BAB I
SENI LUKIS EKSPRESIONISME
Ekspresionisme
adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan
efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya lukisa,
sastra, film, arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju
kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.
Perupa dari abad
20 yang tergolong ekspresionis adalah:
- Jerman: Heinrich Campendonk, Emil Nolde, Rolf Nesch, Franz Marc, Ernst Barlach, Wilhelm Lehmbruck, Erich Heckel, Karl Schmidt-Rottluff, Ernst Ludwig Kirchner, Max Beckmann, August Macke, Elfriede Lohse-Wächtler, Ludwig Meidner, Paula Modersohn-Becker, Gabriele Münter, dan Max Pechstein.
- Austria: Egon Schiele dan Oskar Kokoschka
- Russia: Wassily Kandinsky dan Alexei Jawlensky
- Netherlands: Charles Eyck, Willem Hofhuizen, Jaap Min, Jan Sluyters, Jan Wiegers dan Hendrik Werkman
- Belgia: Constant Permeke, Gust De Smet, Frits Van den Berghe, James Ensor, Floris Jespers, dan Albert Droesbeke.
- Perancis: Gen Paul dan Chaim Soutine
- Norwegia: Edvard Munch
- Swiss: Carl Eugen Keel
- Indonesia: Affandi
Aliran ekspresionisme berkembang
sepanjang akhir abad 19 dan awal abad 20. Kemunculannya merupakan reaksi
terhadap standar akademik yang berlaku di Eropa sejak Renaisans, terutama seni
akademik di Prancis dan Jerman. Pelukis ekspresionis berusaha menghadirkan
pengalaman emosional, mereka tidak tertarik pada realitas seperti yang
terlihat. Subjek lukisan seringkali mengalami distorsi bentuk, dilebih-lebihkan
atau diubah untuk menekankan aspek pengalaman emosional.
Istilah ekspresionisme mulai
diterapkan untuk menjuluki lukisan sejak tahun 1911 ketika lukisan corak ini
semakin banyak diciptakan oleh para seniman di sejumlah negara. Pada akhir abad
19 dan awal abad 20 pelukis Vincent Van Gogh dari Belanda, Paul Gauguin dari
Prancis dan pelukis Edvard Munch dari Norwegia melukis dengan menggunakan warna
garang dan garis berlebihan untuk mengungkapkan aspek emosi dalam
lukisan.
Kelompok paling penting
ekspresionisme abad 20 ada di sekolah Jerman. Gerakan dimulai oleh pelukis
Ernst Ludwig Kirchner, Erich Heckel dan Karl Schmidt Rottluff yang mengorganisasikan
sebuah kelompok yang disebut Die Brucke (Jembatan) di Dresden pada tahun 1905.
Pada tahun berikutnya bergabung seniman Emil Nolde dan Max Pechstein dan Otto
Muller.
Pada tahun 1912 kelompok ini
memamerkan lukisan dengan kelompok Munich yang disebut Der Blaue Reiter. Perkembangan
selanjutnya para pelukis ekspresionis bertambah lagi, bergabung perlukis Jerman
seperti Franz Marc, August Macke, Gabriele Munter dan Heinrich Campendonk, Paul
Klee (Swiss), Wassily Kandinsky (Rusia).
Fase ekspresionisme di Jerman
ditandai dengan kesadaran pengungkapan emosi dan mempertinggi kepekaan terhadap
ungkapan ekspresif. Kelompok Die Brucke hancur pada tahun 1913, Perang Dunia I
(1912-1918) menghentikan semua aktivitas kelompok ini. Eksprsionisme sempat
memberi pengaruh pada lukisan fauvisme seperti terlihat pada lukisan karya
Georges Braque (Prancis) dan Pablo Picasso (Spanyol).
Fase berikutnya ekspresionisme
di Jerman disebut Die Neue Sachlichkeit (Objektivitas Baru). Kelompok ini
didirikan oleh Otto Dix dan George Grosz. Karakteristik karyanya mengungkapkan
kebenaran sosial, satiris dan sinisme. Ekspresionisme menjadi gerakan
internasional, sejumlah pelukis berkarya dengan karakteristik ekspresionisme.
Mereka antara lain pelukis Oskar Kokoshka (Austria), pelukis George Rouault (Prancis),
pelukis Chaim Soutine (Lithuania, pelukis Jules Pasein (Bulgaria), dan pelukis
Max Weber (Amerika).
Abstrak Ekspresionisme
Lukisan abstrak ekspresionisme
berkembang pada pertengahan abad 20. Lukisan ini mengungkapkan spontanitas
individual melalui aksi melukis. Gaya dan karakteristiknya lebih bervariasi.
Lukisan abstrak ekspresionisme umumnya tidak berupa gambaran yang bisa
dikenali, tidak lagi melekat pada batas-batas bentuk konvensional. Akar abstrak
ekspresionisme bermula pada lukisan nonfiguratif secara total.
Kedatangan sejumlah pelukis
Eropa di New York pada masa Perang Dunia II (1939-1945) menginspirasi pelukis
Amerika. Pelukis Eropa seperti Max Ernst, Marcel Duchamp, Marc Chagall dan Yves
Tanguy, menginspirasi sejumlah pelukis Amerika pada tahun 1940an-1950an.
Pelukis Amerika juga dipengaruhi oleh abstraksi subjektif pelukis Armenia
Arshile Gorky yang bermigrasi ke negeri tersebut tahun 1920. Pelukis Jerman
Hans Hofmann dengan karyanya yang menekankan pada interaksi dinamis bidang
warna juga menginspirasi sejumlah pelukis Amerika.
Di Amerika, gerakan abstrak
ekspresionisme berpusat di New York. Ada dua kecenderungan besar yang muncul
pada gerakan ini, yaitu lukisan berdasarkan aksi pelukis (Action Painters) dan
lukisan yang menekankan pada warna dan bentuk. Aksi pelukis (Action Painters)
berkaitan dengan tekstur cat dan gerakan pelukis dalam proses penciptaannya,
lukisan diciptakan melalui aksi atau gerak tubuh pelukis. Jackson Pollock
adalah tokoh dalam menciptakan lukisan dengan metode ini. Pendekatannya dalam
berkarya unik, dia membuat jalinan garis dengan meneteskan cat pada permukaan
kanvas.
Pelukis lain Willem de Kooning
dan Franz Josef Kline menggunakan sapuan kuas lebar untuk menciptakan ritme
abstraksi, sehingga menciptakan kesan ruang tanpa batas. Pelukis Mark Rothko
menciptakan warna-warna dalam bentuk bujur sangkar pada karyanya. Pelukis lain
seperti Bradley Walker Tomlin, Philip Guston, Robert Burns Motherwell, Adolph
Gottlieb dan Clyfford Still berkarya dengan menggabungkan metode/action
painting dan metode melukis bidang warna.
Perkembangan Ekspresionisme
Sekarang ini lukisan
ekspresionisme berkembang di seluruh dunia. Corak lukisan ekspresionisme ada
yang figuratif hingga abstrak. Metode berkaryanya ada yang menggunakan kuas,
tetesan cat, hingga menggunakan tubuh sebagai alat mengekspresikan warna.
Lukisan ekspresionisme figuratif maupun abstrak berkembang juga di Indonesia.
Affandi adalah pelukis ekspresionis terkemuka Indonesia.
Dalam teori,
lukisan ekspresionisme berusaha menggambarkan atau melukiskan aktualitas yang
sudah didistorsikan kearah suasana bentuk dan warna guna melahirkan emosi
ataupun sensasi dari dalam berupa gambaran tragedi, kekerasan serta berbagai
dinamika dan peristiwa yang direkam pelukis untuk divisualisasikan kepermukaan
kanvas.
Teori lain
tentang ekspresionisme juga menyebutkan, bahwa mazhab ini mengutamakan curahan
batin sendiri secara bebas dan mengungkap perwatakan atas suatu gejala, lebih
jauh sampai kepada pengungkapan renungan batin yang bebas dari kenyataan diluar
dirinya.
Namun pada
hakekatnya semua karya seni termasuk ekspresionisme, karena memang merupakan
ekspresi seniman. Karya bersifat subjektif dan ungkapan sebebasnya dari seniman
biasanya digolongkan ekspresionisme. Kemudian pelukis tidak melukiskan
pandangan mata melainkan perasaan hati, bukan lahiriah tetapi kejiwaan,
misalnya melukis panasnya “anglo” atau “tungku api” tidak dengan pewarnaan
coklat tua warna asal bahan, melainkan merah membakar yang memancarkan panas
diperkuat unsur garis sebagai peranan penting yang tidak boleh diabaikan,
mengingat garis dapat melahirkan perwatakan atau ekspresi.
Baik warna
maupun bentuk banyak yang diubah sedemikian rupa hingga mendorong pelukisan
suasana warna dan bentuk. Bahkan Worringer pernah mengatakan bahwa
karya-karya ekspresionisme kebanyakan terdapat suatu tendensi kearah
individualistis pribadi-pribadi yang tidak menumbuhkan nilai sosialnya, tetapi
justru yang hadir kesadaran terhadap isolasi orang lain disekitar kita.
Kemudian pendapat Daumier, bahwa hal yang seyogyanya selalu kita lihat
dalam menyoal individualistis karena adanya kesadaran seniman untuk mengisolasi
diri dan menemukan inspirasi serta motivasinya diri sendiri.
Batasan yang
paling spesifik perihal ekspresionisme kemudian terus bergulir bahkan
berkembang mengarah kepada ”sesuatu” kecenderungan penggayaan/style, mazhab
atau aliran seni lukis abad 20 yang lahir di Jerman yang dalam beberapa saat
berkembang disana. Tokoh-tokoh berpengaruh diantaranya adalah Franz Marc
(1880-1916) dengan melukis binatang bebas tanpa mempedulikan anatomi. Tiap
warna yang dioleskan dan goresan garis mempunyai arti mendukung ungkapan
perwatakannya. Tokoh lainnya diantaranya : Vincent Van Gogh, P. Gauguin.
Henri Matisse, Andre Derrain
EKSPRESIONISME MURNI DAN EROPA UTARA
Menyimak
perjalanan seni lukis ekspresionisme kecuali peformance karya-karya yang pernah
dihasilkan para seniman, ternyata ekpresionis-ekspresionis yang muncul
kepermukaan yang dinilai murni berasal dari seniman-seniman Eropa utara lebih
dikenal dekat dengan sifat-sifat Worringer. Dari Belanda ada Van Gogh,
Jerman dan Rusia tercatat Kandinsky, Jawlensky. Sementara Van
Gogh, Paul Gauguin banyak berpengaruh timbulnya ekspresionisme di Jerman.
Pelopor dari Swiss Ferdinant Hodler (1853-1918), Belgia, James Ensor (1860-1949)
dan Edward Munch (1863-1944).
Dari banyak
pendapat yang terus menggelinding, ekspresionisme sering disebut lawan
impresionisme yang hanya berusaha melukiskan kesan optik dari sesuatu guna
melihat dunia sebagai sebuah tempat yang indah penuh warna, penuh dinamika.
Sementara ekspresionisme menjelajah jiwa yang pancarannya keluar merupakan
kegelapan yang menyelubung dunia.
Tahun 1905
kelomopok Die Brucke bertepatan lahirnya kecenderungan penggayaan/style
Fauvisme di Dresden maka saat itu pula segera terbentuk gerakan ekspresionisme
secara resmi pertama kalinya di belahan dunia ini, meski waktu itu istilah
ekspresionisme belum dipakai. Enam tahun kemudian muncul nama ekspresionisme
sesungguhnya dengan para pelopor pembentukannya antara lain Ernst Ludwing
Kirchen (1880-1938), Max Pechsten (1884-1955), Emil Noide
(11867-1956) dan Otto Mueller (1974-1930).
Karya-karya
yang menonjol kelompok Die Brucke antara lain ; ”Jalan di Berlin”
(1913) dan ”Jalan di Dresden” karya Kirrshner, ”Kolam di
hutan” (1910) karya Heckel, ”Lofthus” (1911) Schmidt
Rottluff, ”Orang India dan wanita” (1910) Pechstein, ”Tiga
gadis dalam hutan” (1920), ”Sepasang Pecinta” (1919) merupakan karya
terbaik ekspresionis Mueller sementara karya pelukis Noide adalah
”Penari lilin” (1912) dan ”Pemakaman” (1915).
Tetapi
kelompok Die Brucke tentulah tidak berjalan sendiri-sendiri karena masih
banyak sejumlah pelukis lain dari Eropa yang turut memperkaya suasana
bersenilukis, bahkan ada yang tidak sepaham dengan kelompok Die Brucke seperti
kelompok seniman-seniman Blaue Reiter seperti Alexei Von Jawlensky
kelahiran Rusia (1884-1941), Lyonel Feininger (1891-1956) dan Paul
Klee (1879-1940). Ketiga mereka dan diperkuat pelukis Kandinsky
tahun 1934 membentuk kelompok Die Blauue Vier yang merupakan kelahiran kembali
kelompok Reiter.
Hal menarik
sepanjang perjalanan ekspresionisme terutama saat paling ganas perang dunia
pertama, para pelukis ekspresionis saat itu merasa tidak sehati dan tidak cocok
dengan non obyektivitas serta nafas segar dari kelompok kaum Blaue Reitter karena
tidak sesuai dengan emosionalitas Brucke yang terlalu individual dan kurang
sesuai pada situasi masalah umum. Dengan demikian bermunculanlah kaum atau
kelompok yang beranggotakan sejumlah pelukis dengan menggambarkan
masalah-masalah umum yang tidak terwadahi kelompok pelukis lain saat itu.
Di tanah air
berangkat dari perjalanan panjang kaum ekspresionisme dunia bermunculan
sejumlah nama-nama yang kuat karya-karyanya dalam peta seni rupa diantaranya
terdapat nama Affandi, Mardian, Zaini. Pelukis maestro Affandi
diantara sejumlah pelukis ekspresionis yang ada di Indonesia dinilai sangat
kuat dalam karya-karyanya yang ekspresif dengan garis-garis liar dan lancar
dipermukaan kanvas tanpa kehilangan nilai estetika tinggi, lihat sejumlah karya-karyanya
yang kini tersimpan rapi disejumlah museum dan galeri di tanah air serta
beberapa diantaranya terdapat di museum Asia dan Eropa.
5 Pelukis Ekspresionisme:
Affandi
Koesoema (Cirebon,
Jawa Barat,
1907 - 23 Mei 1990)
adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai
Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin
pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya
dan romantisme yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran
tunggal di India, Inggris, Eropa,
dan Amerika Serikat.
Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan.
Karya-karyanya
yang dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika
maupun Australia selalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih
gelar Doktor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam
mengerjakan lukisannya, lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari
tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah
warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.
Bahkan,
dalam keseharian, ia sering mengatakan bahwa dirinya adalah pelukis kerbau, julukan
yang diakunya karena dia merasa sebagai pelukis bodoh. Mungkin karena kerbau
adalah binatang yang dianggap dungu dan bodoh. Sikap sang maestro yang
tidak gemar berteori dan lebih suka bekerja secara nyata ini dibuktikan dengan
kesungguhan dirinya menjalankan profesi sebagai pelukis yang tidak cuma musiman
pameran. Bahkan terhadap bidang yang dipilihnya, dia tidak overacting.
“ Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan” Bagi Affandi, melukis adalah bekerja. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut sebagai tukang gambar.
Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap menggeluti profesi sebagai pelukis.
“ Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan” Bagi Affandi, melukis adalah bekerja. Sampai pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut sebagai tukang gambar.
Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap menggeluti profesi sebagai pelukis.
Lukisan Pertama Affandi:
Judul:
Borobudur Di Pagi Hari
Tahun: 1983
Ukuran Asli:
150cm x 200cm
Media: Cat
Minyak
Salah satu
karya Affandi yang terinspirasi oleh megahnya candi Borobudur dan lingkungan
sekitar Pada masa itu
Cerita Lukisan “Borobudur Di Pagi
Hari”:
Warna–warna
dingin dan suasana tenang mendominasi lukisan ini karena melukiskan suasana
pagi hari yang cerah . Dan dilukisan ini Affandy lebih nenonjolkan obyek alam
sebagai latar belakang. Perpaduan warna yang digunakan semakin menghidupkan
lukisan tersebut karena warna yang digunakan padu antara warna satu dengan
warna yang lain.
Dan dilukisan tersebut gambar Candi Borobudur terlihat sangat jelas tanpa kita harus menganalisis makna lukisan tersebut. Dan bentuk mataharinya tidak menyerupai matahari tetapi itu semua malah membuat lukisan tersebut bagus karena menyatu dengan warna langit yang ada pada lukisan tersebut. Warna hijau di lukisan tersebut menggambarkan pepohonan yang ada di situ. walaupun gambar pohon tersebut tidak jelas tetapi sangat bagus. Warnanyapun kontras dengan warna lainnya.
Dan dilukisan tersebut gambar Candi Borobudur terlihat sangat jelas tanpa kita harus menganalisis makna lukisan tersebut. Dan bentuk mataharinya tidak menyerupai matahari tetapi itu semua malah membuat lukisan tersebut bagus karena menyatu dengan warna langit yang ada pada lukisan tersebut. Warna hijau di lukisan tersebut menggambarkan pepohonan yang ada di situ. walaupun gambar pohon tersebut tidak jelas tetapi sangat bagus. Warnanyapun kontras dengan warna lainnya.
Lukisan Kedua Affandi:
Judul : " Barong dan Leak "
Ukuran : 150cm X 200cm
Media : Oil on Canvas
Media : Oil on Canvas
Lukisan ini
menggambarkan mengenai semangat pahlawan – pahlawan Indonesia untuk meraih
kemerdekaan Indonesia dengan mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk Indonesia
Cerita Lukisan “Barong Dan Leak”:
Lukisan ini memiliki
nilai dan makna historis yang tinggi, dimana karya ini terinspirasi dari
semangat baja para Pejuang Indonesia.
Warna-warna yang terang, serta keunikan goresan pada lukisan tersebut menjadi satu sebuah kombinasi sempurna dalam karya lukisan bernilai seni tinggi. Akan menjadi koleksi kebanggaan tak ternilai bagi siapapun yang mengkoleksi Karya Lukisan hebat ini. Dalam lukisan ini sangat terlihat perjuangan para pahlawan yang sangat semangat memperjuangkan Indonesia.
Warna-warna yang terang, serta keunikan goresan pada lukisan tersebut menjadi satu sebuah kombinasi sempurna dalam karya lukisan bernilai seni tinggi. Akan menjadi koleksi kebanggaan tak ternilai bagi siapapun yang mengkoleksi Karya Lukisan hebat ini. Dalam lukisan ini sangat terlihat perjuangan para pahlawan yang sangat semangat memperjuangkan Indonesia.
Dan dalam lukisan tersebut terlihat juga semangat para pahlawan yang sangat berkobar – kobar seperti api. Dan tidak lupa dalam lukisan tersebut adanya bambu runcing, bendera merah putih, serta ikat kepala sebagai ciri khas para pejuang bangsa Indonesia.
Lukisan Ketiga Affandi:
Tahun: 1961
Judul : " Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan "
Ukuran : 110cm X 135cm
Judul : " Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan "
Ukuran : 110cm X 135cm
Media : Oil
on Canvas
Cerita Lukisan “Potret Diri &
Topeng-topeng Kehidupan”:
Karya
Lukisan sang Maestro Afandi yang berjudul "Potret Diri & Topeng-topeng
Kehidupan" merupakan salah satu karya langka dan istimewa dari Afandi,
diantara Karya-karya istimewa lainya, namun Lukisan ini memiliki nilai falsafah
hidup yang dalam, dimana setiap individu Manusia yang ada di Dunia ini terlahir
sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan
yang lainya seperti Malaikat, Jin, Hewan, Dll.
Lukisan Keempat Affandi:
Tahun: 1982
Judul : " Barong I "
Ukuran : 150cm X 200cm
Media : Oil on Canvas
Judul : " Barong I "
Ukuran : 150cm X 200cm
Media : Oil on Canvas
Cerita Lukisan “Barong”:
Kemegahan
Lukisan berjudul “Barong” terlihat begitu unik dan indah dari ekspresi goresan
serta kombinasi warna tingkat tinggi. Kemegahan Lukisan ini menjadi sempurna
dengan kombinasi ukuran Lukisan yang dibuat cukup besar oleh sang Pelukis
Maestro Affandi.
Kecintaan
Affandi pada seni dan budaya telah menginspirasi Beliau untuk menciptakan
karya-karya Lukisan spektakuler bertema Budaya, salah satunya seperti yang
tertuang pada Lukisan Barong ini, karena kecintaanya pada Tokoh Barong dalam
cerita rakyat Bali, Beliau melukiskanya dalam beberapa Lukisan dengan tema yang
sama, dan salah satunya adalah Lukisan Barong berukuran besar ini.
Lukisan Kelima Affandi:
Tahun: 1997
Judul: Minum Tuak
Ukuran: 95x135cm
Media: Oil on Canvas
CeritaLukisan “Minum Tuak”:
Lukisan Di atas merupakan Lukisan langka dan unik
bertema “Orang-orang Sedang Minum minuman Tuak / arak ”, merupakan salah satu
karya sang Pelukis Maestro Afandi. Keunikan nampak pada nilai seni tradisional
dari sisi tema, dilukiskan oleh Afandi dalam bentuk ekspresi yang menyentuh
hati dari setiap penikmat Lukisan yang memandangnya.
Sosok kesederhanaan Tempoe Doeloe dari setiap orang
dalam Lukisan ini yang sedang minum nikmatnya air tuak atau arak. Harmoni
warna-warna Natural yang indah begitu menyatu dengan tema dan obyek Lukisan.
Setiap Lukisan karya Afandi memiliki keunikan
tersendiri dan setiap Lukisan karya Afandi adalah mengagumkan, sehingga tak
heran Lukisan Beliau banyak diburu para pecinta Lukisan dalam dan Luar Negeri.
Biografi Vincent Van
Gogh
Vincent Van Gogh
dilahirkan di Zunbert pada tanggal 30 March 1853, wilayah Brabant Utara,
Belanda Selatan, ayah Van Gogh, Theodorus, merupakan seorang paderi bagi Gereja
Pembaharuan Belanda (bahasa Inggris: Dutch Reformed Church) yang kecil.
Ibunya bernama Anna Cornelia Carbentus. Van Gogh mempunyai dua orang adik
lelaki dan tiga orang adik perempuan yang bernama Anna, Theo, Cornelius,
Elizabeth, and Wilhelmien.
Ketika
berusia 12 tahun, Van Gogh bersekolah di sekolah
berasrama di kampung Zevenbergen, yang terletak 15 batu
dari situ dan tamat sekolah ketika berumur 16 tahun. Pengaruh saudaranya, Cent,
beliau bekerja di pejabat Goupil & Cie di Hague. Goupil merupakan
pusat pembaik pulih (penyalin lukisan terkenal). Apabila Van Gogh mencapai umur
20 tahun, beliau telah ditukarkan, dengan perakuan yang baik, ke cawangan
Goupil di London
pada bulan Mei 1873
dengan gaji sebanyak 90 lire setahun. Beliau menyewa sebuah bilik di
rumah Mrs. Loyer yang mempunyai seorang anak perempuan bernama
Ursula/EugenieVan Gogh mencintai Ursula tanpa memberitahunya dan ketika beliau
meluahkan perasaannya terhadap Ursula, beliau mendapati bahawa Ursula tidak
pernah mencintainya dan ini mematahkan semangatnya.
Pada
27 Juli 1890,
Vincent Van Gogh coba membunuh diri setelah pulih daripada satu lagi serangan
epilepsi. Selepas diserang, Van Gogh keluar berjalan. Selepas beberapa ratus ela
dari rumah tumpangnya, beliau memasuki sebuah kawasan ladang gandum,
dan menembak diri pada bahagian perutnya.
Kemudian, Van Gogh berjalan pulang ke rumah tumpang dan kembali ke biliknya
sebelum dijumpai terbaring dengan mukanya tersembam di atas katil oleh tuan
rumah tumpangan itu. Vincent Van Gogh mati dua hari kemudian selepas peristiwa
itu ketika berusia 37 tahun dan dikebumikan di perkuburan bandar Auvers-sur-Oise,
Perancis.
Lukisan Pertama
Vincent:
Tahun: April 1885
Judul: The Potato Eaters
Ukuran: 82 × 114 cm
Media: Oil on Canvas
Cerita
Lukisan “The Potato Eaters”:
Lukisan yang menggambarkan lima orang sederhana yang duduk
dan makan kentang ini dalah salah satu karya awal Vincent. Terinspirasi dengan
kedekatannya dengan kaum marjinal, lukisan yang pada awalnya kurang diapresiasi
tersebut kini dianggap salah satu mahakarya Vincent van Gogh.
Lukisan Kedua Vincent
Tahun: Agustus, 1888
Judul: Sunflowers
Ukuran: 91 x 72 cm
Media: Oil on Canvas
Cerita
Lukisan “Sunflowers”:
Vincent beberapa
kali melukis bunga matahari yang menunjukkan intensitas unik dalam sesuatu yang
sederhana. Lukisan bunga matahari paling terkenal adalah yang ia buat khusus
untuk menghias kamar seniman Paul Gauguin.
Lukisan Ketiga Vincent
Tahun: 1888
Judul: Zonsondergang bij Montmajour (Matahari
Terbenam di Montmajour)
Ukuran:73.3 cm × 93.3 cm
(289 in × 367 in)
Media:Oil On Canvas
Cerita
Lukisan “Zonsondergang bij Montmajour”:
Zonsondergang bij Montmajour (bahasa Indonesia: Matahari
Terbenam di Montmajour) adalah lukisan minyak lanskap karya seniman Belanda
Vincent Van Gogh yang dilukis pada tahun 1888. Lukisan ini dibuat
ketika ia menetap di Arles, Perancis, dan memperlihatkan pemandangan Garrigue
disertai pepohonan ek dan semak belukar dan reruntuhan Biara Montmajour di
belakangnya. Dipajang di Museum Van Gogh, Amsterdam.
Lukisan
Keempat Vincent
Tahun: April 1889
Judul: Bunga-bunga Iris
Ukuran: 71×93 cm (28×37 inch)
Media: Cat Minyak on Canvas
Cerita
Lukisan “Bunga-bunga Iris”:
Bunga-bunga Iris
adalah nama Lukisan karya Vincent Van Gogh. Merupakan satu karyanya ketika ia
berada di R.S. Jiwa Saint Paul-de-Mausole di Saint-Remy-de-Provence, Perancis
pada saat-saat terakhir menjelang kematiannya tahun 1890. Lukisan tersebut
kemungkinan dipengaruhi oleh lukisan kayu Jepang, seperti kebanyakan karyanya
yang lain. Ia menyebut lukisan tersebut "konduktor petir untuk
penyakitku" karena ia merasa dapat mencegahnya dari kegilaan dengan tetap
meneruskan melukis. Van Gogh menganggap lukisan ini sebagai sebuah lukisan
persiapan (sketsa atau lukisan dasar dengan garis-garis bayang yang
dipersiapkan sang pelukis untuk mencoba-coba mencari bentuk gambar yang hendak
ia lukis kemudian). Saudaranya Theo mendaftarkannya ke pameran bernama Salon
des Independants pada September 1889. Ia lalu menulis pesan kepada Vincent
mengenai Bunga-bunga Iris: "Lukisan tersebut menjadi perhatian dari
jauh. Bunga-bunga Iris adalah lukisan yang cantik, penuh dengan perasaan
dan kehidupan."
Lukisan kelima Vincent
Tahun: 1888
Judul: Kamar Tidur di Arles
Ukuran: 52x41cm; (with
frame 72x58)
Media: Oil On Canvas
Cerita
Lukisan “Kamar Tidur di Arles”;
Ada
tiga versi asli lukisan ini yang dijelaskan dalam suratnya dan dapat dibedakan
dari foto-foto yang digantung di dinding sebelah kanan.
Lukisan
ini menggambarkan kamar tidur Van Gogh di 2, Place Lamartine di Arles,
Bouches-du-Rhone, Perancis, yang dikenal juga dengan nama Yellow House. Pintu
di sebelah kanan adalah jalan menuju lantai atas dan tangga, sedangkan pintu di
sebelah kiri adalah ruang kamar tamu yang dia sediakan untuk Gauguin.
Pemandangan dari jendela di dinding depan adalah jalan Place Lamartine dan
taman umumnya. Kamar ini tidak berbentuk persegi, melainkan trapezoid, dengan
sudut tumpul di sebelah kiri jendela dan sudut siku-siku di sebelah kanannya.
Biografi
Heinrich Campendonk
Heinrich
Campendonk (3 November 1889 - 9 May 1957) adalah seorang pelukis Belanda
kelahiran Jerman.
Ia
lahir di Krefeld. Beliau adalah anggota dari kelompok Der Blaue Reiter,
1911-1912. Ketika rezim Nazi berkuasa pada tahun 1933, ia berada di antara
banyak modernis dikutuk sebagai merosot seniman, dan dilarang menunjukkan. Dia
pindah ke Belanda di mana dia menghabiskan sisa hidupnya bekerja di
Rijksakademie di Amsterdam, pengajaran pertama Dekoratif Seni, seni grafis, dan
kaca, kemudian sebagai Direktur Akademi. Ia meninggal sebagai seorang Belanda
naturalisasi.
Lukisan
Pertama Vincent
Tahun: 1914
Judul: The Elephant
Ukuran: h: 31.5 x w: 48 cm / h: 12.4 x w: 18.9 in
Media: Oil on Canvas
Lukisan
Kedua Heinrich
Tahun: 1913
Judul: Composition with Two Cows
Ukuran:
Media: Oil on Canvas
Lukisan Ketiga Heinrich
Tahun: 1911
Judul: Rider with Lasso
Ukuran:
Media: Oil on Canvas
Lukisan Keempat
Heinrich
Tahun: 1914
Judul: Cow with Calf
Ukuran:
Media: Oil on Canvas
Lukisan Kelima
Heinrich
Tahun: 1933
Judul: Rotes Bild mit Pferden
Ukuran:
Media:
Biografi
Egon Schiele
Schiele
lahir pada tahun 12 Juni 1890 di Tulln, Austria Hilir. Ayahnya, Adolf Schiele,
adalah master stasiun Tulln di State
Railways Austria, ibunya Marie, Soukupová née, adalah Ceko dari Český Krumlov
(Krumau), di Bohemia selatan.
Egon
Schiele 12 Juni 1890 - 31 Oktober 1918) adalah seorang pelukis Austria. Sebuah
anak didik Gustav Klimt, Schiele adalah seorang pelukis figuratif utama dari
awal abad 20. Karyanya yang terkenal karena intensitas, dan banyak potret diri
seniman yang dihasilkan. Bentuk tubuh bengkok dan garis ekspresif yang
mencirikan lukisan Schiele dan gambar menandai artis sebagai eksponen awal
Ekspresionisme.
.
Lukisan Pertama Egon
Schiele
“Seated Women and Bent Knee”
Completion Date: 1917
Place of Creation: Vienna, Austria
Material: paper
Gallery: Národni Galerie, Prague, Czech Republic
Lukisan Egon Kedua
“Cardinal and Nun”
Completion Date: 1912
Material: canvas
Gallery: Private Collection
Lukisan
Egon Ketiga
“Death and Maiden”
Completion Date: 1915
Place of Creation: Vienna, Austria
Material: canvas
Gallery: Österreichische Galerie Belvedere, Vienna, Austria
Lukisan
Egon Keempat
“The Family”
Completion Date: 1918
Place of Creation: Vienna, Austria
Material: canvas
Dimensions: 152 x 162.5 cm
Gallery: Österreichische Galerie Belvedere, Vienna, Austria
Lukisan
kelima Egon
“Melon”
Completion Date: 1905
Place of Creation: Tulln an der Donau, Austria
Dimensions: 29.7 x 41.7 cm
Gallery: Niedersächsisches Landesmuseum, Hannover, Germany
Biografi Vassily Vassilyevich Kandinsky
Vassily
Vassilyevich Kandinsky 1866-1813 December 1944) adalah seorang pelukis Rusia
berpengaruh dan teori seni. Dia dikreditkan dengan lukisan pertama karya
abstrak murni. Lahir di Moskow, Kandinsky menghabiskan masa kecilnya di Odessa.
Dia terdaftar di Universitas Moskow, belajar hukum dan ekonomi. Sukses dalam
bukunya profesi-ia ditawari jabatan guru (ketua Hukum Romawi) di Universitas
Dorpat-ia mulai melukis studi (life drawing, sketsa dan anatomi) pada usia 30.
Pada
tahun 1896 Kandinsky menetap di Munich, belajar pertama di sekolah swasta Anton
Ažbe dan kemudian di Academy of Fine Arts. Ia kembali ke Moskow pada tahun
1914, setelah pecahnya Perang Dunia I. Kandinsky simpatik terhadap teori resmi
pada seni di Komunis Moskow, dan kembali ke Jerman pada tahun 1921. Di sana, ia
mengajar di sekolah Bauhaus seni dan arsitektur dari tahun 1922 sampai Nazi
menutupnya pada tahun 1933. Dia kemudian pindah ke Perancis di mana ia tinggal
selama sisa hidupnya, menjadi warga negara Perancis pada tahun 1939 dan
memproduksi beberapa seni yang paling menonjol. Ia meninggal di
Neuilly-sur-Seine pada tahun 1944.
Karya Lukisan Vassily
Pertama
“On White II”
Completion Date: 1923
Place of Creation: Germany
Material: canvas
Dimensions: 105 x 98 cm
Gallery: Musée National d'Art Moderne, Centre Georges Pompidou, Paris, Franc
Lukisan Vassily Kedua
“Blue Rider”
Completion Date: 1903
Place of Creation: Munich / Monaco, Germany
Material: cardboard
Dimensions: 55 x 65 cm
Lukisan Vassily Ketiga
“MunichSchwabing with the
church of St. Ursula”
Completion Date: 1908
Place of Creation: Munich / Monaco, Germany
Dimensions: 68.8 x 49 cm
Lukisan
Vassily Keempat
“Lyrical (Lyrics)”
Completion Date: 1911
Place of Creation: Munich / Monaco, Germany
Material: canvas
Dimensions: 94 x 130 cm
Lukisan
Vassily Kelima
“Farewell’’
Completion Date: 1903
Place of Creation: Munich / Monaco, Germany
Dimensions: 31.2 x 31.2 cm
36
Biodata:
Nama:
Elisabeth Ruthma Meilani Saragih
Panggilan:
Elis
Find
Her on: www.twitter.com/elisabethrthma
Born On: May 27th 1999
Nama:
Cindy Nur Khaliza
Nama
Panggilan: Cindy
Find
Her on: www.twitter.com/cindykhaliza
Born
on: May 22nd 1999
Nama:
Aulia Nur Azizah
Nama
Panggilan: Aulia
Find
Her on: www.twitter.com/aul_ianurazizah
Born On: Feb 24th 1999
Nama:
Dion Putra Pratama
Nama
Panggilan: Dion
Find
Him on: www.twitter.com/DionPPratama
Born On: March 6th 1999
Nama:
Muhammad Arief Nadhofa
Panggilan:
Arif
Find
Him on: https://www.facebook.com/jak.shakar?ref=ts&fref=ts
Born
On: May 30th 1999
BAB IV
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh uraian dari hasil kerja kelompok
dan pembahasan dalam makalah ini, dapat ditarik kesimpulan yang berkenaan
dengan Seni Lukis Ekspresionisme, antara lain :
1.
Seni Lukis ekspresionisme
dituangkan berdasarkan emosi sang pelukis ke dalam kanvas. Dan biasanya
menonjolkan warna yang lebih menarik.
2.
Sejarah yang ada dibalik lukisan
tersebut sangat beragam.
3.
Beberapa faktor penghambat yang
ada tidak membuat pelukis berhenti membuat karya
B. SARAN
Saran merupakan petunjuk atau
masukan yang memajukan dan juga bukan suatu keharusan untuk dilaksanakan. Dari
segi pengertian tersebut maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
Sejrah Lukisan seharusnya lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar