang yang secara tradisional
merupakan identitas khas mahasiswa masa itu. Tetapi tetap saja sosok wanita
bertelanjangdada, yang nampak seperti setengah dewi setengah manusia,mencuri
perhatian penikmat lukisan ini. Ia tidak hanya sebagaisimbol keberanian,
kepemimpinan dan kegigihan, namun iaseakan berusaha mengingatkan peran wanita
dalam Revolusi Juli1830. Perlu diketahui bahwa pada hari pertama dari tiga
harirevolusi itu, para tentara kerajaan dilempari pot-pot bunga daribalkon
rumah-rumah warga Paris. Sosok wanita yang setengahtelanjang mengingatkan kita
pada patung dewi-dewi Yunani yangagung tak tersentuh, namun dengan cerdik oleh Delacroix
iadipakaikan sebuah topi Frigia. Topi yang dikenal luas sebagaisimbol
kebebasan. Topi yang dahulu dikenakan para budak yangdibebaskan di Yunani dan
Romawi. Wanita setengah dewa,setengah manusia, setengah budak, setengah
pemberontakmemegang senjata api sembari menoleh ke belakang danmengangkat
bendera seperti mengajak maju orang-orang dibelakangnya. Ia mengajak rakyat
Prancis untuk berani melawan,dan memerdekakan diri.Lukisan ini dengan demikian
adalah sebuah konotasi darigerakan pemberontakan rakyat, utamanya pada rasa
tekad dankomitmen bersama kelas menengah pekerja di Paris untukmenentukan
sendiri nasib mereka dengan dipimpin oleh hasratkebebasan. Sesuai dengan
judulnyaLa Liberté Guidant LePeuple, kebebasan memimpin rakyat.Lukisan ini
secara intrinsik tampak sebagai suatu konotasidari emosi manusia terhadap
perjuangannya meraih kebebasan.Karya indah ini benar-benar berada dalam aliran
Romantisme,mengingat kecenderungan emosionalnya yang dinamis denganpermainan
warna yang kontras dan menyinggung kegetiran akankenyataan. Sedangkan secara
ekstrinsik sudah sangat jelas mengingatkehadirannya di masa-masa revolusi
Prancis dengan sikapnyayang berpihak kepada rakyat menunjukan kemapanan
peranlukisan ini di masa itu. Terlebih lagi jika dilihat warisan yangditurunkannya:
tokoh Gavroche dalam novelLes Misérableskarya Victor Hugo yang terinspirasi
dari figur di lukisan ini;adegan kekisruhan di pelataran katedral Notre Dame
dalamnovelNotre Dame de Pariskarya Victor Hugo yang terinspirasidari latar
lukisan ini; Patung Liberty di New York karya FrédéricBartholdi yang
terinspirasi oleh figur wanitanya; hingga sampulalbum Coldplay berjudul
Viva la Vida or Death and All His
Friends
.Kombinasi antara konsep yang
hebat dengan kedinamisanbentuknya membuat karya ini menjadi sebuah gambaran
nyatapertumbuhan politik, sosial dan psikologi masyarakat pekerjakelas menengah
semasa revolusi Prancis. Bahkan lebih daripadaitu, lukisan ini menjadi simbol
kekuatan sebuah revolusi di Eropa.Ia merupakan simbol betapa kuatnya hasrat untuk
merdekamenjadi stimulan keberanian rakyat tertidas.Perlu diketahui bahwa
lukisan-lukisan karya Delacroixsebelumnya kebanyakan bertemakan mitologi dan
objek-objekyang bersumber dari karya sastra. Oleh karenanya La LibertéGuidant
Le Peuple benar-benar merupakan sebuah kontribusiDelacroix kepada negaranya,
kepada revolusi rakyat Prancis.Beberapa kajian kritis terhadap lukisan ini
bahkan menduga-duga bahwa figur lelaki memegang senapan di samping kananfigur
wanita adalah sosok Delacroix sendiri sebagai hasratkeikutsertaanya dalam
pergerakan revolusi. Inilah lukisan yangpenuh emosi. Sebuah lukisan yang jiwa
penciptanya hadir didalamnya, bahkan segala jiwa rakyat Prancis yang
bertekadmeraih kebebasa
2)
JUDUL
: The Massacre at Chios atau Pembantaian
di Chios
UKURAN : Sekitar 4 meter
HARGA :
PELUKIS : Eugene Delacroix
ALIRAN : Romantisme
TAHUN : 1824
MEDIA : Lukisan cat minyak di
atas kanvas
KETERANGAN
LUKISAN :
Lukisan Delacroix tentang
pembantaian di Chios menunjukkan warga sipil Yunani sakit yang sekarat akan
disembelih oleh orang Turki. Salah satu lukisan ia membuat beberapa dari
peristiwa kontemporer, mengungkapkan simpati penyebab Yunani dalam perang kemerdekaan
melawan Turki, sentimen populer pada saat bagi rakyat Prancis. Delacroix segera
diakui sebagai pelukis terkemuka dalam gaya Romantis baru, dan gambar itu
dibeli oleh negara. Penggambaran-Nya tentang penderitaan itu kontroversial
Namun, karena tidak ada acara mulia yang terjadi, tidak patriot mengangkat
pedang mereka dalam keberanian seperti dalam Sumpah Daud dari Horatii, hanya
bencana. Lukisan ini menggambarkan beberapa
kengerian sesudah terjadi perang dan pembantaian di Chios. Di dalam lukisan ini
ditampilkan penderitaan karakter, militernya, penyakit dan kematian pada waktu
itu. Dalam lukisan ini menggambarkan rasa keputus-asaan dan kehancuran. Eugène
Delacroix menggunakan lukisan ini menarik simpati penjajah brutal pada waktu
itu agar penjajah brutal tidak bertindak semena-mena.Banyak kritikus menyesalkan nada
putus asa lukisan itu;. Artis Antoine-Jean Gros menyebutnya "pembantaian
seni" pathos dalam penggambaran bayi mencengkeram payudara ibu yang mati
yang memiliki efek sangat kuat, meskipun detail ini dikutuk sebagai tidak layak
untuk seni oleh para kritikus Delacroix.
3)
JUDUL : Death of Sardanapalus atau Kematian
Sardanapalus
UKURAN : 392 × 496 cm
HARGA : Tidak dijual
PELUKIS : Eugene Delacroix
ALIRAN : Romantisme
TAHUN : 1827
MEDIA : Lukisan cat minyak di atas kanvas
KETERANGAN LUKISAN :
Lukisan Delacroix tentang kematian
raja Asyur Sardanapalus menunjukkan adegan emosional pengadukan hidup dengan
warna yang indah, kostum eksotis dan peristiwa tragis. Kematian Sardanapalus
menggambarkan raja terkepung menonton tanpa ekspresi sebagai penjaga
melaksanakan perintahnya untuk membunuh hamba-hambanya, selir dan hewan. Sumber
sastra adalah plesetan oleh Byron, meskipun bermain tidak secara khusus
menyebut pembantaian selir. Sikap Sardanapalus 'dari detasemen tenang adalah
akrab berpose di citra romantis dalam periode di Eropa. Lukisan, yang tidak
lagi dipamerkan selama bertahun-tahun sesudahnya, telah dianggap oleh beberapa
kritikus sebagai fantasi mengerikan yang melibatkan kematian dan nafsu.
Terutama mengejutkan adalah perjuangan seorang wanita telanjang yang
tenggorokan akan segera dipotong, adegan ditempatkan mencolok di latar depan
untuk pengaruh maksimal. Namun, keindahan sensual dan warna eksotis komposisi
membuat gambar tampak menyenangkan dan mengejutkan pada saat yang sama. Saat
ini lukisan tersebut berada di Philadelphia Museum of Art.
4)
JUDUL : The Barque of Dante atau dikenal
dengan Dante and Virgil in Hell
UKURAN : 189 cm × 246 cm
(74 in × 95 in)
HARGA :
PELUKIS : Eugene Delacroix
ALIRAN : Romantisme
TAHUN : 1822
MEDIA : Lukisan cat minyak di atas kanvas
KETERANGAN
LUKISAN :
The Barque dari
Dante adalah sebuah karya artistik ambisius , dan meskipun komposisinya
konvensional , lukisan dalam beberapa hal penting pecah agaknya bebas dari
tradisi Neo -Klasik Perancis.
Asap ke belakang dan gerakan sengit garmen di mana pendayung Phlegyas dibungkus menunjukkan angin yang kuat , dan sebagian besar individu dalam lukisan hadapi ke dalamnya . Sungai ini berombak dan perahu diangkat ke kanan , titik di mana ia memutar arah penonton . Partai ini didorong ke tujuan diketahui namun lebih tidak ramah , oleh pendayung yang ketenangan mantap dalam badai menunjukkan keakraban dengan kondisi ini liar . Kota di belakang adalah tungku raksasa. Tak ada kenyamanan atau tempat berlindung di dunia lukisan kemarahan , kegilaan dan putus asa .
Charles Le Brun itu , La Colere dari 1668.
Lukisan mengeksplorasi keadaan psikologis dari individu itu menggambarkan , dan menggunakan kompak , kontras dramatis untuk menyorot tanggapan mereka berbeda untuk predicaments masing-masing. Detasemen Virgil dari keributan di sekitarnya , dan perhatiannya untuk Dante baik makhluk , merupakan tandingan jelas ketakutan yang terakhir , kecemasan, dan keadaan fisik ketidakseimbangan . Yang terkutuk yang baik diculik dalam konsentrasi menusuk pada beberapa tugas yang gila dan gainless , atau lain tampaknya dalam keadaan total berdaya dan kehilangan . Lapisan mereka perahu mengambil bentuk seperti gelombang naik- turun , menggemakan air berombak dan membuat kaki lukisan daerah ketidakstabilan berbahaya . Jiwa-jiwa ke ujung kiri dan kanan seperti bookends aneh , melampirkan tindakan dan menambahkan sentuhan sesak untuk keseluruhan . Layar teater warna berani dalam angka di tengah komposisi mencolok . The merah Dante kerudung bergema mengkhawatirkan dengan massa dipecat belakangnya , dan jelas kontras dengan mengepul biru tentang Phlegyas . Penulis Charles Blanc mencatat linen putih pada mantel Virgil , dan menggambarkannya sebagai ' bangun besar di tengah gelap , flash dalam prahara ' . [ 5 ] Adolphe Loeve - Veimars mengomentari kontras antara warna yang digunakan dalam kepala Dante , dan penggambaran yang terkutuk , menyimpulkan bahwa semua ini ' meninggalkan jiwa dengan aku tidak tahu apa yang jatuh kesan ' [ 6 ] [ 4 ] .
Tetes air pada terkutuk
Disandingkan putih, hijau , pigmen kuning dan merah .
Tetesan air mengalir di tubuh para terkutuk yang dicat dengan cara yang jarang terlihat sampai dengan awal abad kesembilan belas . Empat berbeda , pigmen dicampur , dalam jumlah discretely diterapkan terdiri citra satu tetes dan bayangannya . Putih digunakan untuk menyoroti , stroke kuning dan hijau masing-masing menunjukkan panjang drop , dan bayangan berwarna merah .
Asap ke belakang dan gerakan sengit garmen di mana pendayung Phlegyas dibungkus menunjukkan angin yang kuat , dan sebagian besar individu dalam lukisan hadapi ke dalamnya . Sungai ini berombak dan perahu diangkat ke kanan , titik di mana ia memutar arah penonton . Partai ini didorong ke tujuan diketahui namun lebih tidak ramah , oleh pendayung yang ketenangan mantap dalam badai menunjukkan keakraban dengan kondisi ini liar . Kota di belakang adalah tungku raksasa. Tak ada kenyamanan atau tempat berlindung di dunia lukisan kemarahan , kegilaan dan putus asa .
Charles Le Brun itu , La Colere dari 1668.
Lukisan mengeksplorasi keadaan psikologis dari individu itu menggambarkan , dan menggunakan kompak , kontras dramatis untuk menyorot tanggapan mereka berbeda untuk predicaments masing-masing. Detasemen Virgil dari keributan di sekitarnya , dan perhatiannya untuk Dante baik makhluk , merupakan tandingan jelas ketakutan yang terakhir , kecemasan, dan keadaan fisik ketidakseimbangan . Yang terkutuk yang baik diculik dalam konsentrasi menusuk pada beberapa tugas yang gila dan gainless , atau lain tampaknya dalam keadaan total berdaya dan kehilangan . Lapisan mereka perahu mengambil bentuk seperti gelombang naik- turun , menggemakan air berombak dan membuat kaki lukisan daerah ketidakstabilan berbahaya . Jiwa-jiwa ke ujung kiri dan kanan seperti bookends aneh , melampirkan tindakan dan menambahkan sentuhan sesak untuk keseluruhan . Layar teater warna berani dalam angka di tengah komposisi mencolok . The merah Dante kerudung bergema mengkhawatirkan dengan massa dipecat belakangnya , dan jelas kontras dengan mengepul biru tentang Phlegyas . Penulis Charles Blanc mencatat linen putih pada mantel Virgil , dan menggambarkannya sebagai ' bangun besar di tengah gelap , flash dalam prahara ' . [ 5 ] Adolphe Loeve - Veimars mengomentari kontras antara warna yang digunakan dalam kepala Dante , dan penggambaran yang terkutuk , menyimpulkan bahwa semua ini ' meninggalkan jiwa dengan aku tidak tahu apa yang jatuh kesan ' [ 6 ] [ 4 ] .
Tetes air pada terkutuk
Disandingkan putih, hijau , pigmen kuning dan merah .
Tetesan air mengalir di tubuh para terkutuk yang dicat dengan cara yang jarang terlihat sampai dengan awal abad kesembilan belas . Empat berbeda , pigmen dicampur , dalam jumlah discretely diterapkan terdiri citra satu tetes dan bayangannya . Putih digunakan untuk menyoroti , stroke kuning dan hijau masing-masing menunjukkan panjang drop , dan bayangan berwarna merah .
5)
JUDUl : The
Women of Algiers
UKURAN : 180
× 229cm
HARGA :
PELUKIS : Eugene Delacroix
ALIRAN : Romantisme
TAHUN : 1834
MEDIA : Lukisan cat minyak di
atas kanvas
KETERANGAN
LUKISAN :
Lukisan ini
pertama kali ditampilkan di Salon , di mana ia dikagumi . Raja Louis Philippe
membelinya dan disajikan ke Musée du Luxembourg , yang pada waktu itu adalah
sebuah museum untuk seni kontemporer . Setelah kematian artis pada tahun 1874
lukisan itu dipindahkan ke Louvre , di mana diadakan hari ini .Lukisan ini
terkenal karena konotasi seksualnya , melainkan menggambarkan selir Aljazair
harem dengan hookah , digunakan untuk merokok ganja atau opium . Pada abad
ke-19 , ia dikenal untuk konten seksual dan orientalisme nya . Lukisan itu
menjabat sebagai sumber inspirasi bagi impresionis kemudian, dan serangkaian 15
lukisan dan berbagai gambar oleh Pablo Picasso pada tahun 1954. Harem adegan dalam
lukisan dan buku yang sangat populer dalam waktu Delacroix . French lukisan
Orientalis melepas dengan kampanye Mesir Napoleon dari 1798, tahun di mana
Delacroix lahir . Titik tinggi ditindaklanjuti antusiasme Perancis untuk segala
sesuatu Yunani selama revolusi Yunani pada 1821-1830 , selama waktu Victor Hugo
menulis volume puisi Les Orientales dan Delacroix menyumbang dua lukisan ,
Pembantaian di Chios ( 1824 ) dan Yunani Kedaluwarsa pada reruntuhan
Messolonghi ( 1826 ) , pelopor seni lukis Liberty paling terkenal Memimpin
Rakyat ( 1830) .
Laki-laki Eropa membuat Harem keluar menjadi semacam rumah bordil pribadi mewah , lukisan ini memiliki lebih dari sedikit gagasan ini di dalamnya. Masalah bagi seniman Eropa adalah bahwa tidak ada Eropa dapat memperoleh akses ke Harem . Penggambaran fantasi mereka itu karenanya penemuan jelas murni dan sering hampir tak masuk akal . (lihat Jean - Léon Gerome yang 1.876 kolam renang di Harem , misalnya) Sebaliknya , Delacroix bisa mengandalkan matanya sendiri , yang meminjamkan karyanya bobot khusus, kepercayaan dan otoritas .
Namun lukisan ini mencerminkan apa-apa tapi kenyataannya , melainkan menyajikan campuran observasi dan konvensi Eropa yang berlaku umum . Selain budak kulit hitam , yang tampaknya meninggalkan ruangan , para wanita yang mencolok dalam kemalasan mewah mereka . Pada kenyataannya , bagaimanapun, Harem akan penuh dengan anak-anak dan semua jenis kegiatan - perempuan akan sama sekali tidak sendirian dan diam menunggu kembalinya laki-laki mereka .Hal ini bahkan lebih menakjubkan sebagai Delacroix sendiri mencatat dalam bukunya jurnal bahwa anak-anak tidak boleh diabaikan . Alam dan domestik pengaturan sehingga menjadi rumah bordil , misalnya akan mudah untuk menemukan di Paris .
Laki-laki Eropa membuat Harem keluar menjadi semacam rumah bordil pribadi mewah , lukisan ini memiliki lebih dari sedikit gagasan ini di dalamnya. Masalah bagi seniman Eropa adalah bahwa tidak ada Eropa dapat memperoleh akses ke Harem . Penggambaran fantasi mereka itu karenanya penemuan jelas murni dan sering hampir tak masuk akal . (lihat Jean - Léon Gerome yang 1.876 kolam renang di Harem , misalnya) Sebaliknya , Delacroix bisa mengandalkan matanya sendiri , yang meminjamkan karyanya bobot khusus, kepercayaan dan otoritas .
Namun lukisan ini mencerminkan apa-apa tapi kenyataannya , melainkan menyajikan campuran observasi dan konvensi Eropa yang berlaku umum . Selain budak kulit hitam , yang tampaknya meninggalkan ruangan , para wanita yang mencolok dalam kemalasan mewah mereka . Pada kenyataannya , bagaimanapun, Harem akan penuh dengan anak-anak dan semua jenis kegiatan - perempuan akan sama sekali tidak sendirian dan diam menunggu kembalinya laki-laki mereka .Hal ini bahkan lebih menakjubkan sebagai Delacroix sendiri mencatat dalam bukunya jurnal bahwa anak-anak tidak boleh diabaikan . Alam dan domestik pengaturan sehingga menjadi rumah bordil , misalnya akan mudah untuk menemukan di Paris .
BIOGRAFI
Nama lahir :Joseph William Turner Mallord
Kebangsaan : Inggris
Pekerjaan : Pelukis
Aliran : Romantisme
Joseph William Turner Mallord,RA (dibaptis 14 Mei 1775 - 19 Desember
1851) adalah seorang InggrisRomantispelukis pemandangan , air colourist
, dan zaman Renaisans .Turner dianggap sebagai tokoh kontroversial
pada zamannya, namun kini dianggap sebagai seniman yang ditinggikan lukisan pemandangan ke bukit menyaingi sejarah lukisan . Meskipun terkenal karena lukisan
minyak nya, Turner juga merupakan salah satu empu British cat air lanskap lukisan.Dia dikenal sebagai
"pelukis cahaya" dan karyanya dianggap sebagai pengantar Romantis ke Impresionisme .Beberapa karyanya juga dikutip
sebagai contoh Seni Abstrak ada sebelum pengakuan di awal abad
kedua puluh.
Kehidupan awal
Joseph William
Turner Mallord dibaptis pada 14 Mei 1775, namun tanggal kelahirannya tidak diketahui.Hal
ini umumnya percaya ia dilahirkan antara akhir April dan awal Mei.Turner
sendiri mengaku ia lahir pada tanggal 23 April, tetapi tidak ada bukti ini. Ia
lahir di Lane Maiden, Covent Garden , London, Inggris. Ayahnya, William Turner
(1745-1721 September 1829) , adalah seorang tukang cukur dan wig pembuat,
Ibunya, Mary Marshall, berasal dari keluarga tukang daging. Sebuah adik, Mary
Ann, lahir di September 1778 namun meninggal berusia empat bulan Agustus 1783.
Menggambar
Gereja St John, Margate oleh Turner dari seluruh 1786, ketika ia telah berusia
11 atau 12 tahun.Yang ambisius tapi tidak yakin gambar menunjukkan perjuangan
dini dengan perspektif yang dapat dibandingkan dengan tugas-tugas selanjutnya
A
View of Uskup Agung Istana, Lambeth - cat air ini adalah Turner pertama yang
diterima untuk pameran tahunan Royal Academy pada bulan April 1790, bulan ia
berbalik lima belas.Gambar adalah presentasi teknis Turner pemahaman yang kuat
dari unsur perspektif dengan beberapa bangunan di sudut tajam satu sama lain,
menunjukkan Turner penguasaan menyeluruh gaya topografi Thomas Malton itu.
Pada 1785,
sebagai hasil dari "fit penyakit" dalam keluarga Turner muda dikirim untuk tinggal bersama
pamannya ibu, Joseph Mallord William Marshall, di Brentford
, maka sebuah kota kecil di tepi yang Sungai Thames barat London.Dari periode ini, paling awal yang
diketahui latihan artistik oleh Turner ditemukan, serangkaian pewarna sederhana
piring terukir dari Henry Boswell Picturesque
View of Antiquities Inggris dan Wales. Sekitar 1786, Turner dikirim ke Margate di utara- timur Kent pantai.Di sini ia menghasilkan serangkaian gambar
dari kota dan daerah sekitarnya bayangan kemudian bekerja.Turner kembali ke
Margate berkali-kali di kemudian hari. Pada saat ini, gambar Turner sedang
dipamerkan di jendela toko ayahnya dan dijual untuk beberapa shilling. Ayahnya
membual dengan artis Thomas Stothard bahwa: "Anakku , Pak, akan menjadi pelukis
". Pada tahun 1789 Turner lagi tinggal dengan pamannya, yang telah pensiun
untuk Sunningwell
di Oxford.Seluruh sketsa
kerja dari waktu ini di Oxford bertahan, serta cat air dari Oxford.Penggunaan
sketsa pensil di atas lokasi sebagai dasar untuk lukisan kemudian selesai
membentuk dasar dari gaya kerja penting Turner untuk seluruh karir.
Banyak sketsa
awal oleh Turner adalah studi arsitektur dan / atau latihan dalam perspektif
dan diketahui bahwa sebagai seorang pemuda ia bekerja untuk beberapa arsitek termasuk
Thomas Hardwick (junior) , James Wyatt
dan Joseph Bonomi the Elder . Pada akhir dari 1789 ia juga mulai belajar di
bawah topografi juru Thomas Malton, siapa Turner kemudian akan menyebut
"Tuanku nyata". Ia masuk Royal Academy of Art sekolah di tahun 1789, saat ia berusia 14 tahun,
dan diterima ke dalam akademi setahun kemudian. Sir Joshua Reynolds , presiden Royal Academy, ketua panel yang mengakui
dia.Pada awalnya Turner menunjukkan minat dalam arsitektur tetapi disarankan
untuk terus melukis oleh arsitek Thomas Hardwick.Pertama cat air lukisanA View of istana Uskup
Agung, Lambeth diterima untuk Royal Academy pameran
musim panas tahun 1790 ketika
Turner adalah 15.
Sebagai calon di
akademi, dia diajarkan menggambar dari gips plester patung antik dan namanya
muncul dalam registri akademi lebih dari seratus kali dari Juli 1790 sampai
Oktober 1793. Pada Juni 1792 ia mengaku kehidupan kelas untuk belajar
menggambar tubuh manusia dari model telanjang. Turner dipamerkan cat air setiap
tahun di akademi - bepergian di musim panas dan lukisan di musim dingin.Ia
melakukan perjalanan secara luas di seluruh Inggris, terutama ke Wales , dan menghasilkan berbagai sketsa untuk bekerja
menjadi kajian dan cat air.Ini terutama berfokus pada karya arsitektur, yang
dimanfaatkan keahliannya sebagai juru. Pada tahun 1793, ia menunjukkan cat air
berjudul The Rising Squall -. Hot
Wells dari St Vincent Batu Bristol (sekarang hilang) yang meramalkan
efek kemudian iklim nya Cunningham dalam daftar kematian dari Turner menulis
bahwa itu adalah: "diakui oleh beberapa bijaksana sebagai upaya nobel di
angkat dalam lanskap seni keluar dari insipidities jinak ... [dan] evinced
untuk pertama kali diadakan itu penguasaan efek yang ia kini adil dirayakan.
"
Turner
dipamerkan pertama lukisan minyak di akademi pada tahun 1796, Nelayan di Sea: adegan terang bulan nokturnal The Needles
, yang terletak di lepas Isle of Wight .Citra kapal dalam bahaya kontras cahaya dingin
bulan dengan cahaya cahaya api lentera nelayan. Wilton mengatakan bahwa gambar:
"Apakah ringkasan dari semua yang telah dikatakan tentang laut oleh
seniman dari delapan belas abad. " dan menunjukkan pengaruh yang kuat oleh
para artis seperti Horace Vernet , Philip James de Loutherbourg , Peter Monamy
dan Francis Swaine , yang dikagumi karena lukisan laut moonlight
nya.Lukisan ini tidak bisa dikatakan untuk menunjukkan pengaruh Willem van de Velde Muda , tidak adegan nokturnal tunggal dikenal oleh
pelukis itu.Beberapa pekerjaan kemudian, bagaimanapun, seperti yang ditunjukkan
di bawah ini, diciptakan untuk menyaingi atau melengkapi cara seniman
Belanda.Gambar itu dipuji oleh kritikus kontemporer dan mendirikan reputasi
Turner, baik sebagai pelukis cat minyak dan sebagai pelukis adegan maritim.
Awal karir
Turner bepergian
secara luas di Eropa, dimulai dengan Perancis dan Swiss pada tahun 1802 dan
belajar di Louvre
di Paris pada tahun yang sama.Dia membuat banyak kunjungan ke Venesia.Pada
kunjungan ke Lyme Regis, di Dorset ia melukis adegan badai (sekarang di Museum Seni Cincinnati ).
Dukungan yang
penting untuk karyanya datang dari Walter Ramsden Fawkes , dari Farnley Balai , dekat Otley di Yorkshire, yang menjadi teman
dekat artis.Turner pertama kali mengunjungi Otley tahun 1797, berusia 22,
ketika ditugaskan untuk melukis cat air daerah.Dia begitu tertarik pada Otley
dan daerah sekitarnya bahwa ia kembali ke sana sepanjang karirnya.Heboh latar
belakang Hannibal Crossing The Alps dianggap telah terinspirasi oleh badai selama Chevin
di Otley sementara ia tinggal di Farnley Hall.
Turner sering
menjadi tamu dari George O'Brien
Wyndham, 3rd Earl of Egremont
, di Petworth House di West Sussex dan adegan dicat bahwa Egremont
didanai diambil dari dasar rumah dan pedesaan Sussex, termasuk pemandangan
Canal Chichester.Petworth House masih menampilkan sejumlah lukisan.
Kehidupan pribadi
Sebagai Turner
tumbuh dewasa, ia menjadi lebih eksentrik.Dia memiliki beberapa teman dekat
kecuali ayahnya, yang tinggal bersamanya selama 30 tahun dan bekerja sebagai
asisten studionya.Kematian ayahnya pada tahun 1829 memiliki efek mendalam, dan
setelah itu ia tunduk pada serangan depresi .Dia tidak pernah menikah tapi punya hubungan
dengan seorang janda tua, Sarah Danby.Dia diyakini telah menjadi ayah dari dua
putri lahir pada tahun 1801 dan 1811.
Kematian
Turner meninggal
di rumah nya nyonya Sophia Caroline Booth di Cheyne Berjalan di Chelsea pada tanggal 19 Desember 1851.Dia dikatakan telah
mengucapkan kata-kata terakhir "Matahari adalah Allah" sebelum
berakhir. Atas permintaannya ia dimakamkan di Katedral St Paul , di mana ia terletak di sebelah Sir Joshua Reynolds .Pameran terakhir di Royal Academy adalah pada
tahun 1850.
Teman Turner,
arsitek Philip Hardwick (1792-1870), putra gurunya, Thomas Hardwick , bertugas membuat pemakaman
pengaturan dan menulis bagi mereka yang tahu Turner untuk memberitahu mereka
pada saat kematiannya itu, "saya harus memberitahu Anda, kami telah
kehilangan dia. "Pelaksana lainnya adalah sepupunya dan kepala pelayat di
pemakaman, Henry Harpur IV (dermawan Westminster - sekarang Chelsea &
Westminster - Rumah Sakit
), Revd.Henry Scott Pemangkas, George Jones RA dan Charles Turner AR.
KARYA LUKIS
1)
JUDUL : Dido Building Carthage
atau Kebangkitan Kekaisaran Kartago
UKURAN :155,5 cm (61,2 in) dengan 230 cm (91 in
HARGA :
PELUKIS : Josseph William Turner
ALIRAN : Romantisme
TAHUN : 1815
MEDIA :Lukisan cat minyak di
atas kanvas
KETERANGAN LUKISAN :
Bangunan Dido Carthage, atau Kebangkitan Kekaisaran
Kartago adalah lukisan minyak
di atas kanvas oleh JMW Turner
.Lukisan adalah salah satu karya Turner yang paling penting, sangat dipengaruhi
oleh lanskap klasik bercahaya Claude Lorraine .Turner menggambarkannya sebagai nya chef d'oeuvre .Pertama kali dipamerkan di Royal Academy pameran
musim panas tahun 1815, Turner
terus lukisan sampai ia meninggalkan untuk bangsa dalam Warisan Turner .Telah diselenggarakan oleh Galeri Nasional di London sejak 1856.
Subjek adalah pemandangan klasik yang diambil dari Virgil 's Aeneid
.Angka dengan warna biru dan putih di sebelah kiri adalah Dido
, mengarahkan pembangun kota baru Carthage .Sosok di depannya, mengenakan baju besi dan
menghadap jauh dari penampil, mungkin dia Trojan kekasih Aeneas .Beberapa anak bermain dengan perahu mainan tipis
dalam air, melambangkan kekuatan angkatan laut tumbuh tetapi rapuh Carthage,
sedangkan makam mati suaminya Sychaeus sisanya di sebelah kanan lukisan, di bank lain
muara, pertanda yang akhirnya azab Carthage.
Lukisan berukuran 155,5 cm (61,2 in) dengan 230 cm
(91 in) dengan bagian atas lukisan didominasi oleh matahari terbit kuning yang
intens, melambangkan fajar sebuah kerajaan baru.The letusan Gunung Tambora pada April 1815 menciptakan matahari terbit dan
matahari terbenam megah yang mungkin telah mengilhami lukisan Turner dalam
periode ini.Lukisan secara luas dikagumi ketika pertama kali dipamerkan di pameran musim panas
Akademi Kerajaan pada tahun 1815
bersama-sama Crossing the Brook, pemandangan pastoral Sungai Tamar
di Devon juga terinspirasi oleh Claude.Namun, pekerjaan Turner dikritik oleh
Sir George Beaumont , yang mengeluh bahwa itu "dicat dalam rasa
palsu, tidak benar dengan alam" dan tidak mencapai ketinggian karya
Claude.Turner dipamerkan sepotong pendamping, The
Decline of Kekaisaran Kartago
, pada pameran musim panas tahun 1817.
Dalam draft pertama kehendak pertamanya pada tahun
1829, Turner menetapkan bahwa ia harus dikubur dalam kanvas Dido bangunan
Carthage, tapi berubah pikiran untuk membuat sumbangan dari lukisan dan The
Decline of Kekaisaran Kartago ke Galeri Nasional, Kondisi bahwa dua
lukisannya harus selalu digantung kedua sisi Claude Seaport dengan
Embarkasi dari Ratu Sheba
, lukisan yang Turner pertama kali melihat ketika itu adalah bagian dari koleksi Angerstein yang kemudian menjadi inti untuk Galeri
Nasional.Kehendak direvisi Nya 1831 berubah hibah, sehingga bangunan Dido
Carthage akan disertai dengan Sun
naik melalui uap , dan dua karya
akan dipamerkan bersama dengan Pelabuhan Embarkasi dari Ratu Sheba dan Landscape
dengan Pernikahan Ishak dan Ribka
(juga dikenal sebagai The Mill).Sebuah ketentuan tambahan pada tahun
1848 menyumbangkan sisa karyanya diselesaikan ke Galeri Nasional yang baru di
Trafalgar Square, sehingga mereka dapat ditampilkan bersama-sama.The Turner Warisan ditentang oleh keluarganya, tapi diselesaikan oleh
1856 ketika karya yang diakuisisi oleh National Gallery.Sebagian besar Turner
bekerja akhirnya pindah ke Tate Gallery
di awal abad ke-20, namun Dido bangunan Carthage dan Sun naik melalui
uap tetap di Galeri Nasional, ditunjukkan dengan Claudes, beberapa karya
lain yang dipilih oleh Turner, termasuk Rain,
Uap dan Kecepatan dan The Berjuang Temeraire tetap sebagai contoh lukisan Inggris di Galeri
Nasional.
2)
JUDUL : Inggris: Eruption Vesuvius
Français: Eruption du
Vesuve
Italiano: Eruzione del
Vesuvio
UKURAN : 286 X 397
mm
HARGA : Tidak Dijual
PELUKIS : Josseph William Turner
ALIRAN : Romantisme
TAHUN :1817
MEDIA :Cat air
dan menggores keluar
KETERANGAN LUKISAN
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar